Tiga minggu yang lalu, hujan deras. Degara mengerjakan tugas dibalik selimut hangat yang membungkus tubuhnya.
Bunyi ketikan dari papan ketik laptop beradu dengan suara hujan. Dingin. Ia jadi ingin sesuatu yang hangat.
Tiba-tiba pintu kamarku diketuk lalu terbuka, berdiri seorang wanita. Ibunya. Ia tersenyum.
"De, hujan, ada mie rebus tuh dibawah." bagai dapat membaca pikiran Degara, ibunya menawarkan sesuatu yang ia inginkan. Degara ikut tersenyum senang. Baru saja ia beranjak dari kasurnya. Ponselnya berdenting berkali-kali. Seseorang menelepon.
"De, PPT nya udah jadi belum? Udah ditunggu nih!"
"Otw kirim." sambungan telepon diputus sepihak oleh Degara. Ia menoleh ke arah ibunya.
"Ma, Degara mau selesaiin tugas dulu, nanti kalau udah selesai, Dega makan sendiri mienya," kata Degara, tak enak hati. Senyum ibunya pudar, namun tak sepenuhnya hilang.
"Yaudah, mama turun ya, jangan lupa dimakan loh."
"Iya ma."
Tapi nyatanya, mie tersebut dibiarkan mendingin sampai esok hari.
·
Dua minggu yang lalu, hujan lagi. Degara sibuk memainkan permainan di ponselnya, sesekali beralih ke aplikasi percakapan, untuk membalas temannya.
Pintu kamarnya kembali diketuk. Sama seperti minggu lalu, ibunya muncul dan tersenyum.
"De, hujan, makan indomie sama mama yuk, dibawah." tawarnya di ambang pintu.
"Bentar ma, aku lagi main game sama temen aku, lima menit." katanya dengan pandangan yang masih berpusat pada ponselnya.
"Yaudah, mama suapin aja ya."
"Engga usahlah ma, aku bukan anak kecil lagi, nanti aku yang turun sendiri. Mama kalau mau makan, makan aja duluan."
Ibunya berkacak pinggang.
"Minggu lalu, indomie kamu ga dimakan loh." Degara mendesah kecil saat melihat karakter yang ia mainkan mati.
"Kan waktu itu aku ada tugas ma, mama mau nilai aku kecil?"
"Bukan gitu, ta--"
"Hari ini aja ya? Dega janji deh, nanti kalau hujan dan mama bikin indomie lagi, Dega makan sama mama, oke?" Ibunya menghela nafas, merasa kecewa namun tidak nampak.
"Terserah kamu."
·
Satu minggu yang lalu, hujan kembali mengguyur bumi, Degara sedang memasukkan laptop beserta kertas-kertas yang sudah ia persiapkan dari malam, saat pintu kamarnya diketuk.
Ibunya berdiri sambil membawa mangkuk indomie rebus dengan uap yang mengepul diatasnya.
"Makan yuk De, pakai telor setengah matang sama kornet loh ini."
"Ma." Degara menyampirkan ransel dengan warna yang sama seperti lautan samudra itu ke bahunya.
"Aku mau bimbingan sama dosen aku, biar cepet lulus, biar kita ga makan indomie terus."
"Pas hujan gini? Kenapa harus sekarang? Memang tak bisa diundur jadi besok? Kamu kan udah janji sama mama ..."
"Gini loh ya ma, dosen aku itu super sibuk, susah ngatur jadwal sama dia, cuman hari ini doang bisanya. Dan itu penting banget buat nentuin aku lulus atau ngga, oke? Aku pergi dulu ya." Degara mengambil mangkuk berisi mie tersebut, meletakkannya di meja belajarnya, dan menyalimi ibunya.
Degara meninggalkan ibunya dikamar, sendirian.
"Mama cuman mau makan indomie sama kamu, De. Kenapa sepertinya sulit sekali?"
·
Hari ini, hujan rupanya tak bosan bertandang ke bumi untuk melepas rindu.
Degara melewati ruang makan untuk menuju pintu keluar dan melihat ibunya duduk di meja makan. Tak lupa dengan mangkuk berisi indomie di hadapannya.
Wajahnya nampak lelah namun ia tetap menampilkan senyum. "De, mau ya, makan indomie sama mama?"
"Ma, maaf ya, aku mau datang ke reuni SMA, lain kali aja ya makan barengnya? Makan indomie kan bisa kapan aja, ga harus sekarang." Degara mengusap tengkuknya. Ibunya menunduk. Lesu.
"Tapi tenang aja, Dega bakal usahain pulang cepet biar makan sama mama, oke?" Degara mencoba menghibur.
"Oh yaudah deh, hati-hati ya." Degara mengangguk, berjalan ke arah pintu dan akhirnya keluar. Ibunya menatap anak semata wayangnya hingga tatapan itu beralih ke mangkuk mie.
"Ternyata memang tak bisa ya." katanya sambil tersenyum kecil.
·
Nisan didepannya dibasahi oleh air hujan, semesta ikut menangis. Degara jatuh. Bergetar. Mengelus nisan didepannya.
"Mama pergi?" tanya Degara lirih.
Degara tak menangis. Hanya ada sesak yang memenuhi dadanya.
Semua orang sudah pulang, termasuk ibunya yang berpulang.
"Katanya mau makan indomie rebus sama Dega, kok mama pergi duluan? Dega janji sama mama, Dega yang masak indomienya, Dega mau makan sama mama, Dega juga mau disuapin mama, walaupun Dega udah gede. Mama balik ya?" tanya Degara getir.
Lama disitu. Degara akhirnya pulang.
Rumah terasa hening saat dimasuki. Tak ada mama yang menawarinya mie rebus ataupun mie goreng saat ia pulang.
Degara berjalan hingga berhenti di meja makan. Dua mangkuk, satu sudah tandas dan menyisakan sedikit kuah, sedangkan yang satunya masih utuh isinya.
Degara duduk. Mengangkat garpunya dan mulai memakan mie rebus yang masih utuh. Saat mulutnya menerima suapan pertama.
Air mata Degara luruh saat itu juga.
"enak."
Bagi Degara, mie dingin itu lebih enak daripada makanan apapun didunia. Degara tak akan bisa memakannya lagi setelah ini.
___
752 kata
22:05 | 19/05/2020
Hargai waktumu dengan ibumu, karena jika waktunya sudah ditarik, maka kamu tak akan bisa mengulang waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mie Instan Rebus dikala Hujan
Cerita Pendek[CERPEN SATU BAB] kelak uap dari mie instant rebus dengan telur setengah matang yang dibuat ibu saat hujan adalah hal yang paling dirindukan. ©Copyright 2020