Hot News

25 1 1
                                    

          Sejak kasus terbaru meningkat, semua stasiun televisi menyiarkan kabar buruk mengenai Covid-19. Menyebabkan semua sekolah dan kampus diliburkan. Kehidupan di dunia semakin mencekam. Dunia kekurangan tenaga medis. Sedangkan pasien berada dimana-mana. Virus mengerikan ini menyebar dengan sangat cepat. Bermula dari Wuhan dan menyebar hingga ke seluruh belahan dunia.

Breaking news!

          Delapan ratus Sembilan puluh tiga orang dinyatakan terinfeksi virus Corona yang lebih dikenal dengan Covid-19. Beberapa presiden telah menetapkan untuk melaksanakan program Lock Down bagi negaranya. Termasuk pula Indonesia.

          Seminggu sejak sekolah diliburkan, Rania lebih banyak berada di rumah. Diam menatap keluar jendela. Terkadang dia juga bermonolog pada dirinya sendiri. Lock Down telah membuatnya bosan dan merasa terkekang di setiap harinya.

" Rania.."

          Spontan Rania langsung menoleh ke arah ambang pintu yang terbuka lebar. Seorang wanita cantik yang masih memegang gagang pintu pun berjalan mendekati keponakannya, ya, wanita itu adalah tante Nia. Bukannya Rania tersenyum akan kedatangan sang tante. Dia lantas membuang muka ke arah jendela. Rania tidak peduli, buru-buru menutup wajahnya dengan buku yang sedang dia baca.

" Rania, tante Nia tahu banget. Kamu pasti merasa bosan 'kan? Setiap hari berada di
rumah. Dilarang bepergian. Tidak bisa bermain dengan teman-teman di sekolah." ucap tante Nia.

          Rania meremas hijab yang ia kenakan hingga kusut. Rasanya hati ini ingin berteriak sekencangnya. Hanya saja, wanita cantik yang berada di hadapannya ini jauh lebih tua darinya. Itu tidak sopan.

" Ayo lah, kamu harus bersemangat. Kamu harus yakin sama Allah, Insya Allah virus ini akan berangsur hilang. Bersabarlah Rania. Kita cukup diam di rumah saja dan mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah."

" Tapi, Rania kangen main sama teman-teman di sekolah, tan." 

" Rania 'kan bisa main bareng dengan kak Braska?"

" Nggak seru, tan. Kak Braska lebih fokus dengan dunianya sendiri."

" Eh? Justru seru, Rania sayang. Toh, kita bisa lebih banyak meluangkan waktu bersama keluarga. Lagi pula, WhatsApp sudah menyediakan banyak fitur yang mempermudah untuk berkomunikasi, salah satunya Video Call. So, Rania tinggalVideo Call-an saja. Mudah 'kan?"

Nggak semudah yang tante pikirkan..

" Kamu tahu covid-19 itu gimana?" Tanya tante Nia dengan nada yang cukup serius.

          Tante Nia pun menghela napas berat. Sesekali Rania mengintip dari balik buku yang sedari tadi menutupi wajahnya. " Covid-19 adalah semacam virus menular yang disebabkan oleh virus bernama Corona. Salah satu gejalanya, yaitu demam, sesak nafas, dan batuk kering. Covid-19 ini menyebar dengan sangat cepat dari orang ke orang. Ini sebabnya, pemerintah menetapkan Lock Down." 

          Rania tetap diam tak bereaksi. Tante Nia mencoba menghibur keponakannya. Berbagai macam cara dan lelucon dilontarkan. Tetapi, Rania tetap bersikap seolah tak peduli. Akhirnya, tante Nia pun memutuskan untuk keluar dari kamar keponakannya.

 Kenapa harus Lock Down? 

          Beberapa menit setelah tante Nia meninggalkan kamar Rania, dia menurunkan buku yang sedari tadi masih menutupi wajahnya. Dan kembali terjatuh dalam lamunannya yang ntah sudah sampai dimana. 

Kringg..

          Tiba-tiba, handphonenya berdering pelan. Membuatnya tersadar dan segera mengambil benda tersebut. Tampak sebuah nama tertera di layar handphonenya, membuat sudut bibirnya terangkat membentuk lengkungan kecil. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya-Resti.

" Assalamu'alaikum, halo?"  suara Resti berhasil membuat moodnya kembali baik hanya dalam waktu sekejap.

" Wa'alaikumussalam, halo juga."

" Lo, apa kabar? Gue kangen banget sama, lo." 

          Sudah jadi kebiasaan lama Resti kalau ngomong pakai lo-gue. Tapi, Rania biarkan saja asal sahabatnya itu nyaman. Lagi pula, itu bukan salah satu syarat berteman bukan?

" Alhamdulillah, kabarku baik. Aku juga kangen banget sama kamu, Res."

" Eh, lo udah lihat grup kelas kita belum? Rame banget kayak pasar. Gue bingung mau mulai baca dari mana."

" Belum. Emangnya ada apa, Res?"

" Sekarang, lo buka saja dulu, deh. Soalnya, lo nggak online daritadi. Gue nge-chat, tapi lo nggak jawab. Temen-temen nanyain lo terus di grup. So, cepetan Ran.."

           Memang betul. Sedari tadi, Rania sama sekali tidak menyentuh sedikit pun handphone nya. Dia terlalu sibuk dengan lamunannya sendiri. Karena terus di desak oleh Resti, akhirnya Rania pun memutuskan sambungan telepon dan segera membuka aplikasi WhatsApp dari layar itu. Jari-jemarinya sangat telaten dalam memainkan benda itu. Naik dan turun.

          Dia membaca satu persatu chat-an dengan seksama. Tampak sangat serius hingga mengukir sebuah kerutan di dahinya. Sudah diduga, pasti berita-berita yang berisi mengenai virus Corona. namun, satu hal yang membuat hatinya semakin sakit. Libur sekolah diperpanjang hingga kasus virus Corona ini menurun. 

          Hati siapa yang tidak sakit? Hati siapa yang dapat menerima semua pernyataan ini? Sudah jelas, jawabannya tidak ada. Mungkin hanya sebagian kecil yang merasa sangat senang. Namun pada akhirnya, mereka akan menyesal dan melakukan demo terhadap pemerintah. 

Huh.. menyebalkan!

***

" Silahkan kerjakan tugas Matematika halaman 205. Dikumpul hari ini jam satu siang dalam bentuk foto dan dikirimkan ke Ibu. Bagi yang tidak mengumpulkan tugas, siap-siap Ibu beri hukuman."

" Baik, Bu." 

          Beginilah keseharianku di rumah selama masa LockDown. Belajar online, tugas online, absen online, dan lain-lain. Semuanya serba online. Memang tidak seperti biasanya dan tidak semudah biasanya. Kalau dulu belajar di kelas, kini aku belajar di kamar. Kalau dulu belajar menghadap papan tulis, kini aku belajar menghadap komputer. Bukan aku saja yang mengalami ini, melainkan seluruh murid dari segala jenjang. Mulai dari TK, SD, SMP, SMA, serta Kuliah pun online. Ya, semuanya berubah drastis.

          Ditengah keseriusanku mengerjakan tugas matematika..

" Ran." Terkejut bukan main, aku kelepasan teriak. 

Ternyata kak Braska. Kukira siapa..

" Ngagetin Rania aja, deh. Ada apa kak?"

" Ran, kamu hilang sinyal nggak? Soalnya.. kakak lagi zoom, eh, tiba-tiba sinyal hilang. Boleh minta wifi-mu nggak? Kuota kakak lagi habis, nih."

" Oh, boleh. Kakak belajar di sini aja. Biar sinyalnya kuat, 4G gitu.."

" Thanks, ya adik Rania yang baik seduniaaa.."

" Lebay, ihh."

          Kak Braska langsung cemberut. Aku hanya tertawa. " Bercanda, kakak. Sama-sama."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LockDownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang