focus : Seongwoo (top) x Daniel (bottom)
.
.
.
Daniel itu apoteker baru di Medistra. Dia resmi diterima minggu lalu. Dia masih belum hafal wajah dokter yang ada di rumah sakit ini. Namun, Ten malah menyuruhnya mengantarkan obat ke ruangan Dokter Spesialis Jiwa. Bukan tanpa alasan sih Ten menyuruhnya, pemuda manis itu sedang sibuk menulis persedian obat di Medistra karena diminta oleh distributor.Poli Jiwa letaknya cukup jauh, gedungnya terpisah dari gedung utama. Hal ini sengaja dilakukan oleh pihak rumah sakit agar pasien gangguan jiwa tidak menganggu kegiatan di gedung utama.
Setelah bertanya pada perawat, akhirnya Daniel sampai di sebuah ruangan. Ia membaca tag yang tertempel di pintu.
"Dr. Ong Seongwoo, Sp.Kj"
Daniel mengetuk pintu tersebut, namun tidak ada jawaban. Ia pun memutuskan untuk masuk.
Daniel mengerjapkan matanya berkali-kali. Karena ruangan itu tidak ada orang. Ia bingung, haruskah ia meletakkan obat nya di meja atau balik ke ruangan farmasi? Tapi, males banget kalau harus bolak balik, apalagi Ten bilang kalau obatnya dibutuhkan sekarang.
Saat otaknya sibuk berpikir, Daniel mendengar ada suara di balik tirai.
"Permisi, Dokter Ong? Sa-saya Daniel, apoteker Medistra yang baru. Saya mau menyerahkan obat yang tadi dokter minta" ujar Daniel sambil mendekati tirai.
Tak ada jawaban. Ia berusaha berpikiran positif dan mengatakan dalam hati kalau setan tidak mungkin muncul di siang bolong begini.
Dengan perlahan, Daniel melongokkan kepalanya; ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi di balik tirai.
Daniel langsung membulatkan matanya. Ia melihat seorang pria yang hanya memakai handuk untuk menutupi bagian pribadinya. Selain itu, ia melihat pria itu yang menari-nari tidak jelas sambil menggumamkan sesuatu.
Otak Daniel langsung berpikir dengan cepat bahwa pria di depannya itu adalah pasien gangguan jiwa yang kabur dan masuk ke ruangan dokter.
Tanpa pikir panjang, Daniel langsung berlari ke luar dan pergi menuju ruangan perawat.
"Ada pasien gila di ruangan Dokter Ong!!" seru Daniel yang tentu saja membuat para perawat kaget dan langsung pergi ke ruangan Dokter Ong.
Dua orang perawat dan Daniel kini berada di ruangan dokter. Perlahan dan tidak menimbulkan suara, agar orang yang disangka pasien itu tidak kabur.
Mereka pun menyibak tirai pembatas dan menghasilkan suara cukup keras. Membuat pria yang daritadi sibuk bernyanyi dan menari sadar lalu melepas earphone nya.
"Kangmin, Jaejun─ada apa? Tidak sopan sekali kalian masuk ke ruangan dokter tanpa permis, apalagi saya masih tidak pakai baju begini".
"Ma-maaf Dokter Ong. Kata anak baru itu ada pasien gila yang masuk ke ruangan dokter. Makanya kita berdua langsung kesini".
Seongwoo terdiam. Kedua perawat itu juga mendadak diam. Daniel apalagi. Ia sudah bermetamorfosis jadi patung saat mereka memanggil pria bugil itu dengan sebutan Dokter Ong.
"Berarti yang dimaksud pasien gila oleh anak baru itu Dokter Ong?! Pft─" Jaejun hendak tertawa namun perutnya disikut oleh Kangmin, membuatnya urung tertawa.
"Ma─maaf Dokter".
Seongwoo hanya bisa menghela nafas. Masa wajah tampan begini disangka pasien gila.
"Sekarang kalian boleh pergi─" Dokter tampan itu melihat ke arah Daniel yang masih terdiam. "Dan kau, anak baru! Tunggu disitu, urusan kita belum selesai".
Daniel hanya bisa menangis dalam hati dan berdoa agar namanya tidak tercoret dari daftar pegawai Medistra.
***
Kini Seongwoo sama Daniel duduk berhadap-hadapan. Dokter itu sudah berpakaian lengkap dengan tanda pengenal yang menempel di dada bagian kiri.
Daniel daritadi nunduk. Ia meremas jari-jari tangannya. Seongwoo sebenarnya ingin tertawa melihat Daniel, tapi ia juga kesal karena anak baru itu mengiranya pasien gila.
"Hm─sebenarnya ada perlu apa kamu kesini?" tanya Seongwoo memecah keheningan diantara mereka.
"Sa-saya mau menyerahkan obat ini" dengan tangan sedikit gemetar Daniel meletakkan obat di atas meja.
Seongwoo melihat obatnya. Memang benar, tadi pagi ia meminta pihak farmasi untuk membawakan obat penenang jenis benzodiazepin. Hanya saja ia tidak menyangka kalau anak baru didepannya salah paham terhadapnya.
"Sekali lagi─saya minta maaf atas kejadian tadi, Dokter. Tolong jangan laporkan hal ini ke pimpinan Rumah Sakit, nanti saya dipecat".
Seongwoo tertawa pelan.
"Asal kamu tau saja, kamu bukan orang pertama yang mengira saya adalah pasien gila yang kabur. Entahlah─mungkin saya cocok jadi pasien Rumah Sakit Jiwa".
Daniel terdiam sambil menatap Seongwoo. Ya, gimana ya? Seongwoo tidak pakai seragam dan tanda pengenal terus nyanyi dan nari engga jelas. Orang awam pasti ngira Seongwoo itu otaknya terbalik.
"Jadi, saya maklumin hal itu. Saya anggap kejadian ini tidak pernah terjadi".
Daniel tersenyum. "Terima kasih, Dokter".
Dan Seongwoo suka senyum Daniel; senyum yang memperlihatkan gigi kelincinya.
"Daniel─boleh saya minta nomer ponselmu?"
"HAH?!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KUDAPAN
FanfictionKUDAPAN adalah kepanjangan dari KUmpulan Dokter gAnteng dan maPAN. Tapi apakah kisah cinta mereka semulus wajah mereka? YAOI. BXB.