no more dream

9 1 0
                                    

Sial

Lagi-lagi aku telat.

Dengan pelan aku mengetuk pintu yang ada dihadapanku ini.

Kudengar guru yang sebelumnya sedang menjelaskan materi segera menghentikan penjelasannya setelah mendengar ketukanku.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan guru yang sama dengan kemarin.

Sial.

Kenapa harus dia lagi.

Aku menatapnya gugup. "M-maaf bu, saya telat lagi."

Wanita paruh baya yang memakai kacamata itu hanya menatapku datar meremehkan, bibir merahnya hanya terkatup rapat tak menunjukkan ekspresi ataupun mengeluarkan suara apapun. Membuatku semakin terintimidasi.

"Nona muda, baru 2 hari anda menjadi murid sekolah ini, tapi selama 2 hari itu juga anda terlambat." Ucapnya sinis menatapku tajam.

Aku hanya menundukkan kepalaku, berharap ia mengizinkanku masuk.

"Kesan pertamamu sangat buruk."

Sial, kenapa 2 hari ini harus pelajarannya yang pertama.

"Masuk kamu. Sekali lagi kamu telat dipelajaran ibu, jangan harap bisa masuk."

Aku segera mengangkat kepalaku, mengangguk disertai senyuman kecil.

Ia hanya berdecak pelan lalu bergeser sedikit agar tidak menghalangi pintu dan mempersilahkanku masuk.

"Trimakasih." Ucapku sambil membungkuk kecil sebelum melewatinya.

Hari ini aku telat lagi, sama seperti kemarin, hanya telat 10 menit. Tapi sialnya aku, mendapat guru pelajaran pertama yang galak.

Hilang sudah harapan untuk menjadi murid yang memiliki reputasi baik, jangankan untuk sekolah, dikelaspun aku sudah memberikan kesan pertama yang buruk.

Sebenarnya aku benar-benar tidak mau pindah sekolah, aku tidak ingin beradaptasi ulang.

Aku memang bukan anak yang populer, tapi sebelum aku pindah, aku sudah punya beberapa teman baik, tidak banyak, tapi bisa membuatku nyaman.

Ini yang kutakutkan, aku takut tidak bisa memiliki teman baru, dan sepertinya apa yang kutakutkan akan menjadi nyata.

Tak terasa jam pertama usai. Segera kuhampiri guru biologi yang sedang mengemasi barangnya itu.

"Maaf bu, karna terlambat, saya ga kebagian kelompok...."

"Itu urusanmu." Potongnya cepat bahkan tidak melirikku sedikitpun.

"Gimana kalo saya kerjain sendiri bu ?"

Ia mengangkat kepalanya, seperti tertarik dengan pertanyaanku.

"Kalau kamu bisa, ga masalah." Ucapnya acuh, kembali sibuk dengan barang-barangnya.

"Tapi ibu saranin kamu cari kelompok aja, orang kerjaanya telat terus, ntar tugasnya telat juga. Ibu ga mau terima tugas yang telat."

Mendengarnya aku segera menolehkan kepalaku, mendapati teman-teman sekelasku yang sibuk dengan urusan masing-masing.

Beberapa bertemu tatap denganku, yang langsung memutus kontak mata. Seperti tidak perduli.

Ibu Jose selesai dengan barang-barangnya, segera melenggang pergi tanpa kata meninggalkanku.

Aku menoleh kesamping, melihat salah satu teman sekelasku yang sedang menggulung kabel, tak kusadari ia menatapku, beberapa detik kami bertemu tatap, ia tidak menolak tatapanku, ia tidak segera membuang tatap seperti teman-teman sekelas lainnya.

i'm fine, save meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang