Sorry for the typo 🙏🙏 enjoy the story and happy reading 🤗🤗 jangan lupa klik ⭐ dan komen ya...
_________________________________________
FALISHA POV
Suara langkah kaki yang banyak dan suara gumaman-gumaman mereka mendengung di telingaku. Aku ingin membuka mata, tapi aku tidak bisa. Tubuhku terasa sangat lelah.
Apa yang terjadi?
Ah, ya. Aku ingat. Aku sedang kumat. Hal ini sudah biasa terjadi, bukan begitu? Ya, biasanya memang seperti itu.
Usapan hangat dan lembut terasa di dahiku. "Demamnya sudah turun." Bisik suara itu. Aku kenal betul siapa. Sudah dua puluh dua tahun ini aku bersamanya, dan selama ini yang kulakukan hanyalah merepotkannya.
"Yang ke berapa?" Tanya suara lain. Terdengar cemas meskipun diucapkan dengan nada datar.
"Yang kedua." Lanjut suara wanita lagi.
Mama. Maafin Fali. Hanya itu yang bisa kuucap dalam hati.
"Ya sudah. Kita tinggalkan saja. Nyonya juga harus istirahat." Ada suara kain bergesekan. Lalu lampu terasa dipadamkan, kemudian pintu tertutup dengan suara pelan.
Hening.
Selain detak jarum jam, aku tidak mendengar suara apa-apa lagi.
Perlahan aku membuka mata. Denyutan di kepalaku tiba-tiba menjadi lebih terasa. Seolah ada seseorang yang menarik rambutku ke bagian dalam kepala. Rasanya tak mengenakkan sekali.
Aku menghembuskan nafas lega. Karena ternyata aku berada di kamarku.
Syukurlah. Aku bosan dengan kamar putih itu. Apalagi sekarang, aku sangat tidak ingin berada di kamar itu lagi.
Aku melirik sekeliling kamarku. Satu-satunya pencahayaan berasal dari lampu tidur di nakas. Sisi kiri dan kananku terpasang selang. Satu selang dengan cairan bening dan satu dengan cairan merah.
Aku lupa apa yang terjadi sampai membuatku kumat. Atau tidak benar-benar lupa tapi memilih untuk melupakannya?
Ya. Aku hanya ingin melupakan rasa sakitnya. Rasa panas di seluruh tubuhku, rasa sakit di perutku, dan juga muntahan darah berbau amis itu. Semuanya terjadi hanya karena dua kesalahan. Aku lupa dengan obatku, dan aku terlalu kelelahan.
Mama, maaf. Aku hanya bisa berkata lirih dengan mata yang kini memanas.
Menutup mataku dengan lengan yang terpasang infus, aku hanya bisa merasakan denyutan di area perutku. Ingin sekali rasanya mengumpat. 'Penyakit sialan!' Tapi aku takut. Takut menyakiti Mama karena sampai saat ini aku tahu bahwa Mama selalu menyalahkan dirinya akan penyakitku.
Menurutnya, karena dirinya yang tidak tahu jelas akan asal usulnya, kemungkinan dialah yang berperan mendatangkan kelainan ini padaku. Padahal demi Allah. Aku tidak pernah menyalahkan beliau.
Dan penyakitku, penyakitku bisa saja sembuh selama aku mendapatkan donor yang tepat.
Kalian ingin tahu aku kenapa? Ah, tidak. Aku tidak akan memberitahunya. Biarkan saja menjadi rahasia. Nanti saja, author pasti akan memberitahukan keadaanku yang sebenarnya pada kalian. Untuk sementara, kenapa kalian tidak duga dulu apa penyakitku?
Pintu diketuk perlahan, tanpa menunggu jawabanku pintu dibuka dari luar dan sosok yang juga sangat kukenali muncul dari sana.
"Gimana keaadaan loe?" Tanyanya lirih.
Apa ini nasib punya saudara kembar? Dia seolah tahu kalau aku sudah bangun padahal jelas aku dalam posisi menutup mataku dengan punggung lenganku.
"Fal.." tanyanya lagi lirih.
![](https://img.wattpad.com/cover/218777907-288-k495670.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doctor, My Love
RomanceLu-Gi Family Book #1 "Jangan terus-terusan mikirin Fali. Tanpa Mas Dokter pikirin juga, Fali udah ada di kepala Mas Dokter. Sama halnya seperti Fali, yang tanpa Mas Dokter minta udah ngasih hati Fali yang berharga ini buat Mas Dokter." ~Falisha Perm...