Denial

75 12 3
                                    

2040.

Angka tersebut terlihat pada alarm digital di sebuah cermin hologram milik seorang pria bernama Lee Changyoon- yang sedang tertidur di atas ranjangnya.

Tahun. Angka itu menunjukkan sebuah tahun yang dihidupi pria bernama Lee Changyoon tersebut. Tahun dimana orang-orang memberi harapan pada sebuah hal baru bernama Artificial Intelligence; kecerdasan buatan yang dapat berpikir dan melakukan hal-hal seperti manusia.

Pemerintah yang terlalu memberi harapan pada penemuan baru itu, tanpa sadar, telah membuktikan bahwa keegoisan manusia menghancurkan segalanya.

🌿

Changyoon terbangun saat tirai jendelanya terbuka lebar, matanya berusaha membiasakan diri dengan cahaya matahari yang tiba-tiba menyerang pengelihatannya.

"Master, kau harus bangun." suara lembut yang menggelitik telinga Changyoon, Ia menyukai suara itu- dan juga membencinya.

Yo-425-83

Kau bisa membaca tulisan itu pada leher seseorang-atau mungkin bukan- yang membangunkan pria manis itu.

Changyoon mendengus sembari menggigit bibir bawahnya sebentar, meluapkan emosi dari perkataan yang membuatnya kesal.

Changyoon tahu, tanpa kehadirannya pun, semua hal dapat diselesaikan dengan sosok
Yo-425-83, sebuah android dengan Artificial Intelligence yang membantu membereskan semua pekerjaan Changyoon.

Tidak. Changyoon tidak suka dengan kata "membantu", mungkin "merenggut" akan jauh terdengar lebih menyenangkan bagi Changyoon.

"Berhenti memanggilku master, sialan." nada suaranya menjadi tinggi, membuat sang android menundukkan kepalanya takut.

2040, tahun dimana Changyoon merasa kebebasannya telah direnggut. Semua hal-hal kecil yang biasa Ia lakukan tak lagi dapat dilakukannya.

2040, tahun disaat dunia telah memutuskan bahwa semua pekerjaan yang dapat dikerjakan manusia, akan digantikan oleh android.

Para petinggi itu bilang, bahwa manusia hanya memproduksi kesalahan. Manusia sulit untuk diatur-atau mungkin maksud mereka adalah dikendalikan- dan akan lebih baik jika android yang menggantikan mereka.

"Yo-425-83," Ucap Changyoon sembari menatap wajah dari android tersebut.

"Namamu terlalu susah, aku akan memanggilmu Yu."

Lengkungan manis terbentuk dari wajah android yang sekarang namanya adalah Yu. "Baiklah."

"Panggil aku Changyoon, kau tau-" pria itu menarik napas sebentar, "aku muak mendengarmu memanggilku master."

Changyoon segera beranjak dari tempat tidurnya, pergi ke dapur untuk meneguk segelas air putih. Ia melihat bahwa makanan telah tersaji dengan rapi di meja makan.

Yu-si android itu, segera menyusul Changyoon ke dapur

"Mas- Changyoon," nada bicara Yu terdengar sedikit gugup saat dirinya sadar hampir memanggil Changyoon dengan panggilan master.

"Sudah jam 10 pagi, Yoon. Kau harus makan, Lambungmu tidak akan berfungsi dengan ba-"

"Aku tahu," ucap Changyoon sambil melipat kedua tangannya ke dada. "kau terlalu berisik."

Jujur, terkadang Changyoon merasa takjub dengan android yang sedang berdiri dihadapannya saat ini. Parasnya terlalu sempurna jika hanya digambarkan sebagai sesosok android. Lucunya lagi, android ini bekerja sebagai "pengasuh" bagi Changyoon.

Yu benar-benar berpenampilan seperti manusia dalam benak Changyoon, kecuali pada lehernya yang terdapat kode samar bertuliskan Yo-425-83

Changyoon segera pergi menuju meja makan, duduk dengan tenang, sembari memanggil Yu untuk ikut menemaninya duduk di sana.

Yu menurut, program dalam tubuhnya telah diatur sedemikian rupa untuk mengikuti perintah sang pemilik-walau terkadang sang android juga memiliki kehendak bebas dalam memilih.

Keheningan yang awalnya terasa tenang, bercampur dengan suara gesekan piring dan sendok makan yang sedang beradu, terputus dengan suara rendah Changyoon yang terdengar datar tanpa emosi.

"Apa kau pernah merasa ingin mati?" Changyoon menatap Yu dengan wajah datar, menantikan jawaban dari sang android.

Mimik muka Yu terlihat sedikit kaget, tak menyangka bahwa pertanyaan absurd keluar dari bibir pemiliknya.

"Mati? Maksudnya disaat sistem dalam tubuhku berhenti tot-" belum selesai Yu menyampaikan jawabannya, Changyoon menyela, "Disaat kau ingin tubuhmu, pikiranmu, semua yang berhubungan dengan dirimu menghilang dari dunia ini."

"Kau tau Yu, munafik jika mengatakan bahwa aku berani mati sekarang." Changyoon terlihat meremas ujung sendok makannya.

Yu menundukkan kepalanya. Ia tidak mengerti dengan perasaan aneh yang ia rasakan sekarang. Dirinya hanya robot, dengan kecerdasan seperti manusia-atau bahkan lebih. Ia bahkan tidak yakin apakah perasaan yang ia rasakan saat ini adalah emosi, sesuatu yang manusia miliki.

"Semua pekerjaan yang manusia lakukan, digantikan oleh sosok seperti dirimu-android," Changyoon menarik napas dalam-dalam.

"Dan kau, tidak dapat melakukan hal yang kau inginkan."

"Aku dibuat untuk itu, Yoon."

Changyoon tertawa kecil, tertawanya terdengar meremehkan omongan Yu. "Kau terlalu lugu dan naif."

Mimik muka Yu berubah. Tangannya yang semula saling mengenggam satu sama lain, bergerak untuk memegang tangan sang pemilik.

"Changyoon, kau tak memikirkan hal gila dalam pikiranmu kan?"

Changyoon menepis tangan android itu, berdiri dari tempat dimana ia duduk. "Aku sudah gila dari dulu."

"Kau tidak boleh seperti ini-"

"Yu, kau tidak ingin memberontak melawan sistem di dunia ini?" Tatapan Changyoon membuat Yu merasakan perasaan aneh. Sesuatu perasaan yang membuat dirinya merasa berbeda.

Yu tetap mempertahankan pikiran rasionalnya, berusaha membuat pemiliknya- Changyoon- untuk berhenti memikirkan hal aneh.

"Bagaimana kalau kita menghirup udara segar? Aku yakin kau butuh refreshing." Ucap Yu yang berusaha mengalihkan topik.

"Kau terlalu naif, Yu. Kau akan mengerti nanti." Changyoon segera melesat pergi, masuk kembali ke dalam kamarnya dan menutup pintu rapat-rapat.

Kebebasan? Apa itu? Progam yang ditanam dalam diri Yu tidak pernah membahas hal-hal bernama "kebebasan" seperti yang dibilang oleh pemiliknya.

Semakin android dengan kode Yo-425-83 memikirkan apa yang dikatakan Changyoon, semakin Ia menyadari bahwa perasaan yang Ia rasakan adalah sebuah emosi.

-emosi yang selama ini ia selalu sangkal, dengan dalil bahwa Ia hanyalah seonggok android.

Emosi yang menyatakan bahwa Ia-sang android, juga ingin merasakan arti dari sebuah kebebasan.

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Resistance; 𝗢 𝗡 𝗙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang