5. Isma berhasil

12 2 0
                                    


Ketika hati sudah memilih, maka logika tak dapat lagi untuk mengelak.

__________________________________

Di sisi lain Isma masih diam-diam bersembunyi untuk menunggu Pak Bani yang sedang mengobrol dengan Pak Juna di parkiran.

"Kalau begitu saya duluan ya Pak." Ucap Pak Juna yang kemudian di angguki ramah oleh Pak Bani.

Saat Pak Juna sudah pergi, Isma keluar dari persembunyiannya, ia menghampiri Pak Bani yang sedang menyalakan motor.

"Assalamualaikum Pak, hmm permisi." Ucap Isma sopan sambil menyalami punggung tangan target nya itu.

"Waalaikumussalam, eh Isma ada apa ya?" Tanya Pak Bani to do point, membuat nadi Isma semakin berdenyut kencang.

"Aduhh anu Pak begini, saya ga enak nih ngomong nya."

"Nggapapa Isma, ngomong aja."

Dengan wajah terlihat sendu, Isma kembali berbicara. "Aduh Pak tolongin saya, saya itu lagi di ikutin orang jahat. Dan orang jahat nya ada di luar sekolah, tolong anterin saya pulang dong Pak. Cuma kali ini aja Pak, saya takut soal nya."

"Loh memang nya teman-teman kamu kemana? Terus orang tua kamu tidak menjemput?"

"Gini Pak, teman-teman saya pulang pada naik angkutan umum dan ada yang pulang nya bareng pacar, kalau saya ikut naik angkutan umum bareng teman saya, saya takut malah teman saya juga kena sasaran nya Pak dan saya ga bisa pulang bareng pacar karena ga punya pacar. Terus orang tua saya lagi ada meeting, dan biasa nya pulang malam Pak. Tolong saya dong Pak, soal nya saya gatau harus minta tolong kesiapa lagi." Alibi Isma dengan akting berwajah memelas.

Pak Bani berpikir sebentar hingga akhirnya tak di sangka, "Ya udah, tapi saya ga bawa helm lagi, gimana?"

"Nggapapa Pak, saya ga usah pakai helm. Nanti lewat nya jalan tikus aja Pak biar ngga ada polisi."

"Ya udah ayo naik."

Isma pun menaiki motor Pak Bani. Akhirnya usaha Isma berhasil, ia tersenyum puas. Dan penasaran bagaimana reaksi teman-teman nya itu.

Motor yang dikendarai Pak Bani pun berjalan hingga saat di depan gerbang, Isma tersenyum puas kepada teman-teman nya.

Melihat itu, Diva dan Rara terkejut bukan main. Diva mengambil ponsel nya dan memotret Isma yang sedang di boncengi oleh Pak Bani.

"Gila-gila mantep tuh anak." Gumam Rara.

Diva hanya menggelengkan kepala sambil berkata," Salutt."

Ketika mereka berdua masih terbengong tiba-tiba ada yang datang menganggetkan nya.

"Diva." Teriak seseorang itu.

Bukan hanya Diva saja yang menoleh ke sumber suara tetapi Rara pun ikut menoleh.

Yang ternyata suara tersebut milik Dodi sedang berjalan ke arah nya sambil menuntun sepeda.

Saat sudah di hadapan Diva, Dodi mengajak nya pulang bersama."Diva, pulang bareng aku yuk mau ndak?, Tapi nanti mampir ke tukang isi angin dulu yo, ban sepeda aku habis kentut jadi kempes."

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang