Tring!
"Chat dari siapa, Mark?"
"Uhm, nggak. Bukan siapa-siapa. Nggak penting juga."
Aku menduduki bangkuku dan melepas jaketku. Aneh banget rasanya, ini musim panas tapi aku masih harus pake jaket.
Suara decitan bangku di sebelahku membuatku yang sedang menghadap jendela di luar sana tersenyum. Pasti Yuna sudah kembali dari kantin. Tadi, ia bersama Baejin pergi ke kantin berdua untuk membeli makanan.
"Kok dilepas jaketnya?"
Itu bukan suara Yuna, aku menoleh.
"Ah, Baejin? Aku kira Yuna. Nggak apa-apa, panas banget kalo pake jaket soalnya," jawabku. Baejin terlihat mengangguk-angguk. Tangannya terulur memegang lengan bawahku. Aku meringis setelahnya.
"Nanti keliatan orang-orang. Kita ke UKS dulu biar diobatin, ya," ucap Baejin melihat lenganku yang terdapat banyak goresan merah.
Tanpa kusadari, di lawang pintu terdapat Mark yang sedang membawa kotak makan milikku. Mukanya masam dan ia terlihat bingung setelah melihatku dan Baejin. Apalagi jemari Baejin masih di lenganku.
"M-Mark..."
Sepertinya, ia salah paham.
Ia pasti salah paham.
Ia salah paham.
Ia
Benar-benar
Salah
Paham
"Pantes kamu nggak pernah cerita apapun ke aku, udah ada yang baru ternyata, ya? Well, i'm dissapointed, but not surprised."
KAMU SEDANG MEMBACA
Delicate [Mark Lee]
FanfictionMark yang harusnya menjadi kekuatanku di saat-saat terburukku perlahan memudar. Entah mengapa ia justru malah menjadi kekuatan bagi seorang perempuan di masa lalunya. Dan aku cuma bisa terbaring menyedihkan di sini, merelakan kepergiannya tanpa mem...