PROLOG

134 49 44
                                    

"Tolong!"

"Bunda, Ayah tolongin Zora, hiks hiks!" Gadis itu berlari sambil menjerit. Dress berwarna mocca selututnya nya beterbangan. Tubuhnya dipenuhi berbagai luka aniaya ulah manusia laknat itu.

"Hiks! Bunda, Zora mau pulang!" Ia menangis tersendat-sendat, entah tujuannya kemana. Tanpa sadar gadis malang itu sudah terlalu jauh masuk kedalam hutan, diliputi berbagai pohon yang menjulang. Telapak kakinya begitu perih karena menginjak berbagai ranting pohon tanpa alas kaki.

Ia mencoba melihat ke arah belakang, tiga pria dengan pakaian serba hitam itu masih mengejarnya dengan salah satu lecutan penyambuk ditangannya, sedangkan dua pria yang lainnya membawa balok panjang dan palu.

Ia menggelengkan kepalanya, berusaha berlari kuat dengan sekencang-kencangnya. Menutup mulutnya rapat. Air matanya berjatuhan silih berganti. Gadis itu menyesal karena tidak mendengarkan perkataan Bunda dan Ayahnya. Tapi nasi sudah menjadi bubur.

Sekarang, tubuhnya sudah tidak kuat lagi. Luka parah dan lebam dimana-mana. Pria laknat itu sudah menagkapnya tadi dan menyiksanya dengan benda yang dipegangnya. Alhasil dia berhasil kabur dan tambah membuat pria itu marah.

"Hiks hiks! Gue harus gimana? Hiks.." entah sudah berapa kali kakinya tersandung oleh kayu-kayu di depannya. Tapi, gadis anak tunggal itu tetap berusaha bangkit. Kesadarannya ingin gila jika membayangkan ia kembali di siksa oleh pria biadab itu. Dihantam, didera, dihajar dan lainnya.

"Aaaaaa! Bunda!!" Ia berteriak dan menjerit begitu histerisnya ditengah heningnya hutan.

Sebuah balok besar melayang dan berhasil menghantam kepalanya. Ia langsung tersungkur lemah diatas dedaunan kering dibawah rembulan malam yang bersinar.

Tiga pria biadab itu mendekat. Dua di antara mereka tertawa senang dan remeh. Tapi pria yang satu hanya terdiam membisu menatap gadis yang terbujur kaku.

Gadis itu sudah tidak sanggup lagi. Ia hanya pasrah.

"Lanjut!?" Ucap salah satu pria yang menggunakan tudung dikepalanya tersebut.

"Dengan senang hati!" Pria yang disebelahnya langsung mendaratkan lecutan panjang itu dibetis mulus gadis itu. Dilanjutkan pria si tudung menghantam pantatnya dengan balok sambil menendangnya, membuat si gadis tergeser dari tempatnya. Mereka tidak peduli meski itu adalah seorang wanita.

"Aaaarrggh!! Bundaa!! Tidak!! Jangan lakukan itu!" Gadis itu berteriak meminta simpati pada mereka. Gadis itu tidak tahu apa kesalahannya sebenarnya.

Dari tadi matanya selalu menatap ke arah satu pria dengan penutup mulutnya. Ia heran pria itu tidak ikut menyiksanya. Pria tersebut ikut menatap si gadis dengan tatapan tak kalah intens meski hanya diterangi cahaya bulan.

"SAKITTTT!!"Ia kembali menjerit hebat. Tubuhnya bergetar kala lecutan itu mendarat di punggungnya. Ini adalah perlakuan yang sadis, hal yang pertama kali dirasakannya semenjak hidupnya.

"STOOP! BERHENTI MENYIKSANYA!!!"

"STOOP! BERHENTI MENYIKSANYA!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang