***
Butuh beberapa kali Emily mencoba untuk terlelap. Sudah lebih dari setengah jam suara berisik dari kamar sebelah menganggu tidurnya. Emily sudah menggunakan berbagai cara agar ia bisa tidur. Tapi semua usahanya selalu gagal, hanya karena suara berisik tersebut.
Karena sudah kehabisan cara, akhirnya Emily melangkahkan kakinya menuju balkon. Tanpa memperdulikan kalau ia sedang menggunakan piyama. Angin malam langsung menerpa tubuh mungilnya.
Matanya menyipit untuk melihat seseorang yang berada di balkon sebelah kamarnya. Tapi ia hanya bisa menatap punggung orang itu. Yang ia tahu, orang tersebut adalah seorang laki-laki dengan rambut ikal sambil memegang gitar di pangkuannya.
“Hei! Bisakah kau kecilkan suaramu itu?” Teriak Emily, tapi tak di dengar oleh laki-laki yang ada di hadapannya. Karena merasa tidak di dengar akhir sebuah ide muncul di otak Emily.
Gadis itu langsung mengambil sandal tidur yang ia kenakan. Lalu melemparnya kearah laki-laki ikal tersebut. Lemparannya berhasil mengenai kepala orang tersebut.
“What the hell are you doing?!” Pekik Harry sambil menoleh kearah Emily. Detik itu juga tubuh Emily merasa kaku. Walaupun tak cukup banyak cahaya yang berhasil membuat wajah laki-laki tersebut terlihat tapi masih bisa Emily simpulkan kalau ia adalah salah satu laki-laki paling tampan yang pernah ia temui.
“Hei! Apakah kau yang melempar benda bodoh ini?” Tanyanya dengan tatapan tajam. Emily menelan ludah ngeri. Sepertinya ia akan menarik perkataannya tadi tentang laki-laki tampan yang pernah ia temui.
Emily menyilangkan kedua tangannya di dada. “Iya, kenapa? You got a problem on it?” Tanya Emily dengan wajah yang sengaja di naikkan.
“Apakah ini salah satu dari caramu untuk menarik perhatian dariku? Jika iya usahamu itu akan sia-sia. Karena aku sama sekali tidak tertarik padamu.” Jawabnya dengan percaya diri yang tinggi. Ingin rasanya ia menampar wajah tampan laki-laki dihadapannya itu.
“Apa katamu? For your information, dude. Aku sama sekali tidak mencoba untuk menarik perhatian darimu. Dan aku juga tidak terlalu peduli denganmu, tapi satu hal yang aku tahu adalah kau telah menganggu tidurku.” Balas Emily, yang berhasil membuat laki-laki bernama Harry itu menatap Emily dengan tatapan tidak percaya.
Harry berdecak kesal. “I don’t even care about your fucking problem. Tapi satu hal yang aku tahu adalah kau telah menganggu aktivitasku.” Kata Harry sambil mengulang perkataan Emily tadi.
Ingin rasanya Emily mencekik leher laki-laki tersebut hingga ia kehabisan nafas lalu mati ditempat. Tidak ia sangka jika tetangga apartmentnya adalah seorang laki-laki gila yang akan mengganggu tidur malamnya.
***
“Dasar perempuan gila! Apa ia tidak tahu sesakit apa lemparannya tadi. Untung saja sandal yang ia pakai tidak kotor, jika ia aku akan memakinya karena telah mengotori rambut indahku. Aku tidak menyangka jika harus memiliki tetangga menyebalkan seperti dirinya.” Umpat Harry sambil mengusap-usap kepala bagian belakang yang tadi terkena lemparan dari Emily.
“Whoa, what happen with you, mate?” Tanya Niall yang sedang memutar bola basket dengan telunjuknya. Harry menolehkan kepalanya kearah laptop yang masih terbuka sedari tadi. Memang ia sedang berkomunikasi dengan Niall—salah satu sahabatnya di sekolah lamanya—lewat skype.
Harry memutar bola matanya. Lalu dengan malas ia meraih laptopnya tersebut dan duduk di tempat tidur besar miliknya.
“Aku baru saja bertemu dengan perempuan gila.” Kata Harry dengan tatapan badmoodnya. Yang berhasil membuat Niall tertawa dibuatnya.
“Kenapa kau tertawa seperti itu?” Tanya Harry dengan memasang muka datar. Butuh beberapa saat sampai Niall menyudahi tawanya.
Ia berdehem. “Kau selalu saja seperti itu, Harry. Pertama mengeluh tentang betapa menyebalkannya seorang perempuan yang baru saja kau temui. Lalu kau jatuh cinta kepadanya. Sampai akhirnya kau tinggalkan mereka begitu saja.” Tutur Niall.
Harry berdecak kesal dengan penuturan yang dikatakan oleh Niall. Walaupun itu tak bisa di pungkiri jika ia memang seperti itu. Tapi Harry tidak seburuk yang Niall katakan. Karena tidak semua perempuan itu ia campakkan. Yang ada Harry-lah yang di campakkan oleh mereka.
“Sudahlah kau hanya membuatku kesal. Lebih baik aku tidur, daripada mendengar ucapanmu yang selalu saja menyakitkan.” Harry menghela nafas.
Niall memutar bola matanya. “Sialan. Tapi dengar, kau mulai sekarang harus berubah jangan terlalu sering menyakiti hati perempuan. Karena kau akan mendapat karma, begitu yang aku pernah baca.” Komentarnya.
“Niall aku tahu kenapa kau tidak pernah pendapatkan seorang gadis untuk diajak date.” Harry menyunggingkan seringainya, “Karena kau terlalu cerewet untuk seorang laki-laki, dan mereka akan memilih untuk mundur.” Lanjutnya sambil tertawa.
***
a/n: maaf ya buat pertama-tama masih dikit dulu nanti kalau udah lama pasti bakal banyak deh soalnya udah ada konflik nya gitu so yeah makasih ya udah mau baca dan vote cerita ini it means a lot for me yay!
gimme a vomments bae x
KAMU SEDANG MEMBACA
The Neighbors Apartment // h.s
FanfictionMenjadi tetangga seorang Harry Styles memang tidak semudah yang di bayangkan. Terlalu banyak masalah yang di buat oleh laki-laki itu yang selalu saja membuat Emily ingin mencekiknya hidup-hidup. Begitu juga sebaliknya dengan Harry, tidak ada hal yan...