Chapter 1 - Sebuah misi

11.1K 385 4
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK VOTE DAN COMENT NYA.
TERIMAKASIH

-------------------------------------------------------
Happy reading ❤️

Seorang wanita duduk anggun di atas kursi kekuasaannya. Senyum miring terukir di bibirnya, menciptakan aura dingin yang membuat siapa pun di ruangan itu menelan ludah.

Di hadapannya, seorang pria berlutut gemetar. Keringat mengalir deras di pelipisnya, wajahnya penuh kepanikan.

"Ku mohon, Nona! Maafkan saya!" erangnya, suaranya bergetar ketakutan.

Tanpa ragu, wanita itu menepis tangan pria itu yang mencoba meraih kakinya. Dorongannya cukup kuat hingga pria itu tersungkur ke lantai berdebu.

"Lepaskan tangan kotormu dari tubuhku, SIALAN!" bentaknya dengan penuh amarah.

"Nona, saya mohon… ampuni saya!" Pria itu masih mencoba memohon belas kasihan.

Wanita itu mendecih sinis sebelum mengibaskan tangannya. Salah satu anak buahnya segera melangkah maju, menyerahkan sebuah pistol berlapis emas kepadanya.

"Ini, Nona," ujar anak buahnya dengan suara hati-hati.

Pria itu membelalakkan mata saat melihat pistol tersebut. Tubuhnya bergetar semakin hebat.

"Nona, ku mohon… Jangan bunuh saya! Saya masih—"

Bang!

Suara tembakan menggema, memecah keheningan ruangan. Sebuah peluru telah lebih dulu menembus kepala pria itu sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.

Darah segar mengalir di lantai, menciptakan genangan merah pekat yang menyebar perlahan.

Para anak buah yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa meneguk saliva dengan gugup. Mereka sudah terbiasa dengan kebrutalan bos mereka, tetapi setiap kali melihatnya bertindak, ketakutan tetap menyelimuti diri mereka.

Wanita itu menghela napas malas, lalu memijat pelipisnya.

"Berisik. Kepalaku jadi pusing," gumamnya.

Dia benci mendengar ocehan pengkhianat. Itulah sebabnya ia lebih suka pelurunya bergerak lebih dulu daripada harus mendengar alasan murahan mereka.

Ia melirik anak buahnya dengan tatapan dingin.

"Bereskan dia," perintahnya.

Tanpa membantah, mereka segera mengangkat mayat pria itu, membungkusnya dalam plastik hitam, lalu membawanya keluar untuk dibuang ke laut lepas—sebuah akhir yang pantas bagi seorang pengkhianat.

Baru saja ia hendak menyandarkan tubuhnya di kursi, seorang anak buah lainnya maju dengan langkah ragu.

"Maaf, Nona Lisa… Big Boss menelpon," katanya dengan suara gemetar, menyerahkan ponselnya.

Wanita itu mengulurkan tangannya, menerima ponsel tersebut.

Lalisa Manoban. Wanita berusia 23 tahun itu bukan sembarang perempuan. Ia adalah putri dari Mr. Fredrick Manoban, bos mafia yang paling ditakuti di Amerika Serikat. Darah kepemimpinan dan kekejaman sudah mengalir dalam dirinya sejak lahir.

Lisa menghela napas gusar sebelum mengangkat telepon. Wajahnya menunjukkan ekspresi kesal yang tak bisa disembunyikan. Hubungannya dengan sang ayah memang jauh dari kata baik, terutama sejak kematian ibunya.

Dulu, ia adalah gadis kecil yang selalu dimanja dan dilindungi oleh kedua orang tuanya. Namun, setelah ibunya pergi, segalanya berubah. Ayahnya, Mr. Fredrick Manoban, menjadi lebih dingin dan keras. Ia tak lagi melihat putrinya sebagai anak kecil yang harus dijaga, melainkan sebagai penerus yang harus ditempa tanpa belas kasihan.

Beautiful MobsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang