Bagian 3

4 0 0
                                    

Sebuah nada mengalun dari tuts yang ditekan gadis dengan rambut sebahu.Matanya terpejam namun jarinya begitu lincah berpindah pindah dari kotak yang satu ke kotak yang lain.Menciptakan melodi yang terdengar pilu namun seperti memberontak.

Beberapa menit berlalu dan akhirnya gadis itu menyelesaikan permainanya.Membuka mata yang sedari tadi tertutup.Sejenak gadis itu terdiam lalu membiarkan udara masuk sebanyak banyaknya ke paru-paru menahannya sebentar lalu menghembuskannya dengan kasar lewat mulut.

Suara tepuk tangan menggema dalam ruangan.Saat dia masuk tidak ada orang lain selain dirinya.Dan dia pun tidak merasa ada orang yang membuka pintu.Atau karna terlalu mendalami melodi dari piano membuatnya tidak menyadari sesorang masuk ke ruang musik.

"Lagi sedih ya?"tanya seseorang yang terdengar seperti lak-laki.Gadis itu menoleh kebelakang melihat seorang siswa yang wajahnya sangat familiar.Dia terkejut mendapati Arkan yang kemungkinan sudah lama duduk di situ,berarti dia mendengarkan permainannya.

Yang dia tahu Arkan memiliki suara yang bagus.Dan dia juga tahu Arkan menguasai beberapa alat musik.Bisa jadi Arkan memahami makna dari nada itu.

Enggan menjawab pertanyaan Arkan,gadis itu lebih memilih mengambil tas di samping kursinya dan berjalan keluar.

Dengan langkah yang cukup lebar dia mencoba mengabaikan tatapan Arkan.Dia takut Arkan mengetahui perasaannya saat ini.Dan itu adalah hal yang sangat dia hindari.

"Hey tunggu!"

Arkan mencekal lengan gadis itu agar berhenti.Membuat pemiliknya terkejut dan sedikit cemas.Arkan bisa merasakan tangannya sedikit gemetar.Apakah dia menakutinya sampai membuat tubuhnya gemetar.Arkan mengerutkan kening melihat perubahan wajahnya yang menjadi pias.

"Lepas!!"teriak gadis itu.

Dalam sekali hentakan tangan Arkan terlepas.Gadis itu menatap Arkan dengan tatapan cemas.Bahkan Arkan bisa melihat ada sedikit keringat yang keluar di dahinya.Apa yang membuatnya seperti ini.Arkan hanya menahan tangannya.Dia tidak berbuat jahat sampai gadis itu bisa takut.

"Sorry,gue nggak maksud-"

Belum selesai Arkan berbicara gadis itu sudah berbalik dan keluar dari ruang musik dengan ketakutan.

Arkan mengerutkan kening dia benar-benar heran dengan tingkah gadis itu.Dia melihat Arkan seolah Arkan adalah penjahat yang akan menculiknya lalu membunuhnya.

Arkan mengabaikan imajinasinya.Mungkin gadis itu sedang ada masalah dan takut Arkan mengetahuinya.

Dia hanya sedikit merasa kenal dengan gadis itu.Dan juga sebuah gantungan di tasnya mengingatkannya pada seseorang.Dan dia ingin bertanya soal itu,makanya Arkan mencoba menahannya tapi gadis itu malah ketakutan melihat Arkan.

Setelah turun dari rooftop Arkan dan Elza berpisah menuju kelas masing-masing untuk mengambil tas.Entah kenapa Arkan malah berbelok dan menuju ruang musik untuk sedikit menggerakkan jari-jarinya di atas senar gitar.Tapi saat masuk dia malah menemukan seorang gadis yang sedang bermain piano dengan irama yang sedih.Dan Arkan menikmatinya.

Ponsel Arkan berdering,menampilkan layar yang bertuliskan 'Lele calling'

"Haloo beb"

"Beb pala lo!!.Lo kemana sih?.Gue udah di cafe dan gue paling nggak suka nunggu.Cepetan kesini!!"

Arkan terkekeh.Membayangkan wajah Elza yang tertekuk dan memerah.Sementara mulutnya mengomel sambil menempelkan handphonenya di telinga.

"Iya beb.otw nih"

Terdengar panggilan yang langsung diputus.Arkan merogoh sakunya mencari kunci motornya dan langsung menuju parkiran.

"Makan gratis i'am coming" teriak Arkan dalam hati.

Dibalik sEKAwaNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang