Apa ini akan berakhir?

21 4 6
                                    

Ujian Kenaikan kelas, selesai. Sekarang mereka harus fokus untuk persiapan kelulusan. Ara dengan nilai yang standar dan Tian dengan nilai yang luar biasa, paling tertinggi.

Ara sepertinya harus belajar lebih giat lagi.

Tahun ajaran baru, dimulai.

'Belajar sudah menjadi pendoman hidup, main RP juga salah satunya~'  Batin Tian, bernyanyi dalam hati.

"Kakak, ini coklat buat kakak," Ucap Seren, adik Tian.

"Makasih, ini coklat apa?" Tanya Tian, tangannya berhenti menulis.

"Coklat perayaan white day, sisanya kukasih buat kakak, gak bikin coklat buat kak Ara?" Balas Seren, heran.

"White day mah dah lewat Seren," Jawab Tian, mengunyah coklat.

"Oh iya ya," Ucap Seren, terdiam.

Ia keluar dari kamar Tian, lalu menangis sambil memanggil ibunya. Tian tidak peduli, ia tetap memakan coklatnya sambil menulis untuk menyelesaikan naskah bukunya.

'Apa cerita ini akan tersampaikan padamu, Ara? Semoga iya, aku sudah menuliskan sesuatu untukmu'

'Aaa, gua pen bicara sama Tian!' Batin Ara, sambil berguling-guling diatas kasur.

"Ara sayang! Kesekolah cepat ya! Makanannya udah siap!" Panggilan dari Ibu Ara.

"Iyo! Bentar ya ma!" Balas Ara, segera menuju ruang makan.

"Lambat banget kamu, bukan anak ayah banget ini mah," Ucap Ayah Ara, kesal.

"Cih, bersyukur lah aku tidak mencari gara-gara seperti anaknya pak Erdi," Balas Ara, memakan sarapan paginya.

"Kamu ini, dia begitu karena ingin melindungi anak payah sepertimu!" Ucap ayah Ara, mengebrak meja.

"Ada bukti? Aku pergi dulu ya, bye-bye pembela kriminal," Pamit Ara, pergi meninggalkan rumah.

"Anak itu, dia benar-benar mirip denganku," Kata Ayah Ara, mengelus dada.

"Jadi teringat pas pertama kali bertemu denganmu ya, sayang," Balas Ibu Ara, menenangkan Ayah Ara.

'Tian dimana ya? Aku ingin berbicara dengan nya'  Batin Ara, mencari keberadaan Tian.

"Tian, Tian~ kau berada dimana~" Nyanyian Yuyun membuatku tertawa.

"Apaan sih Yun, lucu banget deh kamu," Ucap Ara, mencubit pipi Yuyun.

"Hehe, selamat pagi Ara, Tian ada di perpus loh aku lihat pas beli pentol goreng, Ara cobain deh-" Ucapan Yuyun terhenti ketika melihat Ara sudah tidak di depan matanya.

"Kamu bicara sama siapa Yun? Kamu anak Indigo ya?-" Lagi-lagi teman sekelas mereka tidak sempat bertanya pada Yuyun, ia sudah pergi entah kemana.

"Ah, itu Tian! TIAN!" Panggil Ara kencang layaknya speaker.

"Kenapa? Kamu mau apa hah?" Tanya Tian, dengan lingkaran hitam dibawah mata.

"I- ini Tian? Pasti gak mungkin kan? A- aku pergi duluan ya!" Ara berlari sekencang-kencang nya.

"Ada apa sih? Emang aku terlihat seperti sosok mayat pucat?" Tanya Tian, ke orang-orang sekitar.

"Tiann! Kamu cepat banget sih larinya, hah, eyelinernya tadi belum aku bersihin tau! Hah," Ucap Eby, dengan suara ngos-ngosan.

"Oh, pantas saja, bersihin gih," Balas Tian, memberi air minum ke Eby.

Ara berjalan menuju kelasnya, ia duduk dibangkunya. Mengambil air minum dan meminumnya dengan tenang. Ia masih terkejut melihat Tian.

"Ara-chan, kenapa mukamu pucat? Anemia ya? Kelelahan? Atau tadi gak sarapan?" Tanya Ririn, beruntun.

"Gak papa, aku hanya butuh ketenangan," jawab Ara, masih kaget.

'Lain kali, aku gak boleh ketemu sama anak itu' Batin Ara, panik.

Ara yang sibuk menperbaiki nilai hancur nya layaknya debu, dan Tian yang masih santai menyelesaikan akhir kisah novelnya.

Semester kedua pun dimulai!

Hae para pengikut setia ku T_T

@dianaakwee silahkan baca di lapak dia ya.

Maafkan kalau berasa pendek, DL saya numpuk :)

Tapi tenang, aku akan bikin cerita baru lagi dan buat visualisasi nya karakter-karakter disini :D

Stay at home! Bye-bye

Lost love heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang