6 - Sol dan Jodam

242 51 0
                                    

Kerajaan Sol bukanlah kerajaan makmur seperti Kerajaan Roshelle de Rosemarie, Kerajaan Iridis, Kerajaan Ratzell, ataupun Kerajaan Frautzell. Meskipun, semuanya erat dengan sihir.

Keempat kerajaan makmur itu sangat jauh letaknya dari Kerajaan Sol. Dan lagi, mereka memiliki hubungan yang tak terpisahkan satu sama lain.

Bahkan dalam keadaan perang pun, mereka nantinya akan tetap menjalin hubungan baik. Semua karena keempat kerajaan itu memiliki satu hubungan darah. Memiliki satu sejarah yang menguatkan satu sama lain. Satu sejarah di tanah Zelvallace.

Kerajaan Roshelle de Rosemarie makmur karena emas. Mereka memiliki emas yang berlimpah, termasuk dengan kekayaan bunga dan rempah langka yang tak mudah ditemukan di tempat lain. Roshelle de Rosemarie merupakan kerajaan tertua pertama dari satuan empat kerajaan di Zelvallace. Dan uniknya, penguasa pertama mereka bukan dipimpin seorang raja, melainkan seorang ratu.

Kerajaan Iridis makmur karena pertanian mereka yang subur. Mereka juga mampu mengolah peternakan dengan baik. Susu, gandum, dan daging adalah inti kerajaan itu.

Kerajaan Ratzell makmur karena kekuasaan mereka akan laut. Ikan, kerang, rumput laut adalah kekayaan mereka. Di samping itu, Ratzell memiliki luas yang cukup besar hingga padang pasir. Tempat terpanas di tanah Zelvallace.

Lalu Kerajaan Frautzell makmur karena intan dan berlian. Perhiasan adalah komoditas utama kerajaan ini. Pakaian dan gaun ternama, pengrajin terbaik, semua ada di sana.

Sedangkan Kerajaan Sol adalah kerajaan yang jauh letaknya dari tanah Zelvallace. Sebuah tanah bernama Zorka. Tepatnya terletak di sebuah kepulauan kecil di arah barat tanah Zelvallace.

Tanah Zorka terkenal dengan kekayaan akan besi. Tak ada logam lain selain besi di sana.

Akan tetapi, di tanah Zorka erat dengan sungai, rawa-rawa, dan laut. Kekayaan di air juga menjadi titik kejayaan kerajaan ini. Oleh karenanya, Kerajaan Sol kerap kali disebut sebagai duplikat Ratzell. Namun, diliputi dengan aura yang kelam.

Kerajaan Sol menantang kerajaan dari manapun untuk berperang. Penguasa mereka sedari awal adalah orang yang terobsesi untuk mendominasi kekayaan dunia. Seorang yang bertangan besi, kikir, dan congkak melebihi siapapun. Dari situlah, nama Kerajaan Sol terbawa sampai ke tempat jauh. Terdengar hingga ke seluruh penjuru akan kebengisannya.

Sialnya, penguasa Kerajaan Sol adalah immortal.

Raja Jodam Sol adalah nama dari penguasa bertangan besi itu. Ia terikat kontrak dengan iblis bawah tanah.

"Bunuhlah seratus manusia, baik pria maupun wanita, dewasa atau anak-anak, tua dan muda."

"Lakukan itu setiap air sungai di kerajaanmu berubah menjadi merah."

"Maka, kau dan kerajaan ini akan selamanya berdiri."

"Dan tak ada yang bisa melawanmu. Kekuatan seratus manusia akan ada dalam hatimu. Tubuhmu akan setara singa, pikiranmu akan setajam ular berbisa, dan jiwamu takkan mudah terserang oleh apapun. Ini tawaranku untukmu, Yang Mulia."

Sebuah bisikan iblis yang ditelan mentah-mentah oleh Raja Jodam Sol akibat dari keserakahannya.

Air sungai di Kerajaan Sol adalah yang terburuk. Setiap Bulan sabit, air yang semula sebiru langit berubah menjadi semerah mawar berdarah.

Begitu air berubah merah, teriakan histeris, ratapan, dan tangisan dapat terdengar mulai dari ibukota kerajaan hingga pelosok desa di Kerajaan Sol.

Pengorbanan bagi sang raja.

Dari pengorbanan itu, Raja Jodam berkuasa untuk waktu yang lama. Tentu rakyatnya banyak menentang dan ingin keluar dari kerajaan itu.

Akan tetapi, mereka takkan bisa keluar jika tak berniat kembali.

Setiap keluarga di Kerajaan Sol telah diperintahkan untuk menyerahkan anak sulung mereka pada istana. Baik laki-laki maupun perempuan, ketika menginjak usia sepuluh tahun.

Mereka adalah jaminan bagi Raja Jodam agar rakyat tak menolak perintah absolutnya. Dan bagi yang ingin keluar kerajaan untuk keperluan khusus, anak mereka akan ditawan selama satu bulan.

Satu bulan berikutnya, jika mereka tak kembali, nyawa anak itu akan menjadi korban persembahan pada Bulan sabit berikutnya.

Semua untuk raja karena semua kepunyaan raja.

Dendam dalam hati rakyat menimbulkan sisi gelap Sol. Kerajaan itu memang hidup dari jeritan dan tangis, tapi juga amarah dan rasa haus darah.

Rakyat Sol yang bergerak dalam kelompok sosial bawah mulai menciptakan sayembara untuk membunuh raja. Pembunuh terus bergerak. Mereka adalah tangan kanan rakyat yang sebenarnya.

Organisasi pembunuh bersekongkol untuk membunuh pasukan. Kemudian target berikutnya adalah penjaga istana. Berikutnya lagi ialah keluarga bangsawan. Terus-menerus bertingkat hingga sampai memojokkan Raja Jodam.

Namun, usaha itu terus gagal. Semua organisasi rahasia terus terbongkar dan tertangkap atas nama jendral pasukan tangan kanan Raja Jodam. Dikepalai oleh penyihir dalam menara.

Sepuluh tahun yang lalu, karena raja murka akan fakta tersembunyi di kerajaannya, hampir setengah rakyat termasuk budak dibantai habis-habisan ketika Bulan sabit muncul dan air sungai berwarna merah.

Tanah negeri itu bersimbah darah rakyatnya. Tanah yang mengandung besi itu semakin berbau besi karena darah telah dituang oleh penguasanya sendiri.

Memupuskan harapan mereka untuk lepas dari cengkeraman Raja Jodam.

Akan tetapi, sepuluh tahun kemudian, secara ajaib seseorang datang. Kembali menghidupkan sayembara membunuh Raja Jodam.

Dan orang itu memberitakan kematian penyihir menara.

Konon, penyihir menara adalah seorang wanita licik yang amat disukai Raja Jodam. Yang lain menyebutnya sebagai jelmaan iblis, karena wanita itu mampu mengetahui hal-hal yang tersembunyi dalam pikiran orang.

Semua, kecuali Raja Jodam.

Karena itu ia mengabdi untuknya.

Kematian misterius penyihir menara tak terungkap siapa pelakunya. Orang asing itu juga menyebutkan bahwa pembunuhnya ikut terbunuh.

Ia yang berhasil membuka harapan untuk menurunkan raja adalah cahaya yang sebenarnya. Tak peduli siapapun itu, rakyat telah bersyukur.

Lalu, Kiel Solveig muncul. Seorang pendatang asing dari luar Kerajaan Sol. Pria muda misterius yang sudah membunuh banyak nyawa tanpa ampun selama sepuluh tahun di tanah Zorka. Tepat ia datang sepuluh tahun lalu, bersamaan ketika pertumpahan besar-besaran itu terjadi. Kiel telah ikut membantu orang-orang Sol membunuh para pasukan yang diperintahkan raja. Semua dengan caranya sendiri. Tentu, Kiel dibayar sesuai kemampuannya.

Dan pria yang hidup dalam bayangan itu telah sepakat untuk mencabut nyawa iblis yang duduk di tahta Sol.

Orang banyak menantikan keberhasilannya. Orang banyak penasaran akan dirinya.

Dan atas dendam tak berkesudahan, orang banyak bersedia mengikuti Kiel Solveig jika perlu.

Satu orang telah mengikutinya.

***

"Aku menantikan malam dimana aku bisa tidur pulas."

Seorang pria dengan rambut keemasan menatap kapal-kapal yang hendak berlabuh. Menyeberang. Menuju kota yang akan menyambungkan mereka ke ibukota si raja bengis. Ia menguap, lalu bersiul.

Matanya sebiru langit. Sorot pandangannya sedalam samudra. Tapi, tatapan pria itu tetap tajam ke depan. Menyapu apa saja yang ia lihat dengan kecermatan dan kejelian.

Angin meniup helai demi helai rambutnya. Berbalik, ia melihat ke sebuah tempat dimana orang transit untuk menaiki kapal berikutnya.

Ketika ia melihat dua orang berjubah hitam, yang satu cukup tinggi dan bersikap hati-hati, sedangkan yang satu lagi pendek dengan sikap kikuk, pria berambut emas itu tersenyum puas.

"Akhirnya datang juga."

The Realm of RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang