ISMAIL

315 11 11
                                    

Bagi Nala pemuda itu adalah sosok pemurah yang sudi mengulurkan bantuan tanpa pamrih.Masih ingat dibenaknya ,ketika waktu terasa genting menghimpit perasaan yang berkecamuk diujung tanduk,lantaran ia terikat disebuah pohon dan orang kampung mengerumuni hendak membakar tubuhnya.ia jelas mengingat,darah dari hidungnya terus mengelucur sebab hantaman benda keras dihujankan bertubi-tubi dibagian mukanya oleh salah satu warga kampung yang berprasangkan bahwa Nala merupakan  siluman hutan berbahaya.Urat nadi Nala serasa tercekat mengikat hulu nafasnya yang kesekian menit akan terhenti dan memaksa jiwanya terpisah dengan tubuhnya.Pemuda itu datang bersama sorot cahaya neon yang entah dari sudut bagian mana hingga kerumunan orang tak menyadari kehadirannya.Tiba-tiba saja ia datang ,menghempas seluruh orang yang mengerumuni Nala dengan hembusan angin ajaib,mementalkan setiap orang menjauh sekitar satu meter.Orang kampung terbelalak heran.Sebagian berlarian kocar kacir ,sebagian lagi tetap duduk menikmati tubuhnya yang kaku ketakutan.Ismail hanya menatap mereka datar seolah tak ada persoalan apapun yang layak dibahas.Matanya hanya tertuju pada Nala yang saat itu masih terlihat berantakan dengan  muka penuh memar dan darah.Ismail melepaskan ikatan Nala kemudian,sesekali mengusap wajah Nala sebagai rasa simpatik.

"Remaja yang malang."Ismail merangkul tubuh Nala dan menyandarkannya pada pundak bagian depan.Nala sama sekali tak menunjukkan pemberontakan.Sebab ia mengilhami bahwa Ismail pasti orang baik yang dikirim tuhan untuk menolongnya pada waktu itu.

"Kupastikan kau  akan aman."Ismail berbisik ditelinga Nala seoalah memberikan ketenangan secara psikologis.Nala tak menjawab ,hanya sorot matanya mengesankan nada terimakasih dalam artian simbolik,sebelum akhirnya keduanya terbang melintasi pepohonan hutan meninggalkan kekacauan.

Nala tak sempat mengenal secara detail sosok Ismail.Yang ia ingat hanya sosok  pemuda sopan dan ringan tangan dari perspektifnya ketika berusia dua belas tahun.Latar belakang yang misterius tak memberi peluang bagi Nala mengetahui asal muasal keberadaannya.Tak ada  yang tahu bahwa sesungguhnya Ismail dilahirkan dari inisiatif pembunuhan oleh ibunya sendiri.Mutia sang ibu  terus saja memukul-mukul perutnya yang belum penuh sembilan bulan serambi menelan nanas hijau agar jabang bayinya tak pernah terlahir kedunia.Tetapi nasib berkehendak lain ,perutnya tiba -tiba konstraksi mengeluarkan air ketuban dan darah mengelucur disela sela selangakangan,memaksa ismail terlahir kedunia tanpa bantuan dukun atau tetangga.Mutia tampak terkejut saat mengetahui anaknya masih saja hidup ,ditambah tangisan keras yang menarik perhatian para tetangga,membikin diri mutia tampak semakin khawatir jika orang kampung mengetahui ia telah melahirkan bayi hasil pelacuran.

Dengan ide ngawurnya,mutia mengambil kain handuk untuk membalut tubuh ismail kecil dan  menaruhnya dalam kotak kayu .Lalu  ia membawa ismail keluar rumah melalui dapur belakang ,mengendap-ngendap seperti maling ayam terinspirasi pada tingkah laku yang telah dilakukan sejak  zaman purbakala agar tidak diketahui orang kampung.Mutia merasa segala niat jahatnya  dilancarkan oleh tuhan,atau ini ada campur tangan setan.Entahlah .Yang jelas ia bersyukur sekali bahwa hari itu bayinya telahir dimalam hari.Dimana tak banyak orang lalu-lalang melakukan aktivitas harian.Disela perjalanannya,secara spontanitas  Mutia terpikir sebuah reka adegan bagaimana nabi musa di hanyutkan melalui aliran sungai.Pikiran biadabnya mulai mengkorelasikan jika jalan  keluar masalahnya sekarang dapat ia atasi dengan cara yang sama.jadilah ia menuju sungai yang tak jauh dari belakang rumahnya,menghanyutkan ismail di dalam kotak kayu sambil berharap  seseorang berakhlak mahmudah dapat menemukan dan merawat bayinya.

Tepat ismail hanyut satu  kilometer jauhnya,Tengku Anwar si guru ngaji tua yang hendak berthaharoh menemukannya separuh lemas hampir kehilangan nafas akibat oksigen yang tak mencukupi dalam kotak kayu.Tidak  tahu harus mengadukan kepada siapa ,sebab orang kampung tak jua berseliweran disungai mencari ikan tawar untuk lauk makan siang.Ismail menangis sekencang -kencangnya saat Tengku membuka kotak dan sekaligus menatapnya penuh ketakutan bercampur rasa heran.Ia terus saja menangis sementara Tengku anwar masih berusaha keras mendiamkannya dengan cara menggendong walau jelas sekali tak seprofesional ibu-ibu warga setempat.Sedetik kemudian Tengku memberinya minum  air yang ia ambil menggunakan batok kelapa sebagaimana hipotesanya bahwa Ismail merasa lapar sekaligus kehausan.Merasa kasihan ,Tengku pulang kerumah dengan membawa ismail yang berangsur terkendali sebelum akhirnya mendadak tersentak oleh kepanikan Istri Tengku,Mariam.Karena baru kali ini suaminya itu memberikan kejutan selama usia pernikahan yang mendekati setengah abad.Jadi wajar jika Mariam sangat gaduh oleh kepanikan  berlebihan.

KUNTILANAK DIARYWhere stories live. Discover now