***
Langit sore tampak bersih. Tidak ada kawanan awan. Burung-burung gereja bertengger di atas kabel listrik sepanjang jalan. Siang tadi matahari bersinar terang tapi tidak panas. Angin sepoi bertiup setiap saat.
Shaf sholat di masjid kian hari berkurang jumlahnya karena semakin dekat dengan hari raya. Manusia sibuk berdesakan di tempat penjaja pakaian, memburu baju lebaran katanya.
Adalah masjid Al Ichsan yang letaknya di tengah kompleks perumahan Melati. Tersisa lima shaf laki-laki dan dua shaf perempuan di masjid itu pada malam ke-27 Ramadan ini. Padahal ukuran masjid itu bukan main megahnya untuk skala perumahan dengan jumlah penduduk sekitar 300 jiwa.
Malam itu, seorang pria dengan wajah teduh berjalan ke masjid dengan kaki gemetar. Usianya terbilang masih muda, sekitar 27 tahun. Orang yang berpapasan dengannya di jalan menyapanya dengan sebutan "Mas Alby"
Wajahnya yang teduh menggambarkan jiwanya yang penuh dengan kesabaran, ditambah senyum ramahnya pada setiap orang yang dia sapa. Malam itu berbeda. Ada semburat kesedihan di wajahnya, meskipun sebenarnya tidak mengurangi aura bijaksana.Malam hari setelah menunaikan sholat tarawih dan witir berjamaah di masjid Al Ichsan, pria tanggung itu berniat untuk melakukan i'tikaf di sana hingga waktu sahur tiba. Biasanya ia akan pergi beramai-ramai dengan teman masa sekolahnya ke masjid agung di kota. Namun malam ini ia memilih masjid di kompleks perumahan yang suasananya lebih sepi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 01.15. Sejak tadi ia gunakan waktunya untuk berdzikir, memuja keagungan tuhannya. Tangan kanannya memainkan tasbih dengan anggun. Mungkin kalau dihitung, sekarang sudah ribuan kali beristighfar, bertasbih, tahmid, dan dzikir lainnya ditambah doa lailatul qadr yang ia ucapkan dengan khusyuk,
"ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ’ANNII"
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja aku tahu bahwa suatu malam adalah malam lailatul qadar, lantas apa doa yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdoalah: ALLAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN TUHIBBUL ‘AFWA FA’FU ’ANNII (artinya: Ya Allah, Engkau Maha Memberikan Maaf dan Engkau suka memberikan maaf—menghapus kesalahan–, karenanya maafkanlah aku—hapuslah dosa-dosaku–).” (HR. Tirmidzi, no. 3513 dan Ibnu Majah, no. 3850. Abu ‘Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan sahih. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Ia memohon ampunan pada Allah Azza wajalla atas semua dose yang diperbuatnya, baik yang disengaja maupun yang tidak. Sudah mendekati waktu sahur. Ia akan mengutarakan semua kegamangannya selama ini. Yang menjadi pengganggu ibadahnya, pemberat langkahnya, sekaligus penyedot amalnya.
"Ilahi, tidak ada yang aku rahasiakan dariMu. Tidak ada sekecil apa pun di dunia ini yang bisa aku sembunyikan dari pangawasanMu.
Engkau Maha Melihat, Engkau maha Mendengar, Engkau maha mengetahui segala sesuatu.
Ilahi, sungguh aku percaya bahwa tidak ada dusta dalam janjiMu, tidak sedikit pun Engkau tinggalkan hamba-hambaMu. Hamba percaya bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan. Bahwa beban yang Engkau pikulkan pada kami tidak mungkin melebihi batas kemampuan kami.
Ilahi, aku sadar bahwa hidayah itu tidak akan bisa diraih setiap manusia. Bahwa sekuat apa pun manusia berusaha, bila Engkau belum meridloinya maka tidak akan mungkin kami mendapatkannya.
Atas masalah yang saat ini sedang menimpa hamba, hamba mohon permudahlah jalan keluarnya."
Ya. Apa yang sedang dialami Alby memang tidak bisa dianggap remeh. Sudah dua tahun lamanya hubungan dalam keluarganya meregang. Jangankan budaya buka bersama, berbicara saja seperti orang asing yang tidak sing mengenal.
![](https://img.wattpad.com/cover/225615608-288-k780277.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta, Seikhlas Rasa [Lengkap]
Духовные[Kumpulan cerpen] 1. Apakah Kau Menyesal Telah Menikah dengan Aku? 2. Munajat-munajat di Malam Seribu Bulan 3. Gadis itu Tidak Suka Laki-laki Selain Ayahnya 4. Tidak Selamanya Bawang Merah itu Jahat 5. Nasi Goreng 6. Tentang Meminta Maaf 7. Manusia...