Prolog

2.3K 186 39
                                    

***

Emily memasuki apartment barunya dengan dua koper yang terdapat di sebelah kanan dan kirinya. Ia menyalakan lampu untuk menerangi ruangan gelap tersebut. Dengan dinding yang berwarna cerah membuat siapa saja yang berada di ruangan tersebut akan nyaman. Begitupun dengan ruangan yang sangat luas.

Gadis itu berjalan kearah kamar yang akan ia tempati nantinya. Lalu meletakkan koper besar yang sedari tadi ia dorong. Kamarnya juga begitu luas terdapat tempat tidur queen size di sebelah kiri. Lalu kanannya terdapat sofa, lemari, dan peralatan lainnya. Di luar kamar tersebut juga terdapat balkon yang mengarah langsung ke taman yang terdapat di samping apartment tersebut.

Baru saja Emily ingin melangkahkan kakinya kearah balkon. Tiba-tiba saja ponsel miliknya berbunyi dan menandakan kalau ayahnya yang menelepon.

“Halo, Ayah?” Tanya Emily sambil melepaskan sepatu yang sedari tadi belum ia lepas.

“Apa kau sudah sampai di apartment?” Tanya Jerofy dengan lembut kepada anaknya. Yang mendapat gumaman malas dari Emily.

Laki-laki paruh baya tersebut terkekeh kecil melihat kelakukan anaknya. “Bagaimana pendapatmu tentang apartment yang ayah belikan? Tidak seperti yang kau pikirkan, bukan?” Tanyanya lagi.

Emily membaringkan badannya ke tempat tidur, sambil menutup matanya. “Lumayan,” jawabnya singkat. Yang membuat Jerofy menghela nafas panjang.

“Emily, kau harus tau. Sekolah yang akan kau tempati itu tidak terlalu buruk. Ayah sampai bingung, kenapa kau selalu berpikiran negatif tentang sesuatu yang bahkan kau belum mencobanya.” Tuturnya.

Gadis itu memilih untuk diam dan mendengarkan berbagai nasehat yang dilontarkan oleh ayahnya tersebut. Ia sudah terlalu biasa bersikap seperti itu. Walaupun tidak seburuk yang kalian pikirkan.

“Tapi ayah aku sudah pernah merasaka—“

Jerofy memotong omongan Emily. “Tidak ada banyak alasan. Sudah dulu ya, ayah sedang ada kerjaan hari ini. Semoga harimu menyenangkan, dan kau harus beradaptasi dengan teman barumu disana. I love you, sweety.

Emily berdecak kesal. “Okay, I love you too, dad.”

***

Harry memasuki apartment baru yang akan ia singgahi beberapa waktu kedepan. Sama seperti Emily, laki-laki itu akan memasuki sekolah baru. Dengan tas besar yang ia selempangkan di bahu kirinya, begitu juga dengan satu koper besar di tangan kanannya. Ia berjalan memasuki apartment baru miliknya, yang dibelikan oleh Ayahnya.

Ruangan yang sama dengan milik Emily, hanya berbeda warna. Harry lebih memilih warna hitam untuk dekorasi ruangannya. Karena menurutnya warna hitam adalah warna yang tidak rumit. Walaupun terkesan begitu seram.

Harry meletakkan barang-barang yang ia bawa tadi ke kamar barunya. Terdapat kasur king size di sudut kiri kamar. Lalu di sebelah kanan terdapat ring basket yang sengaja di pesan oleh Harry. Begitupun dengan gitar kesayangan miliknya.

Harry berjalan kearah balkon kamarnya. Tempat tersebut merupakan salah satu tempat favorite dirinya. Pemandangan dari atas gedung tersebut sangatlah indah. Ia bisa melihat salah satu taman yang terdapat di sebelah gedung apartment.

Suara berisik terdengar oleh Harry. Ia menolehkan kepalanya kearah balkon samping kamarnya. Sepertinya ia orang baru juga disini, Pikir Harry tidak peduli.

Ia berharap tetangga barunya adalah seorang gadis cantik. Supaya bisa menjadi pemandangan indah dikalau ia sedang suntuk.

 ***

a/n: hai semua! maaf buat cerita baru lagi hihi sebenernya ini mau dibuat c.soon gitu tapi karena covernya udah jadi duluan yasudah gue post deh [THANKS TO @catwink YAPS!!] hihi ohiya ini juga sejenis humor dan panjang gitu ceritanya lol terus kata yang dipake juga gabaku banget tapi rada baku juga(?) okay gue bingung intiny semoga suka sama cerita baru ini yah!!<33333

bakal dilanjut kalau emang pada suka sama cerita beginian dan updatenya mungkin lama tunggu Bakery at night tamat. cerita itu juga udah mau tamat sih tinggal beberapa chapter lagi. maaf banyak curcol.

gimme a vomments ya guyss<33

The Neighbors Apartment // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang