II. Daratan Timur: Kastil Mylva, Omerta

75 6 1
                                    

Taehyung buru-buru menutup kedua tungkainya dengan selimut dan berbaring membelakangi pintu saat langkah yang dikenalinya mendekat. Bunyi kunci dan daun pintu tua terbuka terdengar, memacu hentakan degup jantungnya. Keheningan yang mencekam meliputi satu-satunya ruang pribadi Taehyung. Lama matanya terpejam, berharap kali ini bukan Pendeta Gyeongryu yang menciduknya masih sadar di malam gelap gulita.

"Taetae!" bisikan itu membuat hati Taehyung melompat girang. Kakinya kembali menyelinap keluar dari selimut dan menapak lantai kastil Mylva. Cemasnya lenyap ditenggelamkan senyuman lebar yang merekah di bibirnya. "Cepat, cepat!"

Park Jimin adalah satu-satunya orang yang seusia dengan Taehyung. Orang yang menyelundupkan kudapan di sela istirahat kelas sejarah dan kaligrafi yang membosankan. Orang yang membantunya masuk ke seksi terlarang dengan tinta merah yang menyala, sebuah perpustakaan di dalam perpustakaan yang terletak di menara paling aman kastil Mylva. Satu-satunya orang yang membuat kesepiannya beristirahat barang sejenak dalam beberapa episode.

"Selamat pagi, Jim," Taehyung berbalas berbisik. Pasang kaki mereka senyap diredam kaos kaki tebal.

"Ini yang terakhir minggu ini," Jimin menyalak dalam bisikan tajam. Alisnya berkerut khawatir, sorot matanya awas. "Para pendeta akan pulang dari Pusat dan kita tidak bisa mengacau seperti ini lagi."

Jimin menyentuh bahu Taehyung yang terbungkus gaun malam-yang sesungguhnya tidak beda jauh dengan gaun kesehariannya-membuat Ilusi membungkus tubuhnya. Dia melakukan hal yang sama pada dirinya sendiri.

Taehyung berkedip. Jimin memiliki tubuh yang lebih tinggi, janggut yang panjangnya melebihi dasi pendeta, dan kacamata berlensa ganda. Kain oranye dengan lambang perdamaian terikat rapi di lengannya. Mereka berdua menyerupai Pendeta Tinggi yang tua dan ditakuti.

"Aku menemukan bacaan tentang keturunan Darah Iblis yang ada di Utara," Jimin berbisik dengan suara yang lebih rendah dan serak, menarik Taehyung ke rak berlabel bahasa Mylvan Kuno yang tidak pernah diajari oleh Pendeta sekalipun Taehyung bersujud. "Dunia di Utara lebih liar. Apa yang kudengar dari pendeta di sini dengan apa yang kubaca tidak sinkron."

"Pendeta selalu bilang kalau Utara akan jadi Free Area-seperti Wasteland, pulau yang berisi kriminal dan penduduk buangan," Taehyung menanggapi, membuka buku yang Jimin sodorkan, Daitya: Keturunan Utara yang Meminum Darah Dewa Devorus. Matanya menajam pada daftar isi, kepalanya mengangguk penuh semangat. "Chim, berikan Ilusi pada buku ini. Aku mau bawa buku ini ke kamar."

Sahabatnya melotot ngeri. "Pendeta Gyeongryu bisa menusuk kepalaku dengan tongkat berjalannya!"

"Kau selalu mengeluh begitu, tapi kau sudah menyihir tujuh buku untukku!"

Jimin mengusap wajahnya-yang terasa aneh dan peyot di setiap incinya. "Hanya satu buku, Ofel-kim Taehyung, dan aku benar-benar memegang ucapanku!"

Taehyung mengangguk, tersenyum lebar selayaknya bulan sabit yang berbaring di antara malam tanpa awan. "Kalau begitu, aku ambil buku ini saja. Apa yang mau kau baca, Chim? Ke Seksi Terlarang lagi?"

Jimin tidak langsung membalas. Telinganya masih peka, sekalipun yakin tidak ada siapapun yang berani masuk ke perpustakaan di tengah malam begini. Di luar sana, penjagaan ketat dan mantra ofensif telah menyegel non-Pendeta untuk masuk.

Ini waktu yang tepat. Ini waktu yang paling ideal untuk menceritakan semuanya, membongkar lapisan-lapisan kebohongan Pusat yang memasung Taehyung di kastil Mylva.

Taehyung menoleh ke arahnya, matanya yang banyak berubah akibat Ilusi tidak kehilangan binarnya. Taehyung selalu terlihat paling bahagia kalau sudah bertemu buku-buku yang dilarang oleh Pendeta lain.

"Chim?"

"Nanti saja," Jimin urung. Berat hati untuk menjatuhkan kebenaran ke atas bahu Taehyung yang tidak akan siap menerimanya. Tidak akan siap, betul, karena Ofel-kim Taehyung tumbuh di sini seperti boneka tanpa kaki yang hanya tahu hidup mewah sebagaimana setiap anggota kerajaan di Timur. Taehyung tidak akan bisa menerima kebenaran. Taehyung adalah sahabatnya. Apa yang Taehyung pikirkan kalau Jimin membongkar identitas Omega yang sebenarnya?

Dia kira pikirannya sudah tenang dan keputusannya untuk tutup mulut dini hari ini sudah bulat. "Tae?"

"Hm."

"Aku ingin menunjukkan sesuatu," Jimin menyentuhbahunya, membuat Taehyung berbalik. Ilusi itu semakin kuat saat telapak tanganJimin menyentuh titik yang sama. "Tapi, janji dulu. Kau adalah Ofel-kim Taehyung yang bersahabat dengan Pendeta Jimin. Tidak ada yang bisa merusakpersahabatan kita, oke?"

Chasing after Our EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang