flashback

89 7 1
                                        


Beberapa minggu sebelum pernikahanku dengan Rendi terjadi.
.
.
Saat membuka mata, ternyata waktu sudah menunjukan pukul 19:00 WIB. akupun beranjak ingin berwudhu untuk melaksanakan salat Maghrib.

Sayup-sayup terdengar seperti orang yang sedang bertengkar. Aku pun mencari sumber suara, ternyata itu adalah suara Mamah dan Rendi.

"Aku gak mau, Mah. Kenapa harus aku!" Suara Rendi terdengar lantang.

"Kalau bukan kamu, lalu siapa? Mamah gak mau tau, siap tidak siap kamu harus menikahi Rania!" tegas Mamah

"Aku gak bisa, Mah. Tolong mengertilah, Aku mencintai gadis lain!" ucap Rendi memelas.

"Mamah tidak mau tau, Kamu tetap harus menikahi Rania!" ucao Mamah masih dengan keputusannya.

"Terserah!" ucap Rendi seraya berlalu.

Aku pun segera masuk ke kamarku Meninggalkan perdebatan mereka, Aku segera berwudhu dan melaksanakan salat-ku.

Aku berdoa dengan khusyuk, menyerahkan hidupku kepada Sang Khalik.

Tok tok tok! Terdengar suara pintu di ketuk.

Akupun bergegas menyelesaikan salat, dan segera membuka pintu. Ternyata Rendi.

"Kemana aja, sih? Lama banget?!" tanyanya.

"Maaf, Ren, aku baru selesai salat," jawabku.

"Udah gak usah basa-basi, gue kesini cuma mau bilang sama lo gak usah ngimpi nikah sama gue. Gue mencintai cewe lain dan sampai kapanpun gue gak sudi nikah sama lo!" hardiknya

"Maaf, Ren. Aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Semua permintaan Mamah!" jawabku

"Alaaah! bilang aja kalau lo juga mau, iya kan! Ganjen banget sih jadi cewe. Baru juga di tinggal meninggal suami udah pingin nikah aja!" ungkapnya, dengan senyum sinisnya dan berlalu pergi.

Aku segera menutup pintu, ucapannya sungguh keterlaluan. Bukan aku yang menginginkan pernikahan ini. Sungguh bukan aku!
Aku menangis sejadinya di dalam kamar. Meratapi takdir yang begitu menyakitkan.

Hidup sebatang kara membuatku tidak mempunyai pilihan. Orangtuaku meninggal kecelakaan saat aku masih kecil, Aku pun hidup dan besar di panti asuhan.

Hingga akhirnya aku bertemu Mas Arsyad mantan suamiku. Dulu, Mas Arsyad lah yang membawaku ke keluarga ini. Ibunya sangat menyayangiku layaknya anak sendiri.

Mungkin, karena dikeluarga ini tidak memiliki anak perempuan. Aku diberikan kasih sayang, Kehangatan, yang selama ini tidak pernah aku dapatkan dari orangtuaku.
Sedang Papah mertuaku sudah lama meninggal, jauh sebelum aku datang ke rumah ini.

Aku tidak mau mengecewakan Mamah, aku berhutang budi pada keluarga ini. Aku pun terpaksa menyetujui permintaan Ibu mertuaku.

Aku juga sudah pernah menolak, tapi Mamah tetap pada pendiriannya.
____________

"Mah," sapaku pagi itu kepada mertuaku.

"Iya sayang, ada apa?" tanyanya.

"Mah, lebih baik pernikahan aku dengan Rendi tidak usah terjadi! Aku tidak akan kemana-mana, Mah. Aku akan tetap jadi Anak Mamah!" pintaku.

"Rania, keputusan Mamah sudah bulat. Kamu akan tetap Mamah nikahkan dengan Rendi!" jawabnya dan berlalu meninggalkanku.

Aku bisa apa, Mamah jika sudah mengambil keputusan maka tidak seorangpun yang dapat mencegah.

_____________________________________

"Woi, bangun! suara Rendi mengagetkanku. Ternyata aku ketiduran setelah kelelahan menangis.

"Ada apa, Ren? tanyaku.

"Lo mau tidur make kebaya itu?" tanyanya

Aku tersadar, ternyata sedari tadi aku belum bersih-bersih dan mengganti baju. Aku segera pergi menuju kamar mandi. Menyiram tubuhku dengan air hangat membuat tubuhku relax.

Aku pun segera menyelesaikan mandiku, tapi, saat akan memakai handuk. Ternyata handukku tidak ada. Aku lupa membawanya tadi.

"Ren..! Boleh minta tolong?!" teriakku.

"Apaan sih berisik?!" jawabnya.

"Aku lupa membawa handuk, bisa tolong ambilkan!" pintaku.

"Hidup lo emang suka nyusahin orang, ya?!" ucapnya.

"Maaf," kataku lirih.

Tok tok tok! "Nih handuknya!"

Aku pun membuka sedikit pintu dan mengeluarkan tanganku untuk mengambil handuk. Aku segera keluar dan mengambil baju gantiku di lemari. karena aku pun lupa membawanya.

Aku melihat Rendi tengah asik dengan Gawai-nya. Aku segera berlari ke kamar mandi untuk mengganti pakaianku. Saat  keluar kulihat Rendi sedang Vidio Call dengan seorang wanita dan dia memanggilnya 'Sayang.'

Apa yang lebih sakit dari ini?

Bersambung ....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menikah Dengan IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang