02

4K 89 2
                                    

Nathalie Fransisco

"Terimakasih Mr. Lisky," Kata Liam sopan kepada tangan kanan Mogran Fransisco yang sengaja mengendarai mobil pernikahan kami.

Namun dengan tersenyum manis Simon menjawab dengan ramah, "Simon saja tuan."

"Oh astaga kenapa kau memanggil ku tuan, kau panggil saja aku Liam, aku tidak setua itu untuk di panggil tuan," ujar Liam dengan gaya bajingannya, dan aku benci itu.

"Ah baiklah Liam, aku harus menjemput Mr. Francisco, aku permisi."

Liam diam, dia hanya mengangguk lalu tersenyum dan aku hanya berdiri di belakang Liam tanpa ekspresi.

"Kenapa masih berdiri di sini? Kau tidak berpikir aku akan menggendong mu ke kamar mu kan?" Liam menaikan sebelah alisnya dengan bodoh.

"Aku tidak berminat untuk di gondong dengan tangan sialan mu!" Desis ku tajam dan langsung masuk ke dalan mansion milik Liam tanpa menunggu bajingan keparat itu.

Tapi dia cukup tau diri dengan berjalan santai di belakang ku, itu cukup membuktikan bahwa dia bawahan ku yang penurut, atau anjing penjilat, astaga bahkan aku geli untuk mengatakannya.

Pintu mansion terbuka menampilkan loby mansion yang bernuansa putih dan emas, dengan di lengkapi beberapa lukisan abstrak entah apa dan patung antik, aku tidak tahu itu. Ini pertama kalinya aku masuk ke dalam mansion Liam.

"Astaga aku sangat lelah."Liam membuka jas hitamnya lalu berjalan mendahuluiku, ia melangkah ke arah kanan, loby itu memiliki koridor kanan dan kiri, aku mengikutinya.

Sialan! Aku menganga melihat kemewahan mansionya, dia adalah bawahan ayah ku, dari mana dia memeiliki uang sebanyak ini untuk membangun mansion semewah ini, ya walaupun mansionnya tidak semegah mansion Morgan Fransisco, tapi mansion ini memiliki keunikan dan kemewahan tersendiri.

Dindingnya berwarna putih tapi ada beberapa ukiran berwarna emas, dan sialan! Ini adalah mansion impian ku. Tanpa aku sadari, kini aku sudah berada di ruang tamu, Liam duduk di sana sambil memainkan ponselnya.

Aku mengendus sebal dan dengan santai aku memberikan dokumen yang dari tadi aku bawa tepat di atas perut pria itu, dia menaikan sebelah alisnya, namun dengan cepat ia mengubahnya menjadi tersenyum.

"Itu kontrak kita." Aku memberikan bolpoin padanya dan dengan senang hati Liam membawanya.

"Aku akan membacanya."

"Biar aku saja, dan kau boleh mengajukan permohonan kepada ku jika kau keberatan." Aku cukup lega ketika Liam mengangguk setuju.

"Bukan permohonan tapi memprotes," ujar Liam sambil tersenyum.

"Aku Nathalie Francisco sebagai pihak pertama dan Liam Xanders sebagai pihak ke dua.

1. Pihak pertama dan pihak kedua akan melangsungkan pernikahan kontrak selama 2 tahun.

2. Pihak ke dua tida boleh menjalani hubungan dengan wanita manapun.

3. Pihak ke dua tidak boleh menyentuh pihak pertama tanpa seijin prihak pertama."

"Keberatan!" Liam mengangkat tangannya malas.

"Alasan?"

"Kau pikir aku pria tidak normal, aku sangat sangat keberatan kau pikir aku gay bisa menahan gairah selama 2 tahun."

Aku menatap Liam tampaknya ia sangat kesal dengan poin itu, dasar bajingan maniax seks. Aku menghela napas.

"Baiklah aku akan mempertimbangkannya lagi."

"4. Jangan ikut campur sesama pihak, kecuali yang merugikan kedua pihak.

5. Pihak kedua tidak boleh jatuh cinta kepada pihak pertama begitupun sebaliknya."

"Percaya diri sekali kau," dengus Liam, tanpa memperdulikannya aku terus membacakan poin poin kontrak kami.

"6. Setelah pihak pertama mendapatkan apa yang di inginkan pihak pertama bisa menuntut cerai, tapi tidak berlaku untuk pihak kedua menuntut cerai.

9. Setelah bercerai pihak ke dua mendapatkan apa yang di inginkannya yaitu sebuah anak cabang perusahaan yang akan di berikan oleh pihak pertama.

10. Apabila salah satu dari kedua pihak melanggar kontrak, pihak itu tidak akan mendapatkan apa yang di inginkan, tapi untuk pihak yang di rugikan berhak mendapatkan yang di inginkan."

"Aku setuju dengan poin ke 10." Ia mengedipkan sebelah matanya.

"Baiklah deal?" Aku mengulurkan tangan ku. Tapi dia belum juga membalas uluran tangan ku.

"Aku masih keberatan dengan poin 3."

"Aku akan mempertimabangkannya," tegas ku.

"Aku juga akan mempertimbangkannya untuk menjabat tangan mu Mrs. Xanders," bisiknya kemudian pergi ke atas sambil terkekeh.

Sialan kau Liam Xanders!

TBC

Marriage with Mrs. ArrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang