6. Hukuman

16 1 0
                                    


Hukum alam itu ada.
Ada saat nya yang mencintai akan dicintai.


_________________________________

Sudah di pastikan pagi ini Rara tidak akan terlambat. Terbukti, karena pagi ini ia sudah berada di kantin bersama Rara, Aqilla dan Diva sedangkan Isma seperti nya belum berangkat sekolah.

"Eh Div, Ra, kemarin Isma gimana berhasil bisa diantarin pulang sama Pak Bani?", Tanya Aqilla yang penasaran.

"Gila tuh dia bisa diantar pulang Pak Bani. Nih gue tunjukin foto nya." Diva menunjukan foto Isma yang sedang diboncengi oleh Pak Bani kemarin.

Aqilla yang melihat foto tersebut dari ponsel milik Diva langsung berbinar tak percaya. Seketika Isma datang dengan nafas yang terengah-engah membuat mereka bertiga terkejut dan heran.

"Eh Isma lo ngagetin aja, lo habis dikejar-kejar setan? Atau kuntilanak? ngos-ngosan gitu." Tanya Aqilla bingung.

"Eh kuntilanak bukan nya setan ya Qil?" Tanya Rara mengerutkan dahi nya.

Isma langsung mengambil minum Rara."Terserah lo Ra, gue lari-lari tadi karena ga ada apa-apa sih hahahaha, cuma haus."

Rara menoyor pelan kepala Isma yang barusan mereceh.

Aqilla baru kepikiran bahwa ia ingin bertanya kepada Isma tentang mengapa diri nya berhasil pulang bersama Pak Bani. "Hmm oh ya Ma, jelasin dong gimana lo bisa pulang bareng Pak Bani?"

Isma duduk di sebelah Rara dan berhadapan dengan Diva yang bersebelahan dengan Aqilla. Lalu mulai menjelaskan. "Ma ma ma dikira gue Ema lo apa... Oh ya kemarin itu Pak Bani diajak ngobrol sama Pak Juna karena itu maka nya lama. Terus waktu selesai ngobrol dan  Pak Juna udah pergi, nah gue datangi Pak Bani, gue bilang kalau gue lagi di kejar penjahat. Awal nya sih Pak Bani kaya ga mau nganterin gitu, terus pas gue yakinin eh dia nya mau."

Aqilla bertepuk tangan sambil tertawa karena menurut nya sangat gemas, sedangkan Rara dan Diva hanya menggelengkan kepala.

"Sumpah ya Isma, lo keren banget. Kan jarang tuh hampir belum pernah Pak Bani bawa orang dibelakang motor nya. Eh tapi kok Pak Bani percayaan banget yah sama lo. Owhh jangan-jangan dia-" Diva menggantungkan ucapan nya sedangkan pikiran Isma sudah menghayal jauh.

"Aaaaa ga mungkin dong, aduhh gue makin salting nanti kalau ketemu dia. Eh tapi beneran Pak Bani suka sama gue?" Teriak Isma lalu bertanya atas pikiran nya yang asal nebak, ketiga teman nya hanya tertawa terbahak-bahak.

"Aduh PD lo ketinggian tau ha. Hahaha Ga mungkin lah Pak Bani suka sama model kaya lo." Aqilla tertawa garing sedangkan Isma hanya mengerucutkan bibir nya.

Kemudian tak sengaja arah mata Isma melihat Putra yang sedang duduk sendiri.

"Eh eh woi udah napa ga usah dibahas, itutu liat si Putra sendirian mendingan sana lo samperin Ra." Ucap Isma mendorong-dorong bahu Rara.

Rara yang tak tahan bahu nya didorong-dorong akhir nya beranjak berdiri. "Aduh iya iya gue samperin. Demi tantangan."

Rara menarik nafas dengan kasar kemudian menghampiri Putra yang sedang bermain ponsel. Sedangkan ketiga temannya sudah kembali ke kelas. Teman lucknut memang.

"Ekhm." Deheman Rara menyadarkan Putra dari kegiatan bermain ponsel nya. Tetapi Putra belum juga mengeluarkan suara.

"Eh iya Put boleh duduk disini ngga?" Tanya Rara basa-basi. Dan dijawab singkat oleh Putra."Boleh."

Tanya HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang