Dalam ricuhnya hening. Dia tahu dapur besar di hadapannya itu terasa ambigu. Panci di sana pernah merebus penis para pemerkosa. Wajannya banyak menggoreng otak patriarkis. Tak lupa oven tua yang sering memanggang kepala tukang diskriminasi. Oh, jangan lupakan lusinan golok itu yang hobi memotong tangan-tangan koruptor sebelum menumisnya.
Bangunan tua ini menakjubkan dengan keadilan nan kejamnya. Perpaduan yang tidak lazim mengingat seluruh dunia pasti menginginkan keadilan bersanding dengan kebaikan.
Bukan pemilik bangunan ini yang salah, pikirnya. Mungkin karena manusia yang tak seharusnya menjadi pemimpin di bumi ini.
17 Mei 2020,
pluviafrauen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nestapa Atma Buana
PoetryBERLANGSUNG | Antologi Puisi Selain fana, buana juga memiliki atma yang kerap kali terjebak dalam nestapa yang entah sampai kapan rencananya. Mungkin buana butuh rehat namun yang disajikan selalu penat. Mendengar penghuninya berseranah pada semesta...