A. Pengabdian

10K 69 4
                                    

Halo, FYI cerita ini memiliki alur yang lambat bagi beberapa orang. Bahkan 1 bab biasa nya sekitar 4000-6000 kata. Penulis sengaja melakukannya agar beberapa hal terasa masuk akal terjadi dan beralasan, walau bisa juga hal itu berdampak pada membosankannya cerita ini. Jangan lupa vote ya, sangat membuat penulis senang; Syukur syukur memberikan comment bisa berupa kritik/saran. Terimakasih; selamat membaca!

16.00

Sore hari di tepi kota Jogja, aku menunggu antrian pesanan bakmi jawa langgananku.

Kulihat sekeliling, cukup ramai sebenarnya apabila ingin bercengkrama dengan pembeli yang lain, tapi entah rasanya malas untuk memulai percakapan. Toh beberapa kulihat sudah sibuk pada HPnya masing-masing. Maka kulakukan juga hal yang sama. Kukira lumrah, dimana HP adalah barang yang sangat pas untuk alasan penghabis waktu tunggu. 

Aku membuka instagram, mencoba mencari hiburan disana. Saat kubuka, ternyata aku masih dalam kondisi login second account, akun yang kubuat hanya khusus men-follow selebgram hijab yang bertebaran di sosmed. Kutahu ini tidak lumrah, akupun tidak menceritakan kebiasaan anehku ini ke siapapun, tentu takut dibilang mesum ataupun aneh hingga mungkin di bully.

Awalnya kuberniat untuk membaca hal-hal tentang fotografi, tapi niatku jadi terhenti karena feed pertama yang kutemui adalah mbak cantik idolaku Ochialsha Syafia, godaan untuk ketuk profile dan melihat stories instagramnya lebih besar dibanding harus sengaja mencari konten fotografi seperti tujuan awalku. Entah kenapa aku sungguh suka lihatnya, ga bosen aja, selalu fokus melihat cantiknya wanita idamanku ini.

Aku terhenti di salah satu stories-nya. 

"Guys, ada yang punya temen fotografer/videografer yang luang besok tanggal 23-25 april di jogja? pengen ajakin collabs buat beberapa spot foto endorse nih! ketuk DM yaa"

Sebagai fotografer, biasanya aku abai kalau menyoal beginian, karena aku hafal habit mereka; yang menyebut dirinya selebgram; influencer; paling doyan dikit dikit endorse gratisan, tak bisa dipungkuri sih aset digital mereka emang besar, tapi ya itu, kadang profesiku jadi seakan tak ada harganya dimata mereka. Seringnya mereka enteng-nya bilang cuma foto simpel kok mas, ya elah mas foto doang ada harganya, harga teman lah ya mas; bahkan ada yang tega bilang dibayar exposure ku deh mas, followerku banyak kok. Dan masih banyak alasan lainnya yg membuatku malas berurusan dengan mereka; Namun rasanya tidak untuk satu nama ini; Ochi adalah selebgram idaman ku dan juga idaman kontolku sebagai salah satu bahan coli terbaikku.

Buru buru tanpa pikir panjang aku switch akun utamaku dan mencoba mengirim DM ke dia. DM tanpa ekspektasi apapun karena jika harus dihitung secara probabilitas, stories dia dilihat oleh 150k follower, kalau enggagement dia bagus; 10% sampel followernya pasti lihat stories nya; udah 15ribu tuh. dari 15 ribu yang lihat stories aku kasih sampel 0,5% aja deh yang kuhitung khusus sebagai comment/dm, itu udah 725 orang, yah jadi aku tak berharap banyak jadinya. Saya hanya 1 dari 725 orang yang menghubunginya.

Pikiran liarku tiba tiba muncul; aku membayangkan betapa cantiknya kalau bertemu dengannya dan memikirkannya saja kontol ini ngaceng. Mudah banget sange entah karena ekspresi wajahnya bahkan ketawanya. Sering aku ngerasa dia sengaja kasih ekspresi binal itu, atau memang pikiranku aja yang kotor? Aku setuju pikiranku saja yang kotor, setidaknya sejauh ini aku tak pernah melakukan hal yang melecehkannya, aku tahu batasku. dia hanyalah fantasi terbaik yang lebih dari sex yang pernah aku punya tanpa harus ku ceritakan kepada siapapun.

Selesai kukirim pesan itu, aku masih lanjut kepo foto dia yang lama. Gak pernah bosen walau udah berkali kali lihat, sampai aku berdehem lirik kepada diriku sendiri "cantekkk gilaaa, pengen banget gue dientot, cantikk banget goddess"

My Goddess OchiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang