Lo cinta pertama gue-Veno.
_Saya kembali_
Sudah satu jam lamanya Veno dan Berli berkeliling mall ini. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Sebelumnya Berli sudah pesan whatsapp dengan bundanya kalau ia pulang telat hari ini. Alasannya karena kerja kelompok dengan Tari dan juga Devina. Sebenarnya mereka tidak ingin membantu Berli karena takut nanti ketahuan oleh bundanya Berli.
"Ayo dong tolongin gue, gue mau nonton nih sama pacar baru gue haha," ucap Berli cenge-ngesan yang diperhatikan oleh Veno.
"Tapi gimana ya gue ngeri," kata Tari di seberang sana.
Berli menghembuskan nafas berat sebelum handphonenya diambil oleh Veno," Lo niat mau bantuin atau gak sih? Kalau gak mau yaudah gue anter temen lo pulang akibat gak jadi karena lo berdua!"
Berli menganga melihat reaksi Veno yang sebegitu marahnya karena kedua temannya yang masih saja plin-plan untuk membantunya jalan dengan Veno. Tak berseling lama, panggilan itu dimatikan oleh Veno. Veno mengembalikan handphoneku dan tersenyum manis ke arahku.
Tangannya mengelus puncuk kepalaku, "udah lo tenang aja, mereka udah bilang tadi mau kok," ucapnya setenang mungkin. Berli tau bahwa masih ada rasa sesal dihatinya itu. Tapi, Veno menyembunyikannya lewat caranya sendiri.
*** ***
Setelah memesan tiket Veno membeli popcorn dan juga minuman untuk nanti di dalam bioskop, sementara Berli duduk menunggu Veno membeli semua itu. Berli bersikeras untuk ikut membeli menemani Veno, tapi Veno melarangnya katanya duduk diam saja disini. Pesannya sebelum pergi jangan jelalatan matanya kemana-mana liatin gue aja ya.
Setelah mengantri dan mendapatkan makanannya Veno duduk disebelah Berli. Terlihat Berli memanyunkan bibirnya itu. Veno sangat gemas sekali melihat Berli seperti itu. Rasanya ingin sekali Veno menciumnya, tapi karena ini tempat umum mana mungkinkan Veno berbuat seperti itu. Lagi pula, Veno tau diri pasti Berli akan memukulnya jika berani berbuat perbuatan tak semena-mena itu. Mau didepan umum atau tidak Berli akan marah besar kepada Veno.
"Gue gak mau ya lo tuh terlalu gegabah orangnya suka-suka megang-megang atau ngelakuin hal yang emang gak patut lo lakuin. Dalam agama gue itu dosa dan gue gak mau lo lakuin itu! Mau didepan umum atau gak gue bakalan bantai lo!" ucapnya intens menatap bola mata Veno yang sedang mengarah ke depan memfokuskan ke jalanan, pasalnya Veno sedang menyetir.
Sejak Berli berbicara itu tadi di dalam mobil, Veno menjadi takut dan tidak akan melakukan hal yang tidak sepantasnya Veno lakukan.
"Lo kenapa?" tanya Veno.
Berli mendengus kesal," lo masih nanya gue kenapa?"
Veno mengernyitkan dahinya. Memangnya Veno salah apa?
"Lho? Kan gue nanya lo kenapa? Emangnya gue salah apa dah? Padahal gue gak ngapa-ngapain lo dari tadi."Berli menatap bola mata Veno dengan tajam. Terlihat sekali wajah merah Berli yang menahan amarahnya itu. "Ihh lo tuh ya, gue tuh kesel lo tadi ngotot banget minta nonton pilem horror yang jelas-jelas gue gak suka karena gue takut, dan lo yakinin gue pake bilang 'kalo nanti lo takut kan ada gue tenang aja' terus gue turutin. Terus pas tadi beli popcorn gue mau ikut gak boleh juga, gue turutin," katanya panjang lebar. Tapi, Veno masih tidak paham dimana titik kesalahannya pada wanita berhijab ini.
"Terus salah gue dimana?"
"Ya lo banyak mau Veno!" teriak Berli sehingga orang-orang melihat mereka berdua. Veno dengan sigap menutup mulut Berli. Berli memukul-mukul tangan Veno dengan keras agar melepaskan tangannya dari mulutnya itu.
"Lo bisa gak sih gak usah teriak. Malu tau sama orang-orang. Pada ngeliatin semua gara-gara lo teriak," ucap Veno. Lagi-lagi dengan tenang.
Berli menundukkan kepalanya karena malu dan bersalah kepada Veno.
Sial gue udah bikin malu cowo gue sendiri'gumam Berli yang masih terdengar oleh Veno.
Veno mengelus puncuk kepalaku lembut, "Gapapa gue tau kok lo belum terbiasa."
Berli tersenyum ke arah Veno. Veno pun membalasnya dengan senyuman terindahnya itu.
"Makan dulu yu, laper kan lo?" Berli mengangguk setuju.
Tapi tiba-tiba Berli menahan tangan Veno yang hendak bangun itu, "gue masih malu nih, terus ini popcorn sama minumannya gimana?" Veno menepuk jidatnya. Ini sebenarnya Berli dungu atau lugu sih? Polosnya kebangetan banget.
Berli mengernyitkan dahinya. Veno pun angkat bicara,"ternyata lo punya malu juga ya?" Berli yang mendengarnya pun menonjok halus lengan Veno. Veno langsung memberikan reaksi kesakitan dihadapan Berli.
"Lebay! Gitu doang masa sakit sih. Gimana mau ngelindungin gue lo!"
Veno yang mendengarnya tersenyum puas. Sangat menyenangkan meledek Berli. "Yudah ayo ah lama," ucap Veno sambil menarik tangan Berli.
*** ***
Sepanjang film diputar tangan kanan Berli memegang tangan Veno dengan erat dan yang sebelah kirinya sebagai tameng jika ada adegan setan yang muncul. Pantas saja Berli mengomel kepadanya tadi, Berli benar-benar sangat takut akan hal yang berbau-bau horror atau misteri.
"No udahan aja yuk gue takut," katanya mempererat genggamannya.
Veno mengelus puncuk kepala Berli dengan lembut menenangkan hatinya dengan caranya dan juga senyumannya," sabar ya sayang dikit lagi selesai kok,"
Berli menatap bola mata Veno dengan intens berharap bahwa Veno menarik kata-katanya itu. Berli ingin segera keluar dari tempat ini, "no ya Allah."
Veno tersenyum lagi. "Tenang aja ada gue kan. Gak ada yang berani nakutin cinta pertama gue tenang aja."
"Apa lo bilang?" ucap Berli antusias, memperjelas apa yang barusan Veno katakan padanya.
Veno menyenderkan kepala Berli di bahunya dan menggenggam jari imut Berli. "Lo cinta pertama gue."
Berli diam sejenak. Mungkin Berli tidak percaya kalau dia adalah cinta pertama Veno. Mana mungkin Veno baru pertama kali pacaran, gombal doang palingan tuh dia biar Berli tergoda dan makin cinta.
"Kalau lo gak percaya terserah, intinya emang itu kenyataannya," katanya berusaha meyakinkan Berli.
"Halah, lo kan pak boi."
"Pak boi, pak boi bahasa inggris lo berapa sih?"
Berli memutarkan bola matanya malas. "Sok bat lo ah!"
Veno pun hanya tertawa kecil melihatnya. Sungguh lucu sekali tingkah pacarnya ini haha.
*** ***Sekali lagi aku juga gatau sih sekali laginya sampe kapan, pokonya aku mau bilang sama kalian tinggalin yang buruknya yaa, sabar akan ada saatnya nanti semua keungkap oke.
Jazakallah Khair cintahku:)❤️❤️
Jangan bosan ya sama ceritaku ini:)💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Saya kembali
RomancePerbedaan agama adalah alasan utamaku untuk mencintainya. Harapan yang kecil untuk menjadi calon imamnya apalagi menikahinya. Darinya aku belajar tentang islam. Bukan hanya darinya sebenarnya, bahkan 100% aku tahu dari buku sejarah islam. Tentu saja...