❁
"Kau lagi kau lagi"Sambil menyilang kan tangannya, seorang dokter muda itu menggeleng kan kepalanya lelah.
Sedangkan seorang pria bersurai coklat di depannya ini cuma tersenyum-senyum sambil mengelus belakang kepalanya.
"Jangan mengeluh dong dok, kan aku datang sebagai pasien yang membutuhkan pertolongan" Balasnya santai, dokter muda di depannya langsung mengepalkan tangannya kesal lengkap dengan perempatan di jidatnya.
"TAPI KAMU ITU DATANG SEHARI SEKALI TAU GAK?!"
"Yah mau gimana? Kan aku terlu---"
"ORANG MACAM APA YANG BISA TERLUKA SETIAP HARI?! BAHKAN PREMAN SAJA TIDAK SAMPAI SEPERTIMU TAU!"
"Tap---"
"Udah ah bacot" Dengan kesal dokter itu menutup mulut pasiennya itu, dia lalu memanggil suster yang lewat.
"Suster, tolong segera perban tangan, leher, dada dan kaki orang ini, sama kalo bisa sekalian otaknya juga di perban" Sambil mendumel, dokter itu mengambil stetoskopnya dan melangkah hendak keluar dari ruangan, namun tangannya di cekal oleh pasiennya ini.
"Kenapa jadi suster yang rawat? Kan aku datangnya ke kamu" Kata pria itu dengan wajah tidak suka.
"Aku ada urusan lain" Balas dokter itu sambil mencoba melepaskan tangannya dari cekalan sang pasien, namun sepertinya tak kunjung di terlepas.
"Gak mau!"
"Saya ada urusan lain, Dazai-san"
"Tapi aku maunya di rawat sama dokter Filly!"
"Mohon tidak menggangu aktifitas saya, pasien saya bukan hanya anda"
Sengaja Filly mulai berkata formal, setidaknya mungkin dengan begitu pasien langganannya ini alis Dazai Osamu, berhenti memaksanya.
"Ya sudah, aku akan menunggumu selesai, setelah itu kamu harus memasangkan aku perban, bagaimana?"
Dih malah nawar.
"Hahhh..."
Filly menghela nafas berat, kalau saja dia berani, sudah dari dulu dia suntik mati juga ini orang.
"Gimana dok? Ayolah, yayayaya?" Dazai menatapnya dengan tatapan memohon, uh gemes, gimana bisa nolak.
"Iya iya! Udah lepasin tangan aku!" Dengan senang, Dazai melepas cekalannya di tangan Filly, kemudian dia merebahkan tubuhnya di atas kasur di ruangan itu sambil bergumam bahagia.
Filly memutar matanya, haduh cobaan.
"Aku akan kembali dalam setengah jam, atau lebih, dan kau jangan sentuh barang-barangku!" Ancamnya, sebenarnya agak cemas meninggalkan orang seperti Dazai di ruangannya.
"Iya janji, babay" Pria itu tersenyum sambil melambaikan tangannya kepada Filly yang sudah berada di luar ruangan.
"Heran, dia itu mengalami gangguan kejiwaan atau gimana?" Filly jadi merinding sendiri.
---
"Buka bajumu"
"Aww, Filly-chan mesum~"
Plak!
Setelah menerima tamparan maut, Dazai akhirnya nurut dan segera melepas bajunya.
"Bacot sekali kau ini, buruan buka, aku ambil perban dulu" Dokter muda itu beranjak dari tempat duduknya, dia mengambil perban dan gunting di lemari sebelah mejanya, lalu kembali menghadap Dazai yang---
"YA GUSTI, CELANANYA GAK USAH IKUTAN DI LEPAS!!!"
Melihat Filly yang semakin emosi, akhirnya Dazai sok-sok iyes, yah emosi doi, padahal Dazai becanda doang, baru juga nurunin resleting.
Setelah mengumpulkan kesabaran, Filly kemudian mulai memperban kan tubuh Dazai yang luka sana sini gegara hal-hal gak jelas yang dia lakukan.
"Kau ini sebenarnya ngapain sampai luka-luka seperti ini?" Kata Filly sembari memasangkan perban di lengan Dazai.
"Itu, aku ingin bunuh diri"
Filly berhenti menggulung perban di lengan Dazai, dan menatap pasien anehnya itu.
"...hah?"
Dazai tersenyum lalu kembali menjawab.
"Filly-chan mau ikutan? Ayok kita cari metode bunuh diri yang biasa di lakukan berdua" Celetuknya.
Sementara Filly menatap Dazai dengan pandangan anda gila ya?
"Yuk yuk" Dazai menaik turunkan alisnya.
"Gak" Tolak Filly.
"Lagi pula kalau kau segitu maunya mati, sini aku suntik mati" Balas Filly lagi.
Namun yah...
Dazainya cuma senyam-senyum sendiri kayak bocah.
"Di luar rumah sakit banyak pohon sakura, ayo coba gantung diri di sana"
"Eh tapi kayaknya sakit..."
"Coba aja atau gimana ya?"
Filly merinding sambil menatap pasiennya itu.
Sumpah.
Orang ini aneh.
❁
Halcyon
Chapter one; The weird man
Special present to my best friend
Bubay ;)