Bungkam?

21 6 13
                                    

*Author POV*

Tian sekilas mengingat kejadian waktu itu, namun ia memilih untuk diam dan mencoba melupakan perlahan-lahan. Semakin lama Tian melakukan hal itu, hati Tian semakin hampa dan kosong.

Ara masih syok mendengar tentang Tian, pelajaran dari Bu Dela sampai-sampai tidak dihiraukan oleh Ara. Ia masih cemas mengingat perlakuan OSIS yang cukup kasar daripada biasanya.

Bunyi bel berbunyi, Ara membereskan meja dan lacinya dengan tatapan lesu, membuat Yuyun khawatir melihatnya. Sebagai teman sebangku, ia menyadari ada suatu hal yang terjadi pada Ara.

"Ra, Ara, Arabella, Bella, Ra!" panggil Yuyun menyadarkan Ara dari lamunannya.

Ara seketika kaget. "What the f*ck dude? Bikin kaget aja!"

Sekelas seketika terdiam, Yuyun seketika kaget melihat Ara yang berubah drastis ketika ia badmood seperti ini. Beruntung, satu kelas tidak ada yang mengerti bahasa Inggris.

Bu Dela yang kaget mendengar itu seketika menghampiri Ara yang tampak kebingungan sekaligus pucat disaat yang bersamaan. Ara yang mengerti situasi ini seketika panik.

"Bu, saya tidak bermaksud—"

"Ikut Ibu ke ruang konseling!" Bu Dela langsung memotong ucapan Ara.

"Tapi—"

"Ikut Ibu! Sekarang!" bentak Bu Dela.

"Baik ..., " jawab Ara sembari menunduk.

Satu kelas melihat Ara dengan tatapan bingung, mereka semua ingin menanyakan hal ini pada Yuyun. Tetapi, mereka terlambat, Yuyun sudah menghilang dan pulang duluan seperti baru saja teleportasi ke tempat lain.

Koridor sekolah sangat ramai, dipenuhi bau keringat serta bisikan-bisikan dari murid-murid lain. Ara dan Bu Dela terpaksa berdesakan, sampai akhirnya menuju ruang konseling.

"Silakan duduk, Nak Ara," kata Bu Dela mempersilakan.

"Tolong, jangan tambahkan poin BK saya, Bu. Nilai saya sudah hampir mengkhawatirkan. Saya gak mau nikah muda—"

"Iya, Ibu paham. Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu ke Nak Ara."

"Maksudnya? Tunggu, maksud Ibu, tentang Tian?"

"Ternyata kamu memikirkan dia. Benar. Sebagai orang yang membela seorang penjahat remaja, kamu harus tau fakta ini," tutur Bu Dela sambil menatap dalam Ara.

"Berarti Tian, dia benar seorang ...."

"Pembunuh," jawab Bu Dela tegas.

'Kok, kupingku seketika gatel, ya?' batin Tian yang sedang menunggu Ara keluar dari ruang konseling.

"Terima kasih, Bu ...." Suara Ara dari kejauhan.

"Hai, Ara," sapa Tian datar.

Wajah Ara terlihat menyembunyikan sesuatu, tetapi tertupi dengan wajah cerianya itu.

"Oh, Tian! Tumben masih di sini, nungguin aku?" tanya Ara sedikit takut.

"Kebetulan pengen pulang bareng aja. Kamu kaget, kan, sama gosip tentangku?" tanya Tian sambil menggaruk lehernya.

"Ah, makasih udah khawatir tentang hal itu. Aku gak apa-apa, kok," jawab Ara takut.

"Huh, ya sudah. Mau aku traktir? Beli sendiri tapi. Nih, uangnya," tawar Tian lalu memberikan uang kepada Ara.

"Gak usah repot-repot. Besok aku traktir balik untuk terakhir kali, ya?" ucap Ara panik.

"Iya, terakhir kali," jawab Tian datar.

Lost love heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang