Prolog

7 2 0
                                    

Pagi itu suasana rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal Sachi sejak lahir terlihat begitu mencekam.

Semua orang berduka, raut wajah yang begitu kelam, pucat, dan mata yang nampak besar terlihat jelas bahwa keluarga itu sangat berduka cita sekarang ini.

"Yang sabar ya bu Asri, semoga suami ibu di terima di sisi Tuhan Yang Maha Esa," ucap salah satu pelayat kepada Asri, ibu Sachi ketika berniat undur diri dari kediaman keluarga yang tengah berduka itu.

"Terimakasih bu," lirih Asri sambil menerima uluran tangan pelayat yang hendak berpamitan.

Sedangkan di lain tempat, dua orang remaja perempuan duduk di sebuah kamar gelap, tirai yang tak di buka menjadi penyebab utama tak masuknya cahaya keruangan ini.

"Semua ini gara - gara kamu Sachi," isak Sasha, saudari kembar Sachi sambil menelungkupkan kepalanya di antara lututnya yang di tekuk.

"Hiks.. Maafin Sachi, Sachi nggak berniat gitu. Hiks.. Sachi..." ucap Sachi sambil terisak pelan dengan posisi sama seperti Sasha. Ucapan Sachi terhenti karena seseorang yang membuka pintu kamar.

Kedua remaja itu mendongak, melihat siapa yang datang.

"Sasha, Sachi keluar nak, apa kalian nggak mau melihat bapak," Asri berjongkok sambil mengelus rambut kedua putrinya.

"Ibuuu," ucap Sasha dan Sachi berbarengan. Kemudian menghampiri sang ibu dan memeluknya. Mereka merasakan sakit yang sama. Sakit, ditinggalkan orang yang menjadi sosok kepala keluarga, suami, dan bapak.

Asri berusaha tegar demi kedua putrinya yang masih kala itu baru masuk SMP kelas 7.

"Sudah ya, ayo keluar dulu, lihat bapak kalian."

Mereka pun berjalan bersisian keluar rumah untuk memberi penghormatan terakhir kepada Broto.

----

"Akh.. Kenapa harus seperti ini," erang seorang pria frustasi melihat istrinya yang terbaring di ICU, masih tak sadarkan diri.

Saat melihat dokter yang memeriksa istrinya keluar, pria itu segera berdiri dan menghampiri dokter itu.

"Dok, bagaimana keadaan istri saya? Apakah ada perkembangan?" tanya pria itu.

"Keadaan istri bapak lebih baik dari sebelumnya, namun benturan keras yang ada dikepalanya membuat istri bapak mengalami keretakan kecil di bagian tengkoraknya. Namun, bapak tidak perlu khawatir, karena keretakan itu akan sembuh dengan sendirinya. Istri bapak belum siuman karena beliau masih syok dengan kecelakaan yang dialaminya," jelas Dokter itu secara terperinci.

"Syukurlah. Kalau begitu apakah dokter tau, siapa saja yang terlibat dalam kecelakaan istri saya?" tanya pria itu.

"Mengenai itu saya kurang tau karena bukan saya yang menanganinya. Namun saya dengar dari rekan saya, bahwa orang yang terlibat kecelakaan dengan istri bapak telah meninggal dunia ketika tiba di rumah sakit."

Pria itu menutup mulutnya, terkejut mendengar penjelasan dokter itu.

"Terimakasih dok, atas infonya."

"Sama - sama pak, saya pergi dulu," pamit dokter itu yang kemudian meninggalkan pria itu seorang diri.

Pikiran pria itu berkelana kesana kemari, mencari jawaban atas pertanyaan yang berkelana di benaknya

📍📍📍

Gimana kesan kalian setelah membaca prolog dari cerita ini. Mungkin alurnya pasaran ya. Hahaha. Iya kok, namanya juga pemula.

Intinya itu satu.

Selamat menikmati, bagi para pembaca.

Selamat membaca, bagi pendatang.

Jangan lupa vote ya, mau di awal atau di akhir, terserah kalian. Yang penting kalian nyaman.

Kalau bisa sih sama komen nya, biar lebih semangat gitu. Hehehe. Tapi aku nggak maksa kok, itu hak kalian juga buat nentuin.

Sampai jumpa di chapter pertama.

Tunggu ya

👋👐

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang