Who's that guy?

1.2K 140 26
                                    

***

Hari pertama bersekolah, adalah hari dimana kau harus beradaptasi dengan segerombolan manusia yang mungkin salah satu dari mareka akan kau jadikan teman. Itulah yang dipikirkan oleh Emily, saat ia sudah menginjakkan kakinya di sekolah yang akan ia kunjungi setiap minggunya.

Emily menghela nafas panjang. Ia merapikan pakaian yang sempat berantakan, dan membenarkan tas selempangannya.

Gadis itu memerhatikan setiap sudut koridor. Terlalu banyak orang yang berada di sana. Membuatnya sedikit sesak, bahkan tak jarang ada yang menyenggol bahunya. Emily tidak bisa membayangkan bagaimana keadaannya nanti kedepan.

Ia bahkan sudah memiliki firasat buruk tentang hari pertama bersekolahnya. Emily akan lebih memilih untuk berdiam diri di sofa sambil menonton  film horror yang paling di benci olehnya. Daripada harus berada di sekolah. Karena Emily adalah salah satu dari sekian banyak manusia di dunia ini yang membenci harus ada di sekolah.

Dengan pakaian yang tidak terlalu mencolok dari sekian banyak perempuan yang lebih memilih untuk menggunakan rok mini. Tetapi Emily ia lebih memilih mengenakan celana panjang kesayangannya. Ia menyelusuri koridor, dan menemukan sebuah ruangan kepala sekolah.

“Masuk,” Kata seseorang di dalam ketika Emily mengetuk pintu ruangan tersebut. Emily memasuki ruangan tersebut, lalu duduk di kursi yang terdapat di depan meja Ny. Evelyn, kepala sekolahnya.

“Kau pasti Emily, bukan? Aku tidak menyangka kau akan datang ke sekolah kami.” Tuturnya yang hampir saja membuat Emily ingin muntah dengan basa-basi yang dibuatnya.

Gadis itu mengangguk, sambil mencoba untuk tersenyum walaupun ia tahu itu tidak akan berhasil. “Iya,” jawabnya singkat.

Ny. Evelyn memberikan sebuah lembaran kepada Emily. “Ini adalah jadwal aktivitas yang akan kau jalani selama disini.” Gadis itu mengambilnya dengan malas.

“Terima kasih, Ny. Evelyn.”

It’s okay. Semoga harimu menyenangkan. Aku harap kau akan senang bisa bersekolah disini.” Bisik Ny. Evelyn sebelum Emily memutar kenop pintu. Yang hanya dibalas senyuman oleh Emily.

Aku harap juga seperti itu, Batinnya.

***

Harry memasuki koridor sekolah dengan tas yang hanya ia selempangkan di bahu kanannya. Sambil sesekali tersenyum kepada orang-orang yang melihatnya dengan tatapan kagum. Kejadian seperti ini memang sudah sering terjadi dengan Harry.

Pada akhirnya salah satu para perempuan itu pasti akan dijadikan teman kencannya. Lalu di tinggal begitu saja oleh Harry.

Kakinya melangkah kearah ruangan kepala sekolah. Saat Harry ingin memutar kenop pintu ruangan tersebut, ternyata ada orang lain yang sedang membukanya dari dalam. Terpampang gadis berambut blonde gelombang yang sedang menatap Harry dengan pandangan terkejutnya.

“Kau lagi?” Pekik mereka berdua bersamaan. Emily melolot sambil mendongakkan dagunya sehingga terlihat keangkukan dalam dirinya.

“Aku tidak menyangka jika kau begitu memujaku. Buktinya kau sampai ikut mendaftar di sekolah yang sama denganku. Padahal aku sudah pernah bilang kalau apapun usahamu itu tidak akan berjalan dengan mulus.” Jelas Harry sambil menatap Emily meremehkan.

Emily tidak mau kalah, ia mencibir Harry dalam hati. “Heh, sudah kubilang berapa kali, kalau aku sama sekali tidak tertarik padamu? Kenapa kau begitu percaya diri, huh?”

“Aku tahu semua orang pasti akan jatuh cinta ketika melihatku.” Jawab Harry dengan percaya diri. Yang langsung membuat Emily menginjak kaki Harry dengan keras. Lalu berlalu pergi meninggalkan Harry yang sedang menahan rasa sakit dikakinya.

“Dasar perempuan gila!” Pekik Harry menggema di seluruh sudut koridor. Orang-orang yang berlalu lalang tiba-tiba saja berhenti hanya ingin melihat apa yang terjadi dengan Harry dan Emily.

***

“Emily!”

Pekik seseorang dibelakang Emily, ia yang sedang menulis catatan di papan tulis langsung menoleh kearah belakang dan menemukan Tessa yang sedang berlari kecil kearah Emily.

Tessa adalah teman pertama Emily di sekolah barunya. Itu dikarenakan mereka dijadikan pasangan tempat duduk. Walaupun Emily baru berkenalan dengan Tessa tetapi ia tahu kalau Tessa gemar bergossip.

“Kau harus cerita kepadaku tentang tadi pagi!” Desaknya sambil menggoyangkan lenganku. Sehingga aku yang sedang menulis menjadi terganggu dan mencoba untuk menghentikan aktivitasku lalu menatap Tessa dengan datar.

“Hei, dasar bodoh, aku sedang menulis.” Emily menghadap kearah Tessa. “Dan memangnya ada apa dengan tadi pagi, huh?”

Tessa menatap Emily dengan pandangan tak percaya. “Emily, aku tahu tadi pagi kau baru saja menginjak kaki seorang Harry! Kau tahu dia itu sangat sempurna. Aku rela memutuskan Robbie hanya untuk berkencan dengannya.” Tuturnya dengan antusias.

Emily mendengus malas lalu melanjutkan aktivitas menulisnya lagi dan membiarkan Tessa yang sedang berbicara tentang bagaimana-sempurnanya-seorang-Harry, yang padahal menurut Emily laki-laki itu sama saja seperti laki-laki pada dasarnya.

“Aku sangat yakin kau akan terkenal semenjak ini, percayalah padaku. Karena orang-orang diluar sana sedang membicarakanmu dan Harry tentang kejadian tadi pagi.” Tessa menatap Emily dengan serius lalu tertawa di akhirnya.

Membuat Emily menatapnya dengan tatapan aneh sekaligus meratapi nasibnya yang begitu sengsara karena bisa mendapatkan teman baru seperti Tessa. Walaupun wajahnya yang terbilang cantik, dan Emily yakin jika Tessa bisa membuat Harry jatuh cinta padanya. Tetapi kalau melihat tingkah laku gadis itu yang terlihat seperti terlalu over pasti semua orang akan memikir ulang.

Ada satu hal yang masih ingin ditanyakan oleh Emily kepada Tessa. Bagaimana bisa Robbie masih bertahan dengan Tessa sampai selama ini? Bahkan ia yang baru berkenalan saja sudah menyerah.

***

Emily dan Tessa berjalan beriringan menuju kantin sekolah. Sebenarnya Emily lebih memilih untuk duduk di kelas dan membaca novel atau mendengarkan musik di ipod miliknya. Tetapi Tessa sudah lebih dulu mengancam Emily untuk menemaninya ke kantin. Dengan terpaksa Emily mengikuti permintaannya.

Mereka duduk di sudut kantin, tempat yang tidak terlalu terlihat oleh banyak orang. Tidak seperti para anak terkenal yang memilih untuk duduk di tengah-tengah. Bahkan Emily bingung kenapa Tessa mau duduk dengannya padahal ia tahu kalau gadis itu termaksud anak terkenal di sekolahnya.

Emily memakan burger yang baru ia beli beberapa menit yang lalu. Sambil mendengarkan musik di ipod miliknya.

Tessa menyikut lengan Emily, membuat gadis itu menoleh kearah Tessa. “Aku tidak tahu jika kau bisa seterkenal ini. Maksudku apa kau tidak menyadari jika laki-laki yang ada di ujung sana yang sedang duduk dengan teman-temannya,” Tessa menunjuk laki-laki itu lalu menatap Emily dengan serius. “Dia dari tadi melihat kearahmu tanpa henti. Tetapi yang aku bingung dia menatapmu dengan pandangan menusuk.”

Emily mengikuti arah pandangan Tessa. Seketika badannya membeku dan terasa kelu. Bahkan jantungnya berdegup dengan cepat. Emily menegakkan badannya. Lalu bangkit dari bangku meninggalkan Tessa yang sedang memanggil nama Emily.

Ia berjalan dengan senyum sumringahnya.

***

a/n: hayo siapa tuh cowok yang ngeliatin si Emily?;p ohiya mau bilang kalau cerita ini ngga pake kata baku banget soalnya bakal aneh eh gatau deh se good mood gue aja hahaha makasih udah mau baca :)

gimme a vomments pls? thanks x

The Neighbors Apartment // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang