bagian 1

24 4 2
                                    

     Mobil yang kami tumpangi membawa kami kesebuah loket di dekat tengah tengah kota medan.

"Hufff...."

Sekarang aku lelah kepalaku yang sudah sangat pusing dari semenjak tadi kuusahakan untuk tegak kembali,
Aku melihat seorang nenek yang duduk di kursi roda yang sedang didorong remaja perempuan.

Andai saja aku memakai kursi roda pasti ada yang akan mendorong kursi rodaku jadi aku tidak perlu berjalan.

"Astaghfirullah."

Ya Allah apa yang sudah aku pikirkan.seharusnya aku bersyukur atas nikmat kaki yang kuat mampu berjalan bahkan berlari sejauh aku ingin.

"Ra....."

Aku menyenderkan kepalaku ke jendela mobil sambil mengeleng membayangkan betapa mirisnya jika aku harus memakai kursi roda.

"Ra.....ehhhh....."

Rahma membuyarkan lamunanku.
Aku menoleh ke arahnya dia malah tertawa.

Kutepuk bahunya.

"Kenapa ma"

"Kenapa barang nya belum
dikeluarkan ra".

rahma menatap ku bingung,aku yang ditatap malah cengengesan.

"Dari tadi diajak ngobrol malah melamun".Rahma kembali mengeluarkan suara.

  Aku langsung pergi ke belakang mobil untuk mengambil barang ku,lalu menyusul rahma.

"Ma..... kita mandi dimana ini".

Aku bertanya pada Rahma ketika kami masuk ke dalam loket tersebut.

"Tidak usaha mandi saja".spontan saja Rahma menjawab.

Aku mengacungkan jempol ku tanda setuju,aku memang paling malas jika bersangkutan dengan air.

Rahma terkekeh.

16:50

   Sayup sayup aku bisa mendengar suara azan yang terus menggema di menara mesjid.tapi bukan karena suara Azan aku terbangun,melainkan suara orang tertawa.

Aku mengerjapkan mataku tanda tidurku kurang nikmat.

"Hoooaaammmm".

Aku menguap,
menutup mata dan ingin melanjutkan mimpiku kembali.

"Bangun Ra udah azan tuh".

Siapa lagi jika bukan rahma,tangan nya dingin seperti mayat,

Oh,tidak apakah dia sudah meninggal

Ternyata aku menghayal lagi.

Seusai sholat ashar kami memiliki ide  Baru untuk menghabiskan sore tanpa rasa bosan.

"Ra apa kita tidak naik becak aja ya".

"Jalan Kaki aja".aku menyela segera sebelum nanti dia mengeluh.

Satuhal yang belum aku jelaskan tentang rahma.

Dia teman ku dari TK sampai kami sma di pesantren yang sama.

Hampir seperti kembaran yang kemana mana selalu bersama kecuali mandi.

Medan

Seumur umur baru ini aku menginjak medan belum pernah sekalipun aku menginjak kan kakiku ini ketanah padat industri ini.

Aku mengira Medan sama seperti neraka dari cerita cerita tetanggaku.

Dia pernah bercerita bagaimana dia tersiksa karena harus bekerja di tempat
Pedagang Cina.
Aku saja bergidik ngeri membayangkan  ular yang disate dan babi yang dipanggang.

Bayangkan saja dia bercerita dengan banyak ekspresi,entah hanya untuk menakuti kami atau memang benar benar ada.

Setelah aku mendengar ceritanya aku pulang dan mengadu kepada mamak.

"Mak tadi kak rus cerita orang makan babi dimedan......."

Belum sempat aku melanjutkan ceritaku mamak langsung menyela.

"Jangan tanya mamak harus percaya atau tidak,jika mau bukti pergi langsung"

Dan sekarang aku disini,

Ditengah tengah kota produksi makanan ringan Medan jaya.

Apa lagi yang bisa aku lakukan selain tersenyum.

Bagaimana tidak untuk sampai di kota medan saja aku harus berjuang setengah nafas,

Mabuk perjalanan.

Aku mabuk perjalanan.
Jadi kemana saja aku pergi perut ini pasti mual.mungkin jika kantong plastik mahal, supir mobil pasti tidak membolehkan aku menumpang di mobilnya karna takut bangkrut.

Jejak SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang