Note:
hai gais ceria ini sudah aku revisi ulang, ada beberapa kata juga yang usdah aku tambahin dan aku ganti juga, jadi selmat membaca cerita baruuuuuu.Nathalie Fransisco
Sudah ku duga bajingan keparat itu sedang melakukan hal yang bisa membuat ku marah besar, dan sialnya bajingan keparat itu tak pernah jera sedikitpun, atas apa yang selalu aku lakukan terhadapnya.
Aku segera mempercepat langkah ku ketika ruangan sekertaris bajingan itu tak ada di tempatnya, sudah ku duga, hal menjijikan yang akan aku saksikan.
Aku menyeringai menatap dua mahluk yang sangat menjijikan di hadapan ku, tangan berbelit, bibir berpautan, kaki entah lah! Dan satu yang pasti menjijikan, untuk d lihat! Sialan kau Liam! Desis ku dalam hati.
Prang! Aku melempar vas bunga yang berada di meja hias di samping pintu masuk dan melemparkannya ke lantai membuat mereka menghentikan aktivitas menjijikan mereka.
Bisa ku lihat bajingan keparat itu menyeringai puas sambil mentap ku santai, seolah yang ia lakukan adalah hal yang baik dan suci, sedangkan sekertaris barunya yang baru bekerja 3 hari mungkin langsung turun dari pangkuan bajingan itu.
Mungkin sekarang bisa ku bilang wanita itu calon mantan sekertaris Liam!
Tanpa menunggu waktu lama aku segera meraih ponsel ku, dan segera menghubungi Rully Serren dari bagian Human Resources Development. Bisa ku pastikan dari raut wajahnya dan gerakan resahnya tubuh wanita itu menegang seketika, ketika aku berdesis, "Pecat sekertaris Liam sekarang juga!" tanpa menunggu Rully menjawab aku segera mematikan sambungan teleponnya.
"Kau bisa pergi," ujar ku datar kepada mantan sekertaris Liam. Sambil menunjuk arah pintu keluar.
Aku kembali menetralkan gejolak amarah ku ketika wanita itu kini sudah pergi dari ruangan Liam. Tangan ku terkepal ketika Liam mengedipkan sebelah matanya sambil berkata, "Terimakasih nona, ciuman mu sangat memabukkan."
Aku melangkah mendekat ke arah mejanya, ketika wanita itu sudah benar benar hilang di telan pintu, lalu berdesis tajam, "Sudah ku bilang, jangan pernah melakukan hal menjijikan di perusahaan, bajingan!"
Liam Xanders Lelaki yang terlalu bajibgan dan sayangnya lelaki bajingan itu menyandang sebagai calon suami sialan ku. Lelaki itu terkekeh lalu duduk di kursi besar kejayaannya dan mentap ku, sial tatapan mencemooh!
"Itu hak ku," jawabnya santai, meraih satu dokumen berwarna merah lalu membukannya.
Sial! Astaga bahkan aku selalu mengumpat ketika bersamanya yang sialnya adalah Calon suamiku. Aku meraih dokumen itu, meremasnya, masa bodo dengan dokumennya. aku tidak suka ketika aku bicara malah di acuhkan.
"Apa aku harus mengingatkan posisi mu, Mr. Xanders," kata ku dengan suara yang sudah ia pastikan itu adalah ejekan.
Dia menatapku, lalu kembali membuang mukanya. "Kau tak lebih dari seorang CEO yang Morgan Fonse percayai, dan kau hanya satu sampah dari beribu ribu sampah yang beruntung, karena Morgan Fonse bersedia mendaur ulang sampah menjadi barang yang...." Aku terdiam sejenak, lalu mencodongkan lagi tubuhku ke arah mejanya, "sedikit bagus. Dan tak sengaja takdir membawamu menjadi suamiku," lanjutku, Liam memejamkan matanya, dan seketika matanya terbuka kilatan amarah terdapat di mata hitam pekat miliknya.
Ayolah apa aku salah berbicara? Liam adalah seorang lelaki yang.... sedikit pintar, Morgan Francisco -ayahku- menemukannya di Harvard, dan yeah astaga mungkin hari itu hari beruntungnya, karena pada saat itu Morgan Fransisco datang untuk memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi tinggi, dan dia bertemu dengan Liam, menawarkan lelaki itu pekerjaan yang sangat menggiurkan. Menjadi CEO di FC Croop dan sialnya Morgan malah menjodohkan ku dengan lelaki bajingan itu. Jika bukan karena harta aku tidak sudi di jodohkan.
Sejak awal aku sudah tak menyukainya, karena aku rasa tak ada orang baik di dunia bisnis, semua berambisi menjadi lebih berkuasa, mengusai dunia dengan cabang nya. Dan aku rasa Liam seperti itu, akan berambisi untuk merebut setengah atau mungkin seluruhnya dari tangan Morgan Fransisco, dan itu tak bisa di biarkan, apalagi dengan jabatan dia sekarang menjadi seorang menantu yang sangat di sayangi.
"Dan kau!" suara Liam membuat ku tersadar. Mata ku kini menatap Liam yang kini tengah berdiri dan....mendekat ke arah ku, dengan langkah mendominasi. Mata hitamnya menatap lekat mata ku, tangannya mencengkram pergelangan tangan ku. "Kau hanya anak yang kurang beruntung, bahkan Morgan Fonse mempercayai sampah dari pada berliannya sendiri."
Bukan Nathalie namanya jika aku kalah, aku tak akan membiarkan bajingan pintar ini menang atas ucapannya.
"Jangan menyombongkan diri, ingat satu hal aku atasan mu, dan kau harus mematuhi ku, walau mencium kaki ku sekalipun, karena secara tidak langsung kau bekerja untuk keluarga ku. Dan ingat satu hal, sampah tetap lah sampah, karena menjadi calon suamiku tidak lah mengubah status sosial mu, kau tetap tikus jalanan," balas ku.
Tanpa ku duga, dengan satu gerakan Liam mencekal tangan ku lebih kuat dan bibirnya yang tanpa permisi mencium bibir ku dengan kasar. Aku berontak, tapi sial tangannya kini merengkuh pinggang ku dan sebelah tangannya lagi menarik rambut ku hingga aku mendongak, dan tarikannya membuat kepala ku sakit.
"Tutup mulut pedasmu, dan berpikirlah sebelum merendahkan orang lain," bisiknya tepat di depan bibir ku, lalu dengan liarnya Liam kembali melumat bibir ku.
Merasa di rendahkan walau dia adalah calon suamiku dengan sekuat tenaga aku mencoba mendorong tubuh Liam, keparat! Liam benar benar sudah tidak waras. Aku mendorongnya lagi hingga kini tubuh Liam sudah sedikit menjauh dari ku.
Sialan! Satu tamparan benar benar mendarat mulus di pipinya, membuat kepalanya sedikit mengarah ke arah kiri. "Sialan kau melecehkan ku, keparat!" teriak ku, sebelum akhirnya pergi dari ruangannya.
TBC
..Cerita ini murni hasil imajinasi keras penulis, jika ada kesamaan nama tokoh, cast, nama negara, alur cerita, itu murni ketidaksengajaan penulis..
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage with Mrs. Arrogant
Romance[On Going] [Romanc Dewasa - 18+] ✓ "Sudah ku bilang, jangan pernah melakukan hal menjijikan di perusahaan, bajingan!" dengus ku. Liam Xanders. Lelaki itu terkekeh lalu duduk di kursi besar kejayaannya dan mentap ku, sial tatapan mencemooh! "Itu hak...