Prolog.

751 71 12
                                    

Cerita ini murni hasil dari imajinasi saya sendiri. Jika ada kesamaan alur atau suasana dalam cerita itu hanya unsur ketidaksengajaan. Saya tau kalian pasti bisa menghargai karya tulis saya.

Happy reading and stay relax, don't be pressured

Happy reading and stay relax, don't be pressured

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masuk ke kamarmu, Renjun!"

Renjun mendengar teriakan ibunya, namun kakinya terasa kaku untuk melarikan diri. Dia melihat dengan jelas bagaimana orang-orang itu menusuk ayahnya dengan pisau. Renjun berusaha meyakinkan dirinya bahwa ayahnya akan baik-baik saja, namun melihat darah segar yang terus keluar dari perut ayahnya membuatnya putus asa.

Renjun beralih menatap ibunya, dia hampir menangis saat melihat wajah ibunya babak belur akibat pukulan.

"Eomma" Renjun berjalan mendekat, namun Wendy langsung menggeleng kuat.

"Jangan mendekat, Renjun! Cepat pergi ke kamarmu!" Wendy berteriak, membuat Renjun menghentikan langkahnya.

"Tapi eomma--"

"Eomma gweanchana. Palli Renjun-ah, jebal" Wendy menangis di tempatnya, dia sangat takut terjadi sesuatu pada anaknya itu.

Renjun yang baru saja hendak melarikan diri langsung ditangkap oleh beberapa orang berjas hitam. Renjun ditarik dengan kasar hingga ke tengah ruangan, tenaganya tidak mampu melawan dua orang yang memegangi tangannya. Wendy sudah menangis deras, dia sangat khawatir dengan kondisi anaknya itu. 

Bugh!!

Terdengar hantaman sangat keras dari orang-orang yang membawa Renjun. Wendy dapat mdlihat anaknya tidak sadarkan diri di lantai, hidungnya mengeluarkan darah.

"Jangan! Kumohon jangan sakiti anakku!" Wendy menyeret dirinya hingga memeluk kaki orang itu, Lee Taemin, pemimpin orang-orang jahat ini. "Aku berjanji akan melakukan apapun, tapi kumohon jangan sakiti anakku" Wendy memohon, tak peduli lagi dengan harga dirinya.

Taemin nampak berpikir, matanya tertuju pada Renjun yang sudah tak sadarkan di lantai. Kakinya melangkah mendekati Renjun, membuat Wendy harus kembali mengejarnya dengan cara menyeret tubuhnya. Taemin berhenti tepat di depan Renjun, kakinya membuat wajah Renjun lurus ke depan. Sebelah bibirnya terangkat.

"Anak ini cukup mahal jika bekerja denganku, bagaimana?" Taemin kini menatap Wendy dengan wajah cerahnya.

Wendy terdiam, ragu untuk menjawab pertanyaan Taemin. Wendy tidak mau anaknya senasib dengan ayahnya.

PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang