1 - Combattimento

17 5 6
                                    

Jangan Lupa Follow;)

"MAURENN" suara serempak dari kedua laki laki yang tengah berjalan menghampiri Mauren yang usai membayar angkot. Mereka terlalu memanjakan kakinya, padahal nanti Mauren akan menghampiri kedua lelaki tersebut di sebelah pos satpam.

Jika ditanya alasannya, maka laki - laki dengan rambut yang disisir kebelakang, dengan alis tebal yang hampir menyatu, tak lupa gigi gingsul disebelah kirinya, menambah kesan manisnya, yang tak lain adalah Awan Surya Bramantyo. Lelaki manis tersebut akan mengatakan "Kapan lagi, jemput bidadari kesasar." padahal Awan selalu berada disamping Mauren setiap hari nya.

"Ngapain sih kesini? Nanti kan gue bisa menghampiri kalian." Tanya Mauren sambil melangkah memasuki sekolah diikuti bodyguard yang senantiasa bersamanya yang tak lain, Ilham dan Awan. Sesekali Mauren tersenyum, kala adik kelas menyapanya.

"Oh tidak bisa, princess tuh harus dijemput. Kalau tidak nanti kehilangan arah" jawab lelaki blaster Jawa - Eropa disebelah kiri Mauren sambil merapikan jambul yang ia tata rapi sedemikian rupa, rahang tegas, bola mata coklat terang, tak lupa cengiran khas yang bisa saja membuat kaum hawa menjerit tertunda. Siapa lagi kalau bukan Ilham Alextyo Agrambell.

Mauren hanya menggelengkan kepalanya melihat alasan sahabat nya, yang menurutnya tak masuk akal. Ia hanya gadis biasa dari keluarga sederhana, terkadang ia merasa iri kepada mereka yang tak pernah haus kasih sayang orang tuanya, walaupun orang tua mereka sibuk, maka tetap ada waktu yang tersempatkan bagi anak - anaknya.

"Bunda, kangen lo Ren. Katanya kapan lagi main kerumah? Terus si kembar juga udah bisa ngomong sekarang" ucap Ilham menyampaikan pesan Bundanya sambil merangkul pundak Mauren.

Tanpa sadar Awan berjengit tak terima dengan kata - kata Ilham, "Kok cuman Mauren si yang ditanya sama Bunda?", mengapa ia juga tak dirindukan, padahal dia juga sahabatnya.

Dengan sebal Ilham menjewer telinga Awan dengan tangan yang awalnya dari pundak Mauren berganti ketelinga Awan, "Lo kok iri si? Lo tuh hampir tiap hari dirumah gue, ya ngapain Bunda nanya tolol"

"Oh iyaa, gue lupa" terang Awan sambil menggosok telinganya yang panas akibat jeweran Ilham.

Mauren memaklumi Awan yang jarang pulang kerumahnya. Awan hanya putra tunggal, dan mamanya meninggal karena kecelakaan saat ia berumur 12 tahun, sedangkan papanya sibuk mengelola perusahaan untuk berpindah aset ke tangan Awan, tetapi pak Surya papa Awan masih menyempatkan untuk pulang mendengarkan cerita anaknya. Jadi tak jarang Awan menganggap Bunda Mia sebagai Mamanya sendiri.

"Udah - udah ngapain juga bertengkar, bilang ke Bunda gue masih belum bisa kesana, kalau ada waktu luang gue kesana deh Ham" jawab Mauren sambil berhenti di depan kelasnya

"Oke, ntar gue sampein ke Bunda"
"Lo ngapain masih disini? Ini mau bel masuk, kelas lo kan beda arah" tanya Awan sengit, ia masih sebal dengan Ilham karena dengan bebasnya menjewer telinganya sampai panas.

"Suka - suka gue dong, gue cuman ngantar Mauren selamat sampai tujuan kelasnya. Kok elu sewot si" jawab Ilham tak kalah sinisnya

"Udah ya ampun, pusing gue lihat kalian bertengkar terus. Baikan sehari masa gak..... "

"GAK BISA" belum sempat Mauren melanjutkan bicaranya. Ilham dan Awan sudah menjawabnya dengan serempak. Hal tersebut tak lepas dengan mata kaum Hawa yang melihat adegan mereka secara terang - terangan. Kapan lagi melihat duo Cogan bertengkar sebelum perpisahan.

Ilham dan Awan memang masuk dalam jajaran Cogan disekolahnya, belum lagi tiga Cogan yang berada di kelas MIPA dan salah satunya sekelas dengan Ilham.

CombattimentoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang