"Attention. Dear Glory Brunei AF-365 passengers, your extension flight to Malaysia will be 30 minutes faster than the default schedule. Please kindly check your belongings and baggages, before make a check in. If you need more help and information, please contact your airline provider "
Baru saja aku tiba di Bandar Sri Begawan 15 menit yang lalu dan mengambil koper, hati sudah mengikhlaskan bila barang-barang yang telah lenyap di waktu yang salah itu jadi milik seseorang yang bernama Fadia itu. Pengumuman tentang percepatan pesawat menuju Malaysia ini membuat perasaanku campur aduk; antara senang karena masih tersisa banyak waktu untuk mempersiapkan registrasi, sekaligus sedih karena harus repot menggotong koper langsung ke kampus. Bagaimanapun, kunci asrama baru bisa ditebus setelah melewati lingkaran prosedur mingguan di kampus.
Mungkin, tak ada salahnya bila kusempatkan shalat dhuha dulu. Bila rangkaian kejadian ini tak sanggup dijelaskan oleh pihak manapun, mengapa harus menunda untuk bertanya pada yang Maha Kuasa? Ada rasa syukur tersendiri, saat punya kesempatan mampir di ibukota Brunei ini. Bagaimanapun kecilnya, Brunei adalah salah satu titik perkembangan Islam paling pesat. Salah satu contoh kongkritnya, mushalla yang ada di bandara ini punya luas yang sangat memadai dilengkapi AC dan lemari perpustakaan yang dijejali banyak buku-buku Islam.
Usai delapan rakaat shalat dhuha dan munajat pagi kutunaikan, segenggam ilham seolah mengalir lewat kepalaku. Aku harus melapor kehilangan barang di bandara ini. Barangkali, ini memang desakan hati yang mewakili petunjuk dari Allah selepas Dhuha ditunaikan. Yang pasti, keraguan dalam hatiku sedikit terhapus seusai mencari petunjuk ibadah sunnah utama ini.
Ketika aku coba mengangkat semua barang bawaan keluar mushalla, tas selempang yang salah bawa itu jatuh dan mengeluarkan semua isinya. Satu per satu barang yang tercecer disusun kembali, rupanya surat yang sempat kubaca di pesawat itu punya dua sisi yang awalnya saling menempel erat. Akupun coba membaca sisi lain surat yang belum sempat terlihat saat di pesawat,
Ibuku Fadia Sulistiani tersayang,
Mohon maaf Rani bohong soal Misykat. Sampai saat surat ini ditulis, Rani tak pernah berhubungan dengan lelaki manapun. Hanya saja, Rani ingin ibu cepat pulang karena rasanya hidup Rani sedang terancam.
Rani tak tahu, harus mengadu pada siapa, selain kepada Allah, saat ada dosen di kampus yang terus menggoda. Setiap hari, pesan singkatnya ke telepon terus membuat jantung berdetak tak karuan kehilangan nyali. Rani tak ingin membuat ibu sedih karena melayani dosen hidung belang itu, tapi dosen itu terus mengancam akan merundungku bila maunya tidak dituruti.
Mudah-mudahan, setelah ibu membaca surat pertama, ibu murka dan tak lagi membiarkan anakmu sendiri di sini. Sekedar tambahan informasi, Bu. Jendela sudah kuganti yang baru, tapi uang perbaikannya dari hasil jual TV kita satu-satunya. Barangkali, nanti kalau ibu murka karena aku bergaul bebas, bisa lupa akan hilangnya TV yang menemani kita sepanjang tahun.
Sejujurnya, aku tak berniat jual samsung kesayangan kita. Apa boleh buat, karena sendirian, aku keburu parno dengan wabah demam berdarah yang sedang berjangkit di komplek kita, sementara kaca retak belum diperbaiki saat itu.
Maafkan anakmu yang masih sulit mengambil keputusan ini. Kalau ibu tanya mengapa aku sampai berbohong tentang Misykat, tak lain karena sifat ibu yang baru benar-benar peduli padaku saat membuat masalah. Jika aku cerita langsung tentang TV yang harus kujual, mungkin ibu malah larut dalam kerja dan takkan pulang kemari. Mohon maaf sekali lagi, harus merepotkan ibu.
Tertanda,
Mesrani.Membaca surat kedua, membuatku mulai kagum dengan kecerdasan Mesrani ini. Kalau ibuku jadi bu Fadia, mungkin beliau pun lebih rela melihat anaknya menggadaikan barang ketimbang harga diri. Sama seperti yang terjadi saat dulu kakekku sakit keras, mau tak mau komputer kesayangan harus digadaikan dulu.
YOU ARE READING
Tas Selempang di Bangku Ruang Tunggu Bandara
Short StoryMizan terdesak untuk memesan tiket pesawat, lantaran kampusnya yang berada di negara tetangga ternyata mengumumkan adanya percepatan registrasi mahasiswa. Di tengah masa menunggu bandara, Mizan yang sangat lapar kemudian singgah di salah satu kantin...