Psycho

228 39 9
                                    

"Ngghh..."

Dia terbangun. Dengan keadaan tangan dan kaki terikat diatas kasur. Perasaan penasaran dan takut menyatu dalam dirinya. Disekitarnya, hanya ruangan yang luas, dengan interior mewah namun berkesan gelap dan seram.

Gadis berambut panjang hitam itu belum sadar sepenuhnya. Ia melihat ke arah sekelilingnya dengan pandangan buram, mencari keberadaan seseorang yang mungkin ada disekitarnya. Namun nihil. Hanya dirinya seorang.

Gadis itu bernama Park Jiyeon. Gadis cantik dan manis, disukai oleh siapa saja. Terkenal dengan kecantikan, kebaikannya dan juga senyumannya yang memikat. Selalu tersenyum kepada siapa saja. Tidak peduli kalau orang yang di senyumi nya itu orang tidak baik sekalipun. Mungkin gegara sifatnya itu yang terlalu ramah, membuat dirinya terjebak di situasi seperti ini.

Sebelum kejadian...

Saat itu, Jiyeon bersama salah satu temannya yang bernama Luna. Mereka sedang berada di kantin, mengisi tenaga mereka untuk beraktivitas dalam kegiatan belajar mengajar berikutnya.

"Jiyeon," panggil Luna.

"Hm, kenapa?"

"Kamu jangan tengok ke dia, ya! Itu... Dari tadi ku perhatiin, Kak Myungsoo melihat ke arah mu, terus," jelas Luna. Mendengar ucapan Luna, membuat pipi Jiyeon memerah.

Jiyeon memang menyukai Myungsoo sejak pertama kali ia memasuki SMA. Menurutnya, Myungsoo itu kakak kelas yang baik dan sangat jenius , karena ia selalu mendapatkan juara satu diberbagai lomba akademik maupun non akademik. Tetapi, tidak tahu mengapa Luna selalu bilang jika Myungsoo itu pria kasar dan seram. Apalagi mukanya yang dingin namun tampan. Tapi, setiap Jiyeon bertemu dengan Myungsoo, yang ia lihat, Myungsoo itu baik, ramah, sopan, bahkan sampai membuat dia jatuh cinta dengan sifatnya itu.

Duh, mendengar ucapan temannya tadi saja sudah membuat pipinya memerah.

Jiyeon yang dibilang jangan menoleh, namun ia malah menoleh ke arah yang dimaksud Luna. Dan benar kata Luna, Myungsoo sedang melihatnya sekarang.

Tiba-tiba saja Jiyeon merasa sakit pada tangannya, yang ternyata dicubit oleh Luna, "dibilang jangan nengok, ish.."

"Hehehe, aku kan penasaran," kata Jiyeon. Lalu, ia melihat lagi ke belakang, dan ternyata Myungsoo masih melihatnya. Jiyeon pun tersenyum ke arah Myungsoo yang dibales juga sama Myungsoo dengan senyuman. Pipi Jiyeon pun langsung tambah memerah.

"Jiyeon, kenapa sih kamu malah suka sama pria kasar kek Myungsoo?! Kenapa gak sama yang lain? Padahal banyak cowo yang ungkapin perasaan nya ke kamu, tapi kamu tolak begitu saja!" Memang Luna dari dulu tidak setuju jika Jiyeon suka dengan Myungsoo. Soalnya, Luna pernah beberapa kali tidak sengaja melihat perlakuan tidak lazim Myungsoo diluar Sekolah.

Namun ia tidak berani melapor Myungsoo, karena keluarganya adalah orang berpengaruh di negaranya. Dan juga penyumbang dana terbesar di Sekolah. Apalagi, Myungsoo yang akan menggantikan posisi ayahnya nanti. Jika ia memberi tahu, bisa-bisa saja ia tidak akan bisa melihat hari esok. Ia pernah mendengar pembicaraan orangtua nya dengan beberapa teman orangtuanya yang datang, bahwa saat itu ada orang yang bermacam-macam dengan keluarganya Myungsoo, besoknya dikabarkan meninggal karena kecelakaan. Walaupun terlihat murni kecelakaan tapi tetap janggal. Karena bukan satu dua orang saja yang bermacam-macam dengan keluarganya. Tapi selalu berakhir tragis.

"Aku kan gak suka sama mereka. Masa aku terima gitu aja dan perasaan bisa muncul ke siapa aja. Jadi kamu gak bisa ngurusi perasaan aku, Anul." Sungguh Luna sangat tidak suka dipanggil Anul, karena sungguh ambigu menurutnya, apalagi jika ada orang yang mendengarnya bakalan salah sangka.

Myungyeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang