6; Penghianatan

5 2 0
                                    

"Mau gua antar pulang?" Tanya Nicole saat sedang merapikan ranselnya.

"Enggak usah deh. Gw gak mau ngerepotin lo."

"Gak apa-apa nih? Gua bawa motor loh," kata Nicole sambil tersenyum simpul ke arah Luna. "Enggak apa-apa... Gw biasanya diantar Bara kok," jawab Luna dengan tersenyum. Mendengar itu, Nicole hanya merenung dan menarik napas pendek.

"Seriusan dia masih mau nganterin lo pulang? Dia aja gak pernah nyapa lo." Luna merenung sejenak. Perkataan Nicole memang ada benarnya. Akhir-akhir ini Bara memang jarang mengantarnya pulang.

"Meskipun begitu, gw kan tetep bisa jalan kaki. Udah gak apa-apa, Nicole," kata Luna sambil tersenyum pengertian.

"Oke, oke.. lo nolak ajakan pulang bareng gua kan, tapi lo gak akan nolak ajakan jalan bareng sama gua."

Deg

"Maksudnya apa?"

"Yah.. semacam kencan antar teman." Luna berpikir sejenak, bisakah ia menerima tawaran itu? Tapi jika Bara tau, apakah dia akan marah? Tapi... "Oke, baiklah. Jadi kapan itu?" Tanya Luna.

"Nanti jam 4 sore, oke? Kita janjian di depan sekolah ini." Setelah mengatakan itu, Nicole segera beranjak pergi meninggalkan Luna di kelas. Sebenarnya Luna sedikit khawatir akan janjinya dengan Nicole, tapi apa boleh buat. Ia sangat senang berada di dekat Nicole, dan sepertinya Nicole juga merasakan hal yang sama. Dan Luna juga ingin mempererat pertemanannya dengan lelaki itu.

***

Kali ini Luna pulang sekolah menggunakan ojek. Ojek itu mengantarnya sampai depan gerbang komplek. Entah mengapa ia merasa sangat lelah hari ini, jadi ia tak ingin pulang dengan berjalan kaki.

Luna menyodorkan uang Rp. 10.000 kepada si ojek. Dan mulai menyeret kakinya menuju rumah. Aneh. Itulah kata yang tengah ia pikirkan saat ini. Komplek yang biasanya ramai dengan orang yang lalu lalang, namun saat ini hening dan sepi bahkan pak satpam pun, tak nampak di pos jaga. Kemana semua orang?

"Siapa ini?!"

"Wah, kok bisa gini?!"

"Dia tidur atau pingsan?"

Suara-suara itu membuyarkan lamunan Luna. Sepertinya suara itu berasal dari rumah nomor 25 yang tak jauh dari kediamannya. Tanpa basa-basi, ia segera berlari menuju suara-suara itu.

Ternyata suara itu berasal dari sekumpulan orang yang sedang berkerumun mengelilingi sesuatu. Rasa penasaran menguasai dirinya saat ini. Ia langsung menerobos kerumunan dengan paksa, walaupun ada beberapa orang yang sedikit terganggu.

Luna cukup terkejut saat melihat seorang wanita yang tengah tersungkur kaku di depan rumah bernomor 25 itu. Luna langsung mengecek apakah wanita itu baik-baik saja. Tapi ia lega, karena ternyata wanita itu hanya pingsan saja.

"Heh! Bukannya ditolong, malah ditonton aja sih?! Tolong bawa dia ke rumah saya," kata Luna, tidak habis pikir dengan sikap orang-orang yang tidak gerak cepat. Akhirnya orang-orang tersadar dan membawa wanita itu ke rumah Luna. Di rumah Luna, ia dibaringkan di sofa Luna. Banyak orang yang terlihat sedang merawat wanita itu. Ada yang memberi balsem di pelipisnya dan ada juga yang mengecek suhu tubuhnya. Sementara itu, Luna menyiapkan minuman untuk tetangga yang datang. Sampai saat ini, wanita itu masih belum sadar juga. "Permisi pak, tapi bagaimana dia bisa pingsan?" Tanya Luna kepada pak satpam.

Falling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang