Bab I

663 67 13
                                    


" Chan, bukankah kau sedang tidak ada kerja? Lebih baik belikan aku sarapan di kedai Paman Lee.." Pinta Jesicca, sepupuku, anak pertama dari bibiku. Aku sudah tidak asing lagi dengan sikapnya itu. Sikap manja dan hobby menyuruh sana sini. Tidak ada pekerja yang suka dengannya. Karena dia sangat bossy dan cukup sombong, tidak seperti kedua orang tuanya yang baik dan rendah hati.

Ah, maaf. Aku memang tidak pernah suka dan akur dengan sepupuku yang satu itu. Jadi wajar kalau aku sedikit menjelekkannya. Semoga dia tidak membaca ceritaku ini.

" Sarapan apa, noona?" Tanyaku dengan nada malas. Jika bukan karena orang tuanya yang baik dan mengingat dia lebih tua dariku, mungkin aku tidak akan mau menurutinya.

" Belikan aku Japchae dan lemon tea.." katanya sambil melambaikan uang padaku. Aku merotasi mataku.

Dengan malas-malasan, aku beranjak dari tempatku lalu berjalan ke arahnya.

" Itu saja?"

" Hm.. aku akan menghubungimu jika aku menginginkan makanan lain."

" Oke." Aku mengambil uang dari tangannya, kemudian berjalan menuju tempat parkir penginapan.

Aku menepuk-nepuk jok motor vespa kesayanganku, 'Mani'. Kebiasaan yang sering kulakukan, sebelum aku mengendarainya. Setelah menepuknya, baru aku menaikinya. Walau 'Mani' benda mati, aku tetap harus menghargai kerja kerasnya yang sudah susah payah mengangkut tubuh bongsorku kesana kemari. Aku menyayangi 'Mani' seperti keluargaku sendiri... Bercanda.

Setelah memanasi sebentar vespaku, akhirnya aku beranjak meninggalkan penginapan untuk membeli sarapan 'Nona' besar.

***

Ah, hari ini hari yang cukup melelahkan. Aku bahkan tidak sempat meluangkan waktu untuk meneruskan tulisanku yang tertunda. Jangan tanya kenapa, karena entah kenapa, hari ini si Nona besar, betah sekali duduk di penginapan hampir seharian. Aku jadi budak seharinya, melayani sikap bossy nya..

Pukul empat petang, akhirnya aku bisa bernapas lega, terlepas dari jeratan nenek sihir. Dengan langkah gontai, aku berjalan menuju Mani. Sebelum menaiki Mani, aku mengeluarkan ponselku dan memasang headset ke telingaku lalu menyalakan lagu, tentu saja lagu dari Boyband kesayanganku, EXO. Aku memiliki playlist khusus dari lagu-lagu mereka, yang di dalamnya memiliki suara Wu Shixun terbanyak. Well, tentu saja playlistku tidak panjang. Karena, Shixun sangat jarang mendapatkan part yang banyak di setiap lagu-lagu Boyband tempatnya bernaung. Aku sedih dan kecewa, tapi mau bagaimana lagi. Yang bisa kulakukan hanya menikmati apa yang bisa kudapat dari idolaku itu.

Setelah musik terpasang, baru aku menepuk jok dan menaikki Mani.. Aku suka mendengarkan musik saat di perjalanan pulang, itu membuatku lupa akan perjalanan panjang yang harus kutempuh untuk sampai ke rumah. Apalagi setelah mendengar suara unik dan lembut Wu Shixun, aku terbuai.

***

" Aku pulang!" Sapaku pada keluargaku di rumah. Walau aku lelah, tapi aku selalu kembali bersemangat setiap kali aku sampai ke rumah dan disambut oleh..

" Pipi!!!" Pekik kedua keponakanku serentak sambil berlari menuju pintu depan. Aku tersenyum. Mereka lah yang selalu membuatku semangat untuk pulang ke rumah. Gunhoo dan Naeun, keponakan kesayanganku.

Naeun berlari ke arahku ingin memelukku, tapi aku langsung menghindar.

" Eits. Naeun, Pipi pernah bilang apa?" Kataku memperingatkan. Naeun terlihat kebingungan. Gunhoo yang akhirnya menjawab.

" Jangan sentuh Pipi, sebelum Pipi mandi dan berganti pakaian. Nanti Naeun bisa kena virus.." Kemudian Gunhoo menatapku. " Virus apa namanya, Pi?"

" Coro.."

Special Guest (Vacation Chanyeol's POV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang