Perutnya terasa mual dan badannya masih gemetar.Untung saja tidak sampai pingsan.Tapi tetap saja membuatnya ketakutan.Jantungnya belum berhenti berdetak cepat membuat nafasnya tersengal-sengal.Bahkan keringatnya sampai membasahi seragamnya.Ini keringat dingin karna ketakutan.
Setelah beberapa menit mencoba menetralkan seluruh indera dalam tubuhnya.Dia duduk di kursi kantin yang sudah sepi.Awalnya dia ingin ke uks tapi mungkin sudsh di kunci.Makanya dia langsung menuju kantin yang pastinya sudah tidak ada aktivitas.
Dia memeluk tubuhnya sendiri.Menaruh kepalanya yang terasa pusing di atas meja.Nafasnya sudah kembali normal.
"Kakak nggak papa?"
Sebuah suara tiba-tiba terdengar.Gadis itu mengangkat kepala dan melihat seorang gadis yang ia tahu adalah adik kelasnya bernama Sabilla.
Banyak orang yang membicarakannya.Entah karna iri dengan prestasinya atau iri karena terlalu disayangi para guru.Atau ikut senang karena mempunyai teman yang membanggakan sekolah.
"Nggak papa"jawabnya datar.
"Sabilla kak"ucapnya memperkenalkan diri.
Tangannya terulur ingin berkenalan.Tentu saja membuat gadis itu terkejut.
"Kakak Keira?"
Bagaimana dia bisa tahu namanya.Dia bahkan tidak pernah memperkenalkan dirinya kecuali dengan teman kelasnya yang tentu saja lebih dulu menanyakan namanya.
Karna terlalu lama diabaikan Sabilla menarik tangannya kembali.Tapi tidak merasa tersinggung justru masih memberikan senyum manis di wajahnya.
Mungkin juga karna wajahnya yang lumayan cantik menambah persen ke-iri-an orang lain.kulit putih bersih dengan bibir tipis dan hidung yang cukup mancung.Alisnya tebal dan bulu mata yang cukup lentik.Ada sebuah tahi lalat kecil di bagian pipi kirinya.
"Bingung ya kok aku bisa tahu nama kakak?"
Tentu saja,karna dia bukan seorang siswi yang populer.Jangankan populer dia ada atau tidak di sekolah pun tidak akan ada yang tahu tepatnya tidak ada yang peduli.Apalagi dengan kesibukan seorang Sabilla yang tidak mungkin memberi kesempatan dirinya untuk mendengarkan gosip sekolah.
Sabilla menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan seperti akan menyampaikan sesuatu yang penting.Dan selanjutnya adalah mulut Sabilla yang bercerita tentang alasannya mengenalnya.
"Awal aku masuk ke sekolah aku ngelihat kakak kayak ketakutan di kantin pas udah jam pulang.Persis kayak hari ini.Bedanya waktu itu aku belum kenal kakak jadi ya cuma ngelihatin aja"
Sabilla sedikit kikuk bercerita.Takut menyinggung perasaan lawan bicaranya.
"Setelah kakak mulai tenang,aku pengen nyamperin tapi kakak keburu pergi.Nggak ngeh kali ya aku ada disitu soalnya aku duduk di pojok kanan dan kakak dipojok kiri.Hehe"
"Beberapa kali aku sering lihat kakak ketakutan.Dan jarang lihat kakak kumpul sama temen.Sampai aku denger gosip tentang...phobia kakak"
Mata Keira membulat sedikit terkejut.Beberapa detik dia mencoba menormalkan sikapnya lagi.Mulitnya masih terbungkam.
Dia tidak tahu kenapa harus bersedia mendengar cerita seorang adik kelas.Biasanya jika ada seseorang yang mencoba berinteraksi dengannya dia akan menghindar.Terserah jika orang akan memandangnya bagaimana.Dia terlalu enggan berhubungan dengan orang lain.
Aneh,sekarang tubuhnya seperti terpaku.Tidak ada keinginan untuk meninggalkan Sabilla yang masih bercerita panjang lebar.
"Bukan maksud ingin menyinggung kakak.Aku cuma pengen kenal aja sama kakak.Menurutku orang-orang harusnya mendukung kakak untuk menyembuhkan phobia kakak.Bukan malah menyebarkan gosip yang akan memberi tekanan"
Phobia disentuh atau disebut Haphephobia.Inilah alasan Keira menjauhi orang-orang.Dia takut ketika harus bersentuhan dengan orang lain.Dia akan panik dan bisa sampai pingsan.
Dia sudah mencoba terapi dan hanya memberi efek sedikit.Dan akhirnya dia lebih memilih mengakhiri terapinya.Dulu dia bisa pingsan bahkan hanya karna tangannya disentuh.Sekalipun oleh orang tuanya sendiri.Setelah beberapa kali terapi dia mulai bisa disentuh oleh orang-orang yang sangat dekat dengannya.Tapi hanya sekedar sentuhan kecil di tangan atau pelukan
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik sEKAwaN
Teen FictionEntah dari mana kisah ini menjadi sebuah arti. Masing masing dari kami pribadi untuk peduli Entah sejak kapan kisah ini saling menemui Masing masing dari kami saling membuka diri Cinta dan luka Egois dan empati Kami sEKAwaN.