Sekolah Baru

4 1 1
                                    

"Woaah, gede ya Sha sekolah kita, Sachi nggak nyangka deh bakalan sekolah disini," ucap Sachi dengan tatapan matanya yang berbinar - binar.

Sasha mendecakkan lidahnya, melihat Sachi yang begitu gembira hanya karena melihat gedung sekolah berlantai tiga yang ada di depan mereka saat ini.

Di SMP mereka yang dulu, hanya terdiri dari dua lantai serta lahan yang sempit.

Berbeda dengan sekolah mereka sekarang ini. SMA Gemilang, namanya. Sekolah yang akan menjadi tempat menuntut ilmu bagi Sasha dan Sachi tiga tahun ked depan bila tak ada hambatan.

"Emangnya kamu nggak pernah ya, liat gedung lantai tiga kayak sekolah ini," tunjuk Sasha kearah gedung SMA Gemilang dengan raut wajah yang begitu kesal.

"Pernah. Pernah. Sachi pernah liat ada di desa sebelah waktu Sachi beli sayur," Sachi antusias menceritakan pengalamannya pada Sasha.

"Nah, itu pernah. Kenapa kayak baru aja ngeliat bangunan kayak gini sikap kamu."

Sachi mengerucutkan bibirnya, "Ya kan beda Sasha, sekolah yang di desa sebelah itu, tempatnya kecil keliatan panas lagi. Jadi ya, Sachi biasa aja waktu ngeliatnya," terang Sachi sambil mengangguk - anggukkan kepalanya dan melanjutkan perkataannya, "..tapi, Sekolah kita sekarang ini gueede banget, dari luar aja rasanya udah adem, Sachi kan suka jadinya."

"Ya iyalah masih adem, kan masih pagi Sachi," geram Sasha melihat kelakuan adik kembarnya yang menurutnya lebih mirip anak yang baru masuk SMP daripada siswi baru SMA.

"Hehe, iya juga ya, Sachi lupa," Sachi menggaruk - garuk rambutnya yang sama sekali tak gatal dan mulai melangkah masuk mengikuti Sasha yang lebih dulu melenggang meninggalkannya.

Mereka berdua baru pindah ke kota ini satu minggu yang lalu, mengikuti sang ibu yang mendapat amanah dari nenek mereka untuk menempati rumahnya.

Ibu mereka bekerja sebagai penjaga toko bunga di daerah dekat rumah yang kebetulan milik tetangga yang sudah akrab dengan mereka.

Memasuki gedung sekolah yang menurut Sachi sangat besar itu, membuat Sachi beberapa kali membuka mulutnya ataupun mendecakkan lidahnya. Kagum akan begitu besar dan mewahnya sekolah yang dipijakinya saat ini.

Sedangkan Sasha nampak biasa saja, meskipun sebenarnya juga kagum terhadap sekolah ini. Tapi reaksi yang ditunjukkannya tak seheboh Sachi.

Mereka menuju lapangan, tempat dimana masa orientasi siswa akan dilaksanakan. Sudah ada banyak siswa dan siswi baru yang berjejer rapi di lapangan, meskipun jam masih menunjukkan pukul 06.15 pagi.

Sasha duduk diantara barisan siswa, diikuti Sachi yang duduk di sebelahnya.

Sachi sibuk memandangi gedung sekolah, menghitung jumlah ruangan yang ada, mengira - ngira seberapa besar lahan SMA Gemilang ini. Hingga seseorang dibelakangnya menepuk bahunya pelan, membuat Sachi mengalihkan arah pandangnya ke belakang.

"Hai, boleh kenalan?" lambai seorang siswi sambil tersenyum menampakkan lesung pipi nya. Nampak sekali dari caranya berbicara bahwa siswi itu mudah akrab dengan orang lain.

Sachi tersenyum dan balas melambaikan tangannya. "Hai juga..."
Tangannya mengetuk - ngetuk dahinya untuk berfikir sebentar, "...boleh kok, aku Sachi," Sachi mengulurkan tangannya kearah siswi itu.

Dan dibalas dengan cepat serta senyuman yang makin mengembang, "Gue Cyra, biasa dipanggil Cici, bisa juga dipanggil Ira, terserah pilih yang mana aja," jelas Cyra panjang lebar.

"Sachi mau panggil Cyra aja, takut lupa nama aslinya nanti," ringis Sachi yang memang agak lemah jika mengingat nama orang yang baru bertemu dengannya.

"Oke deh," Cyra mengangguk dan pandangannya beralih ke sisi samping Sachi. "Itu..." tunjuk Cyra kearah Sasha.

Sachi melihat kearah yang ditunjuk Cyra. Kemudian tersenyum dan berkata, "Ini saudari kembar Sachi, namanya Sasha," jelas Sachi yang dibalas anggukan oleh Cyra.

Cyra juga mengajak Sasha berkenalan, dan disambut ramah oleh Sasha.

Cyra asik mengobrol dengan Sachi, hingga tak terasa bel masuk sudah berbunyi.

Sachi kembali menghadap ke depan dan mendengarkan pembukaan yang dilakukan oleh ketua osis SMA Gemilang dengan khidmat.

Setelah panitia menyelesaikan pengumuman rangkaian acara untuk hari ini, calon siswa - siswi diijinkan mencari kelas mereka masing - masing.

Sasha menghembuskan nafasnya sebal karena harus berdesak - desakkan dengan banyak orang. Berbeda dengan Sachi yang begitu semangat mencari dimana kelasnya berada.

Setelah mengetahui dimana kelasnya berada, Sachi bersorak gembira karena Cyra juga satu kelas dengannya.

"Yaah, Sasha nggak satu kelas sama Sachi," ekspresi Sachi terlihat begitu sedih.

Sasha berdecak sambil menggelengkan kepalanya. "Nggak apa - apa Sachi, lagian kelas kita juga sebelahan kok ini," tunjuk Sasha ke kelasnya yaitu Mipa 1, dan kelas Sachi Mipa 2.

Bibir Sachi yang semula ditekuk, mulai memunculkan senyumnya kembali mendengar penjelasan Sasha.

"Yaudah masuk gih sana sama Cyra, belajar yang bener ya," peringat Sasha kepada Sachi.

"Iya, Sasha."

Sasha mengalihkan pandangannya kearah Cyra dan menganggukkan kepalanya, "Aku duluan ya Ra, titip Sachi," Sasha berjalan menuju kelasnya setelah mendapat acungan jempol dari Cyra.

Sachi dan Cyra memasuki kelas bersama dan duduk di bangku yang sama.

Mereka kembali mengobrol sambil menunggu panitia osis yang akan memberikan materi MOS.

📍📍📍

Segini dulu ya chapter satu nyaaa. Silahkan tinggalkan jejak berupa vote ataupun komentar. Kalau mau dua - dua nya juga boleh, biar afdhol sekalian, hehehe.

Dapet feeling kelanjutannya seperti apa nggak dari chapter satu ini?

Untuk cast nya silahkan kalian berimajinasi se kreatif kalian.

Semoga menikmati cerita abal - abal yang aku buat ini.

Terus tunggu kelanjutan untuk chapter dua

Da daaa👋👐

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang