bagian dua

15 2 0
                                    

21;08
Seharian aku dan Rahma menunggu diloket ini.tidak ada tanda tanda kami akan berangkat.

"Dek"terdengar bisikan makhluk halus.

"Horror banget ni loket"aku bergidik ngeri

"Dek"

Kuberanikan diri melihat kebelakang,
Aku tertawa didalam hati ku.
Ya Allah ternyata bukan hantu atau makhluk tak kasat mata tapi  sopir mobil.

"İya cecek ada apa"

"Kita pulang sekarang"

Langsung saja aku mengangguk ku bangunkan Rahma seraya mengambil tas ransel ku.

Aku tertidur sepanjang perjalanan ku.

Ketika terbangun aku meneteskan air mata teringat pesan mamak untuk ku,
Mamak bukan orang yang bisa membayar orang hanya ingin kau sukses jadi,jika kau sukses itu hasilmu bukan hasil mamak.karna mamak hanya minta Allah menjawab doa mamak saja.

   Sepanjang perjalanan aku mabuk dan muntah di setiap beberapa puluh menit sekali.ketika yang lain berusaha tidur aku tidak bisa bahkan hanya untuk memejamkan mataku,mataku selalu menerawang teringat segala hal.

  Hujan mengguyur jalan yang kami lewati sekali kali mobil harus mengerem mendadak ketika ditikungan, karena jika tidak waspada bisa saja mobil yg kami tumpangi jatuh ke jurang.
Mungkin jika kami tidak singgah untuk makan pagi kami akan segera memasuki kota Blangpidie.

Rasanya aku kesal sebab perutku mulai tidak bisa diajak kompromi lagi,Rahma yang melihatku mencari kantong plastik hanya bisa melihat saja sembari memasang muka khawatir.

"Ra dari tadi malam muntah-muntah aja kayak nya, ada minum antimo ?
Rahma bertanya di sela aku memasukkan mulut ku kantong.
"Huuuekkk"
"Huueekk"

Aku membuka kaca jendela mobil untuk membuang kantong plastik muntah ku.

"Dek buka aja jendelanya biar anginnya masuk"cecek yang membawa mobil berkata kearah ku tanpa melihat.

Oh iya cecek itu panggilan untuk orang yang lebih tua beberapa tahun darinya di daerah Aceh jarang ada yang memanggil om jadi biasanya diganti dengan cecek.

Kubuka jendela mobilnya.

"Huuuuuuuuuu"

aku bermain dengan udara di dalam mulutku.

Angin di sepanjang perjalanan tapaktuan terasa sangat sejuk dengan hamparan pantai di sisi kiri tempat aku duduk.perahu nelayan berjejer rapi walau ombak tampak nya tidak bersahabat tapi para nelayan itu tetap saja menggendong jala menuju ke laut.

Aceh.
satu kata tapi berjuta juta rasa
Aku jatuh cinta pada negri dimana aku dilahirkan.walau Aceh tampak kuno tapi itu yang membuat aku nyaman anginnya,bunyi ombak di laut,dan kicauan burung di lembah.

09:40

Tidak biasanya kami terlambat,aku mulai bosan didalam mobil biasanya hanya butuh matahari terbit sebentar saja kami sudah sampai dirumah,tapi kali ini berbeda entah apa yang terjadi.

"Coba aja tadi malam tidak ada kecelakaan,kita tidak terlambat"
Rahma berbisik kepada dirinya

Aku mendengarnya.

"Apa? kecelakaan"aku membuka mataku seraya menatap rahma.

"İya"

"Dimana"

"Dijalan lewat Medan dan mobilnya masuk jurang,jadi mobil berhenti buat bantuin"Rahma menjelaskan padaku sebelum aku bertanya lagi.

Ya Allah mimpi apa ya sampai aku tidak sadar jika ada mobil yang kecelakaan.

10:03
Mobil yang aku tumpangi sampai dirumah dengan selamat.
Kulihat ibu sedang menyapu halaman rumah,daun-daun masih basah sama seperti mata ibu ketika melihat aku untuk pertama kalinya setelah satu tahun.

Ibu memeluk ku masih sama dengan pelukan setahun yang lalu ketika aku pergi.

Aku merindukan sosok yang kerap memarahiku ketika aku diam diam membawa masuk kecebong ke dalam kamar.

Aku rindu masa kecilku.

Ibu mengajak ku masuk kedalam rumah,ibu menangis.

"Nak ibu tidak bisa belikan kamu ayam ibu cuman bisa goreng telur aja"

Aku tertawa seraya menahan tangisku.

"Bu aku pulang juga untuk mencicipi telur ceplok buatan nya ibu kok"aku mengambil piring menyendok nasi kemudian makan dengan lahap.

Satu kebohongan ku pagi ini untuk ibu.tapi tidak mengapa bukankah ketika aku kecil ibu juga sering berbohong kepada ku.

Flash back on
"Ibu ayah bawa pulang roti"

aku berlari lari kearah dapur seperti anak yang memenangkan piala bergilir,padahal hanya roti bagian ayah yang ayah bawa pulang dari hasil menanam padi milik tetangga.

Ibu menoleh ke arahku.

"Ibu mau roti"

Ibu tersenyum lalu mengambil roti dariku kemudian menyuapiku.

"Makanlah nak ibu tidak lapar".

Padahal aku tahu ini sudah siang dan ibu tidak makan sesuap nasi pun dari tadi pagi.ayah juga pergi ke sawah tanpa makan hanya aku yang makan dirumah ini.
Bahkan ayah bisa saja memakan roti yang beliau bawa pulang untukku tapi ayah tidak melakukan nya.

Ibu juga menunggu di tungku perapian dari tadi,

Dan hanya memasak air.

Ibu menyentuh pundak ku.

"Kak ibu lanjut nyapu halaman dulu ya,habis makan tidur dulu aja"

Ibu menarik bagian bawah jelbabnya ke muka,untuk apa lagi jika bukan untuk menyeka air mata beliau.

Ibu tidak pernah mengeluh Bahkan tetangga tidak ada yang tahu jika kami tidak memiliki apapun yang bisa dimakan.

Kulihat punggung ibu mulai menghilang dibalik pintu.tangisku pecah,aku menangis sesenggukan,karena menahan tangis ku dari tadi, sebab aku ingat apa yang ibu katakan.

"Perempuan yang hebat adalah perempuan yang bisa menahan tangisnya".
Flash back off



Jejak SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang