#Senin, 8 Juli 2020
- - - - - - - - - - - - - - -
Hari ini mungkin memang menegangkan bagiku, saat dimana mos pertamaku dimulai. Gimana gak tegang coba, sekolah ini aja terkenal dengan kakak kelas yang 'katanya' garang. Aku tertantang untuk membuktikan hal itu, ya lihat saja.
Aku sudah berada di lapangan dari tadi, sedikit merasa heran sebab 'kebetulan' aku tidak kesiangan seperti biasa. Mungkinkah ini faktor sekolah baru? ah sudahlah.
"AYO ADEK-ADEK CEPETAN BARIS! LEMOT BANGET SIH! KALIAN ITU UDAH GEDE, PENERUS BANGSA KAYA GINI? BISA-BISA HANCUR NEGARA."
Teriakan salah satu panitia MOS membuat telingaku berdenging. Salah satu kebiasaan saat MOS ya gini, teriak-teriak ngga jelas. Apa mereka ngga liat, yang _rempong_ itu ya mereka, tapi yang disalahin pesertanya. Mereka itu punya beban hidup apa sih?
Karena aku baik dan tidak sombong, dengan semangat yang juga membara, aku mengikuti perintah untuk berkumpul dan berbaris rapi di lapangan sekolah.
Kegiatan awal hari itu seperti MOS pada umumnya. Di temani panas terik matahari. Angin bertiup kencang menerpa mukaku. Aku pun turut memejamkan mataku, seperti merasakan sebuah kebebasan.
"Heh kamu, pinter banget tidur di hari pertama upacara MOS!" teriak cowok dengan muka garang.
Aku terkaget, refleks membuka mataku yang langsung disuguhi kilau matahari layaknya sebuah 'sensor' di acara tv. Suara cowok yang kuyakini panitia itu juga mirip sirine, apa ibunya dulu mengidam toa masjid? Segera kujernihkan pikiranku dan menahan kesal, apa dia tak pernah merasakan sejuknya angin? Yeah, maybe he's not.
Tertera di dadanya sebuah name tag, otomatis kebaca dong, oalah Davan. Songong bener, eh Astaghfirullah, dosa.
"Oh, maaf kak"
"Bukan Idhul Fitri!"
See? Pengen gitu tak _bejek-bejek_ mukanya. Padahal aku bilangnya santai, dia malah kaya gunung meletus. Huh sabar... hari pertama MOS, banyak cobaan.
"Trus, saya harus apa?" ujarku kalem.
"Akui kalau kamu pacar saya, di Mimbar nanti setelah upacara selesai!" balasnya dengan seringai menjijikkan.
What??!
Setelah mendengar itu aku melongo jelas. Kek jomblo akut aja ini orang, kan aku mau jadinya. Eh Salah Malu maksudku. Gimana gak coba? Semua anak ngeliatin aku sama ni kakel songong satu.
Tapi dengan polosnya ya gue anggukin aja, bego kan gue? Dahlah emang. Makanya Rank 1 mulu dari sd, pusing ah. Bentar ini bahasanya kok gue gue an?
Upacara pun dilanjut seperti biasa, untungnya kejadian ini gak dibahas ama pembinanya astaga. Lega banget sumpah. Dih, kakel kok aneh, itu modus apa gimana sih? Dasar matematika.
- - - - - -
"Bubar Jalan!"
Berhamburan lah semua anak-anak ke kelas.
Aku lagi asyiknya mau pasang earphone, eh ada yang narik. Dikira tarik tambang apa."Eh kakak tadi toh"
"Lakuin!"
Aku loading, mikir bentar baru paham gitu.
"Apa? Oh.. yang tadi. Sekarang atau tahun depan kak?"
"Bawel, cepet sana!"
Dih, Ish, apaan si.
Tapi karena aku gamau ribut, aku langsung ke tengah lapangan aja dong, biar cepet kelar. Toh dah masuk kelas semua juga kan? Jadi gaada yang liat ehe.
"Eh eh... siapa suruh ke tengah lapangan?"
"Loh?"
"Budeg? M I M B A R."
Tanganku refleks _nemplok_ ke dahi. Oh iya ya, dih malu-maluin banget aku ini, astaga.
"Tes. Pengumuman! Dengan ini, Saya Vianetta mengakui kalau saya itu pacarnya Kak Davan. Sekian, terima Kasih."
"Good girl."
"Ya... ya ya, udah kan? Aku balik ya"
"Hm."
Singkat Padat dan Jelas,
Dahala yang penting selesai juga hukumannya.Aku langsung masuk kelas dan diliatin mulu, berasa artis gitu. Aku sih berusaha bodo amat, lumayan, pengalaman jadi artis, wkwk.
Gak lama pelajaran dimulai hingga bel pulang. Sekolahnya ya cuma gitu-gitu aja, masih kaya perkenalan trus basa-basi.
Waktu pulang, aku nunggu di jemput abang sambil duduk di kursi depan gerbang sekolah sambil dengerin lagu karena abang pasti agak lama datengnya.
Lagi santai-santai duduk, aku menemukan sebuah harta berharga, bolpoin. Jangan salah, bolpoin tu berharga. Jiwa Kolektor ku pun bergejolak. Eh, tapi setelah ku liat-liat, ada namanya, pudar sudah jiwaku. 'Davan' ciah elah punya ni anak. Dahlah bodo, kubawa aja.
Akhirnya aku pulang setelah dijemput abang.
*-Garis Terdepan-*
BANTU VOTE 😁💓
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TERDEPAN
Teen Fiction- Diary Vianetta - "Jika memang tak ada yang mendukungmu, maka datanglah padaku dengan senyuman. Jangan kamu datang dengan tangisan, karena itu tak akan mengubah apapun. Aku akan mencoba selalu ada pada Garis Terdepan mu" - Vianetta "Bukankah segala...