"mamaa, kaos kaki papa yang hitam dimana ma?"
"ada banyak kok dilaci, carinya yang bener dong papa"
"gaada ma, papa udah cari"
"adaaa, pasti papa nyarinya ga bener kan"
seperti itulah kira-kira suasana pagi hari dirumah ku. aku yang duduk di meja makan ditemani 2 lembar roti isi selai stroberi, papa yang berteriak heboh dari lantai 2 karena pasti ada saja yang hilang seperti kaos kaki, dasi, atau kemeja kesayangannya, dan mama yang sibuk mondar-mandir dengan apron yang melekat ditubuhnya.
aku tidak punya adik ataupun kakak. yaa, aku anak tunggal. cukup membosankan sebenarnya. pagi berangkat sekolah, sore tiba dirumah, malam belajar, weekend menghabiskan waktu bersama mama (kelas memasak gratis), begitu saja seterusnya. bisa dikatakan aku anak yang cukup penurut. karena aku anak tunggal, jadi kedua orang tua ku menaruh perhatian yang penuh. aku punya seorang sahabat, namanya Clarisa atau biasa dipanggil Icha. kami berteman sudah cukup lama, sejak masuk SMP hingga kami memutuskan untuk masuk di SMA yang sama.
"itu rotinya ditambah lagi sayang, atau mau mama buatin bekal?" ucap Mama begitu lewat dihadapanku, tentunya setelah mencari dasi Papa.
"ga usah ma, nanti aku jajan aja dikantin." sahutku.
"jangan jajan yang aneh-aneh ya sayang. inget loh maag sama radang tenggorokkan kamu. jangan minum es, makan pedes, apalagi makanan yang warnanya merah-merah bulet-bulet apa itu?"
"cimol?" tanyaku bingung.
"yaa apapun itu namanya, jajan yang sehat-sehat aja ya nak." ucap mama sambil mengusap rambutku.
"iya mamakuu sayang. aku berangkat sekarang ya ma."
aku meraih tangan mama dan menciumnya.
"loh ga bareng papa?" tanya mama.
"engga deh ma, nanti aku telat. aku naik ojek online aja, abangnya juga udah didepan."
"yaudah, hati-hati ya sayang."
aku pun bergegas keluar seraya menyampirkan tas gemblok ku yang lumayan berat.
-----------
"kembaliannya buat bapak aja" ucapku sambil menyerahkan selembar uang sepuluh ribu dan selembar uang lima ribu.
"makasih mba" sahut bapak ojol sambil tersenyum sopan.
aku berjalan memasuki sekolah yang sudah hampir 3 tahun aku datangi. seperti biasa, anggota osis dan mpk selalu stay di depan gerbang sambil memantau anak-anak yang melanggar peraturan sekolah.
"dasinya mana?" tanya Adit sang ketua osis pada seorang anak lelaki yang nampaknya tidak asing dimata ku.
"ketinggalan, tadi gue buru-buru." sahut laki-laki itu sambil membetulkan posisi tasnya yang ia sampirkan dibahu.
"tumben lo, Dav. ga biasanya." kata Nadira, wakil ketua osis sambil mencatat nama lelaki itu disebuah buku.
lamunanku tiba-tiba buyar karena seseorang menabrak bahuku saat ia hendak masuk. memang posisiku juga yang salah, berdiri di tengah-tengah gerbang.
"jangan melamun. lo ngalingin jalan." kata lelaki yang tadi sempat kudengar namanya 'Dav'
ah yaa! Dava. lelaki itu bernama Dava. Anak tante Vera, teman kuliah Mamaku.
aku hanya memandang tubuhnya yang semakin menjauh. dan mulai tersadar dengan kalimatnya. bahwa aku menghalangi jalan. lalu kulanjutkan langkahku menuju kelas.
--------------
sesampainya dikelas, aku menghempaskan bokongku duduk disamping Icha yang sedari tadi sedang mengobrol dengan Dinar. Dinar salah satu teman dikelasku, Kpopers garis keras. namun aku menyukai sifatnya yang periang.
![](https://img.wattpad.com/cover/225932752-288-k785361.jpg)