Rena
Enak sekali ya, menjadi Mimi. Dia mendapat nilai sembilan puluh untuk ujian Rangkaian Listrik. Sementara aku, harus puas dengan nilai enam puluh delapan. Percuma saja, menatapi kertas ujian ini sambil merasa merana tidak akan membuat posisinya tiba-tiba terbalik menjadi delapan puluh enam. Ini semua gara-gara semalam aku harus...
"Hei, Ren!" Seseorang menepuk pundakku.
"Hei, Mimi..." Aku langsung membetulkan posisi dudukku. Aku tidak boleh terlihatlesu di depannya.Mau apa dia? Banyak sekali kemungkinan jawaban dari pertanyaan ini. Bisa saja diamau pamer? Atau mau mengajakku makan siang? Atau...
"Kamu melamun lagi?" Mimi menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Gimanaujianmu?"
"Eh...yah, begitulah. Tidak berbeda jauh denganmu." Aku mengangkat bahuku. "Yah,sebenarnya aku dapat nilai jelek."
"Kamu? Dapat nilai jelek? Itu aneh. Biasanya kamu gak pernah dapat nilai dibawahdelapan puluh. Seharusnya kamu ikut kami belajar kelompok kemarin. Seru lho. Dinda bawamakanan banyak!"
"Aku tahu. Aku juga menyesal."kataku sambil memasukkan buku-buku ke dalam tas."Tapi aku ada keperluan mendadak kemarin. Pas sekali waktunya. Mau bagaimana lagi, ya 'kan?"
"Keperluan apa?"
"Pokoknya keperluan mendadak. Aku harus pergi, ibuku sudah menyuruhku pulang."Aku langsung bangkit dari kursiku dan berjalan pelan melewati Mimi.
Mimi mengangkat bahunya sambil mengkerucutkan bibir.
"Kamu mau ketemu pacar Korea-mu itu?" Mimi mengatakannya pelan, tapi aku bisamendengar jelas kata-katanya, termasuk tawa halusnya.
"Kamu tidak pernah lelah ya membicarakan itu? Karena aku lelah menghentikanmuberbicara yang bukan-bukan!" Aku memutar bola mataku, lalu berlalu.Aku tahu tidak seharusnya berbicara seperti itu kepada Mimi.
Mimi, temanku sejakTK. Kami (atau mungkin aku) memang tidak pernah mengganggap diri kami sebagai "sahabat", tapi dia memang selalu bersamaku ketika TK, SD, SMP, SMA, dan sekarang kamijuga ada di satu jurusan di Universitas.Sepertinya Indonesia memang terlalu sempit untuk kami berdua.Baiklah, aku akan minta maaf kepadanya besok.
*****
"Bu, aku pulang!!"kataku sambil membuka pintu rumah.Wangi masakan ibu langsung tercium.
"Eh, sudah pulang? Kok tumben siang?"
"Iya, hari ini cuma satu mata kuliah. Dosen mata kuliah yang lain gak bisa datang."
"Oh, gitu. Ya sudah, cepat ganti baju ya. Terus makan siang."
"Iya, bu."
Aku langsung masuk ke dalam kamar, lalu membanting diriku ke atas kasur. Rasanyanyaman sekali.Oh, iya! Sungjoon sudah nge-tweet belum ya?Dengan cepat, aku mengambil ponsel dari kantung celana jins-ku. Tanganku sudahterampil dalam mencari akun Sungjoon. Tapi sayang, tweet terakhir-nya tetap tidak berubahselama lebih dari sembilan hari. Ini adalah rekor terbaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART AND SEOUL
Teen FictionRena, 18 tahun. Mahasiswi biasa. Mengidap penyakit jantung sejak kecil yang membuatnya tidak bisa berbohong. Sungjoon adalah dunianya. Sungjoon, 21 tahun. Vokalis band. Berbohong adalah bernapas baginya. Dia tidak tahu ada gadis bernama Rena di duni...