26 - Pengakuan Sederhana (2)

44 1 0
                                    

Ketiganya duduk bersama diruang tamu rumah Vidia, Ray terus menempel pada Vidia setelah mendengar bahwa Ivan itu bukan abang kandungnya.

Vidia melirik kesampingnya, ia melihat Ray sedang menatap jengah Ivan "Rayyyy" panggilnya.

Hening...

Hening...

Ray masih menatap Ivan, matanya kini kian menyipit bahkan hampir seperti orang tertidur.

Merasa diabaikan Vidia menampar jidat Ray keras 'plakk'.

Ray mengusap kepalanya sambil meringis "Arghhh, Vid sakit woii" teriaknya kencang.

"lo bisa jatuh cinta sama abang gue kalo natap dia terus!!" pekiknya.

Ray tertawa pahit "yaa maaf".

Ivan memutar bola matanya jengah "udah berapa lama kalian jadian" tanya Ivan membuka percakapan.

"hmm.. anu.. itu udah.." titah Vidia gugup.

"setaonn" sahut Ray cepat.

"ohh" Ivan manggut manggut, "nanti sore mau temenin gue keliling jakarta Vid?" pinta Ivan.

Ray mendengar itu melongo "ngapain? Berduaan? Gakk gue ga ijinin".

"eellahh, cuman cari oleh oleh doang buat keluarga gue" jelasnya.

"oke gue temenin, jemput gue jam 4 aja" ujar Vidia mengiyakan.

"loh? Kok lo ikutan, hishhh yaudah gue juga ikut!" pekik Ray, mau tidak mau Ray harus ikut demi mengawasi mereka berdua.

"gak!! gue kepengennya berdua Vidia doang, buat apa lo ikut" teriak Ivan ga rela rencana kencannya dengan Vidia diganggu oleh orang lain.

"serah gue lah, gue juga pengen beli oleh oleh buat keluarga sama temen gue".

Vidia ternganga mendengar alasan konyol Ray, buat apa ia membeli oleh oleh kalo dia saja tidak berlibur kemana mana.

"gak boleh ikut!" tegas Ivan keras.

"boleh!!" balas Ray tak kalah kerasnya.

"gakk!!".

"bolehh!!".

"gakk gakk gakk gakk gakk gakk!!!" teriak Ivan.

"boleh boleh boleh boleh boleh boleh!!!" Ray ikut berteriak.

Cukup sabar Vidia mendengar kedua orang disampingnya ini saling berteriak, ia merasa telinganya kini hendak terbakar.

Bugh..

Bugh..

Bugh..

Bugh..

Vidia menghajar keduanya dengan bantal yang sedari tadi dipegangnya. Vidia berdiri dihadapan Ray dan Ivan, menatap tajam mereka berdua.

Ray dan Ivan menatap ngeri Vidia, keduanya lalu menunduk "maaf" ujar mereka bersamaan.

keduanya menatap jijik satu sama lain.

Melihat itu Vidia membalikkan badannya dan berusaha menahan tawa, Ia kembali menghadap pada dua laki laki yang membuat telinganya panas itu.

Vidia menunjuk Ray dan Ivan bergantian "lo! Dan lo!" ia menghela nafasnya pelan, "ini pertemuan pertama kalian, bisa gak beri kesan pertama yang lebih baik? Hah? Bukan malah berantem kayak gini".

Ivan memutar bola matanya malas "Ray deluan tuh" tuduhnya.

Mata Ray melotot kearah Ivan "loo yang deluan".

Stay Strong'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang