Prolog

18 5 3
                                    

Seorang gadis dengan rambut panjang sepunggung yang ia biarkan terurai sedang menunggu angkot yang berada di depan gang rumahnya. Sesekali ia menengok ke arah kanan dan kiri berharap kedua sahabatnya datang seperti pahlawan untuk datang menjemputnya.

Dering telfon terdengar keras mengusik gadis tersebut yang sedang menunggu angkot, ia pun merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel yang sudah retak kaca sebelah kiri, akan tetapi ia masih bersyukur karena ponsel nya masih bisa digunakan dengan baik.

Gadis tersebut melihat siapa yang menelfonnya untuk sepagi ini. Nama Ilham tertera di layar ponsel nya, dan ia segera menggeser tombol hijau untuk mengangkat telfon dari sahabatnya

"Sorry. Gue gak bisa jemput lo fi. Kunyuk satu tadi pagi datang buat nebeng bareng gue" suara lelaki dengan nada merasa bersalah yang terdengar diseberang sana

"Oke, gue bisa naik angkot kok. Ini juga mau jalan" ucap Gadis tersebut berbohong dengan sedikit meyakinkan sahabatnya.

"Ya udah. Hati - hati, nanti gue sama Awan nunggu di depan gerbang. See you my love"

"Yayaya" Gadis tersebut segera mematikan telfonnya dan beranjak pergi untuk menaiki angkot yang berada di depannya.

Ia pun merogoh saku nya mengambil uang untuk membayar angkot yang dinaikinya, Gadis itu menghela nafas hanya terdapat selembar uang bewarna kuning yang tersisa. Ia lupa jika dia belum menerima gajinya dari hasil bekerjanya.

Afika Mauren. Gadis yang bekerja paruh waktu di saat sekolah, untuk mencukupi biaya hidupnya, agar bisa bertahan hidup untuk membuktikan kesuksesannya kepada Orang tuanya termasuk Ibunya.

CombattimentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang