Part 1 | Malam Sial

113 47 57
                                    


~2304 kata~
|📖Happy Reading📖|

⭐💭

MALAM ini, gadis dengan dress mocca selutut itu tengah siap-siap dengan semangat yang membara. Rambutnya ia gerai dengan indahnya dengan melintirkan sedikit rambut sisi kiri dan dia jepit di belakang telinga. Ia benar-benar terlihat manis malam ini.

Zora sudah begitu tidak sabar menunggu seseorang untuk datang menjemputnya, bahkan sampai menunggu di teras rumahnya.

Ia sesekali tersenyum sendiri, kala membayangkan yang akan terjadi nanti. Seseorang yang akan menjemputnya ke pestanya ingin memberikan surprise. Ini akan menjadi malam terbahagia baginya.

"Zora, masuk!" suara berat Ayahnya mengagetkan gadis yang bernama lengkap Zora Stella Anggereini itu. Ia menoleh ke arah Ayahnya dengan manyun.

"Bentar dulu, Yah. Aji udah di jalan"

"Yaudah, kamu tunggu di dalam aja!"

"Yaudah, iya-iya Ayahku yang bijaksana!" Zora segera masuk kedalam rumah. Ia kembali mendudukkan bokongnya di sofa, matanya sesekali tertuju pada pintu, takut-takut mobil Aji sudah parkir di depan.

"Zora yakin, Aji datang jemput?" suara lembut ibu mengalun indah. Ia ikut gabung duduk di sofa dekat Ayah.

"Yakin, Bun" jawab Zora. Sebenarnya ia tidak yakin, Aji hanya bilang dia harus datang di pesta ulang tahunnya, dia tidak mengatakan akan menjemput Zora. Tapi, biasanya pacarnya itu akan selalu menjemput Zora, jika ada sesuatu seperti ini. Ya, Aji Utama Bios adalah pacarnya Zora, mereka pacaran sudah jalan 1 tahun. Ia mengingat kembali saat Aji menyatakan perasaannya dulu di aula kampus, Zora benar-benar bahagia di buatnya. Apalagi, sebenarnya Zora pun sudah lama menyukai Aji secara diam-diam.

"Di telfon dulu!" perintah Ayah.

Zora mengangguk kikuk, ia menekan-nekan ponsel nya dan menghubungi Aji. Telepon pertama tidak di angkat, Zora kembali menghubunginya yang kedua kali.

"Halo?"

"Halo, Aji. Jadi jemput aku kan?"

"Apa, Ra? Gak kedengeran, disini udah rame. Kamu kok belum datang?"

Alis Zora bertautan, maksud Aji apa? Ia melihat Ayah dan Bundanya hanya diam saja. Untung dia tidak meloudspeaker handpone nya.

"Aku kira kamu bakalan jemput aku?"

"Loh? Aku gak pernah bilang mau jemput kamu kan, Ra?"

"Mana mungkin aku jemput kamu dalam keadaan seperti ini. Kamu ngerti dikit bisa gak?" lanjut Aji.

Ada apa dengan Aji, ini seperti bukan sifatnya-batin Zora. Semangatnya sedikit menguar.

"Yaudah, gak papa. Kamu layanin tamu-tamu kamu dulu"

"Nanti kalau udah sampai, jangan lupa ngehubungin aku ya?"

"Iya."

"Ada apa, Ra?" tanya Ayah, setelah sambungan telepon mati.

Zora mengedipkan matanya berulang-ulang kali padanya. "Hehe, Ayah antarin Zora, ya?" kata Zora dengan nada manja.

"Aji, gak jemput kamu?" nada suara Ayah sedikit naik.

"Ajinya lagi sibuk, Yah" ucap Zora memberikan sedikit pengertian pada Ayahnya.

"Zora, Aji itu gak serius sama kamu" petuah Ayah, membuat mood Zora tiba-tiba turun drastis.

SSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang