1. Misi Gagal

126 18 0
                                    


Sebuah group anggota dibuat untuk saling bekerja sama
Dan membantu.
Bukan nya bertengkar dan malah disuruh jadi pembantu.

-Ata L.B



"KALIAN NGAPAIN AJA SAMPAI TARGET NYA BISA HILANG?!,"

Gebrakan meja disertakan dengan suara yang mampu membuat telinga berdengung mendengarnya. Bahkan suaranya memantul di seluruh ruangan---layaknya seperti di gua.

Darfin dan Dira, kedua nya sedang menghadapi kemarahan sang letnan saat ini. Tentu saja kemurkaan sang letnan adalah akibat kelalaian dari mereka berdua.

Namun, namanya Dira dan darfin. Tak mau di salahkan, maunya saling menyalahkan.

"Ini sudah ketiga kalinya kalian gagal menjalankan misi yang diberikan." Deri--sang letnan hanya bisa mengerang frustasi. Kalau begini terus, bisa-bisa dirinya juga kena semprot oleh sang atasan. Karena, Selalu saja begini bila dirinya dihadapkan dengan duo couple rival tersebut.

Beruntung saja Dira dan darfin adalah sahabat masa SMP nya dulu. Tapi, walaupun begitu. Deri harus bisa bersikap profesional, walaupun mereka berdua adalah sahabatnya sekalipun.

"Saya telah memutuskan, kalau kalian akan di liburkan selama seminggu."

Pernyataan dari letnan Deri telak, mampu membuat Dira serta darfin memandang ke arahnya dengan raut wajah yang seperti tak terima.

"Saya sudah memutuskan hal itu dengan baik, lebih baik kalian selesaikan dulu masalah pribadi kalian masing-masing. Baru setelah itu kalian bisa kembali bertugas seperti biasa." Deri kembali melanjutkan ucapan nya, membuat Dira yang sempat ingin melayangkan sebuah protes, tetapi akhirnya urung.

"Baiklah, itu saja yang ingin saya sampaikan. Ingat!, Gunakanlah kesempatan berlibur kalian dengan baik, berusahalah untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan." Setelah mengatakan hal itu, Letnan Deri langsung berdiri dari duduk nya, berjalan keluar ruangan. Meninggalkan dua orang yang kini telah---saling menatap tajam.

"Ini semua karena Lo!," Dira langsung mengeluarkan suaranya, setelah memastikan kalau letnan Deri telah pergi. Soalnya, ia tak mau terlalu mengambil resiko untuk dimarahinya kembali.

"Eh?, Kok gue?, Seharusnya Lo yang salah!, Malah nyalahin gue segala." Tentu saja kalau darfin membela diri, karna ia merasa percaya diri kalau dirinya benar.

"Lo gak inget?, Gara-gara Lo sama penggemar Lo itu kita---eh ralat, maksudnya, gue kehilangan target." Ujar Dira mengingatkan kembali tentang kejadian beberapa jam lalu. Bahkan Dira masih merasa jengkel bila mengingat nya.

"Bilang aja Lo itu iri sama gue, karena penggemar gue banyak. Sedangkan Lo..." Kedua mata darfin melirik tubuh Dira dari atas sampai bawah, kemudian memandangnya remeh. "Gak mungkin juga sih, modelan kayak Lo ini punya penggemar."

Rahang Dira mengeras, bahkan kedua tangan nya terkepal menahan amarah. Mendengar remehan dari darfin. "Gue gak punya penggemar juga, bukan urusan Lo!, Seharunya urusin tuh tanggung jawab Lo sebagai reserse. Buat apa ada di jabatan itu kalau diri Lo aja gak ada tanggung jawab nya sama sekali!, Lebih baik undur diri aja sana, gak guna."

Gantian darfin yang marah, kedua mata onyx nya terlihat menggelap. Berusaha untuk menahan amarah, karena dirinya harus tetap sadar. Kalau Dira adalah perempuan, lantaran sang ibu pernah mengajarkan dirinya untuk tidak bersikap kasar terhadap perempuan manapun. Termasuk rival abadinya, Dira.

"Ekhm," deheman dari seseorang mampu membuat mereka berdua mengalihkan pandangan nya secara bersamaan.

Tiara--rekan kerja mereka yang berbeda jabatan, namun masih satu kantor. Berdiri tepat di hadapan mereka berdua, dengan kedua tangan yang mendekap di depan dada.

"Maaf mengganggu adegan romantis kalian, tapi sekarang jam sudah menunjukan untuk pulang. Apakah kalian ingin menginap di sini?," Tiara sengaja mengatakan hal itu supaya mereka sadar akan maksudnya.

Dira maupun darfin langsung mendengus sebal secara bersamaan. Apa-apaan coba perkataan Tiara itu, adegan romantis?, Hell, mereka ini lagi bertengkar. Bukan nya lagi syuting film tin-tan-tuc.

Tanpa membalas perkataan dari Tiara, Dira dan darfin langsung beranjak dari kursi nya. Kemudian keluar dari ruangan untuk pulang ke rumah. Dan tentu mereka berdua masih di iringi dengan segala kebacotan yang sangat unfaedah sekali untuk di Dengar.

Bahkan Tiara yang melihat hal tersebut hanya mampu menggeleng pelan, terlalu maklum dengan kelakukan absurd dari couple rival itu.

✓✓✓✓✓

Dira menghempaskan tubuhnya dengan kasar di atas ranjang miliknya. Terlalu lelah untuk kejadian hari ini yang menimpa nya.

Mata hazle nya memandang langit-langit kamar yang di hiasi dengan plafon yang bisa dibilang cukup indah dan terlihat menenangkan dengan warna abu-abu---warna kesukaan Dira.

"Woy, kampret!!, Charge-an gue mana?,"

Baru saja mata Dira mulai menutup, secara tiba-tiba saja ada yang menggedor pintunya--secara tak manusiawi. Maklum, yang nggedor adalah titisan makhluk halus.

Dengan berat hati Dira bangkit dari rebahan nya, berdecak sebal. Sembari mengutuk orang yang menggangu acara--mari ber-istirahat nya. Langkah kakinya gontai mendekat ek arah pintu, lalu dengan perlahan membukanya.

Terpampang lah langsung wajah seseorang pria yang dira benci, berdiri di hadapan nya dengan bersidekap ditambah kedua alisnya yang menaut tajam.

"Apa sih?!," Dira berucap ketus, terlalu malas untuk menggapi--sebenarnya.

"Mana charge-an gue?," Tangan pria itu mengadah, seolah-olah meminta sesuatu hal dari Dira.

"Ya mana gue tahu bege!, Itukan charge-an elo!,"

Pria itu--tak lain adalah darfin, sosok saudara 'tiri' untuk Dira. Sekaligus kakak, dengan garis miring, bold, plus garis bawah. Sosok kakak yang paling dibenci oleh Dira untuk seumur hidup.

"Gak usah pura-pura deh Lo, gue tahu kalau Lo yang nyembunyiin-nya, kan?," Darfin kembali menuduh Dira, ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Dira tak sesuai dengan yang di inginkan nya.

"Heh!, Kalau gue bilang enggak, ya enggak. Emang Lo pikir di rumah ini cuma ada gue?, Tanya tuh si Balqis."

"Balqis gak mungkin ngelakuin nya, udah ngaku aja lah. Pasti Elo kan?, Tinggal ngaku aja apa susah nya sih?,"

"Mau ngaku kayak mana?, Sedangkan aja bukan gue pelaku nya!," Lama-lama Dira bisa stres jika selalu dihadapkan sebuah cobaan seperti ini. Mana setiap hari lagi.

"Lo it-"

"Hei, ini kenapa sih?, Kok pada ribut?," Akhirnya sosok malaikat bagi mereka berdua datang, menengahi acara pertengkaran antara Dira dan darfin.

"Ini loh Bun, masa kak darfin nyalahin aku, kalau aku yang ngumpetin charge-an nya." Dira kalau di depan keluarganya memang memanggil darfin dengan sebutan kakak, namun bila di belakang keluarga, jangan di tanyakan lagi. Bahkan nama seluruh hewan ragunan sudah dira sebutkan kepada darfin---definisi adik laknat, ya begini.

"Charger?,"

Darfin mengangguk, "iya buk."

"Bukan nya charge-an kamu tadi pagi di pinjem sama Balqis ya?,"

SKAKMAT, tatapan Dira langsung saja menatap tajam ke arah darfin. Sedangkan darfin langsung menyengir tanpa dosa---kalau boleh jujur, sebenarnya darfin lupa.

Akhirnya tanpa menunggu lama lagi darfin langsung melesat pergi, sebelum Dira meledak di depan nya. Dan Dira Hanya bisa memandang kepergian darfin begitu saja. Lantaran saat ini ia sadar, kalau sedang di hadapan sang bunda. Dimana ia harus menjaga image nya untuk tidak dimarahi.

Dan di dalam hati, Dira tak berhenti untuk menyumpah serapahi darfin. Bahkan sempat terbesit di benak nya untuk menyewa dukun santet, bahkan yang profesional sekalipun.



YESS UP LAGI..
JANGAN LUPA UNTUK VOTEMENT NYA YA..

BY
ATA L.B, AKUN WP Ataliabalqis

Police And DetectifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang