N.O

7 0 0
                                    

Aku berharap ayahku tidak membahas hal yang sama lagi.

"Sweetheart, kamu udah jadi tanya kakak kamu ?" Ayahku yang duduk bersebrangan denganku membuka suara.

Damn.

Aku menelan suapan terakhir sarapanku sebelum menjawab pertanyaannya.

"Hmm. Ga masalah pa, aku bisa naik bus atau subway." Sejujurnya aku sama sekali belum menanyakannya, karna aku benar-benar tidak mau berurusan dengannya.

Kulirik dia yang duduk disampingku, masih dengan santai menyantap sarapannya, terlihat tidak perduli sama sekali, seperti tidak mendengar apa yang kami bicarakan.

Ibunya juga sama, hanya diam dan tetap melanjutkan makannya. Entahlah, apa yang ada dipikiran orang-orang yang ada disekitarku ini.

Aku masih bertanya-tanya, kenapa ayah mau menikahinya.

"Hmm Taehyung. Kamu berangkat ke sekolah sendirian atau bareng temen?" Tanya ayah, akhirnya ia mewakilkanku.

"Biasanya aku pergi sendiri, kadang juga sama temen." Jawabnya setelah meneguk airnya.

"Kamu keberatan ga kalo Yuna berangkat bareng kamu ?"

"Ga masalah kok om." Jawabnya.

"Kamu mulai sekarang harus panggil saya papa juga."

Taehyung mengangguk dan tersenyum canggung.

"Tuh sayang, kakak kamu ga masalah kok. Mulai hari ini kamu pergi dan pulang bareng kakak kamu. Papa ga perlu cari supir ya, papa juga harus ke kantor, ga bisa anter kamu terus-terusan." Ayahku benar-benar berusaha membuat kami saling dekat.

Aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Ayo sayang, kamu bisa telat nanti." Akhirnya tante Nova membuka suaranya. Diusapnya pelan lengan baju ayahku yang duduk disampingnya.

"Anak-anak, mama sama papa pergi duluan ya." Ucapnya disertai senyum manis ke arah kami berdua.

Aku membalas senyumnya. "Iya. Hati-hati." Jawabku.

Ayah dan tante Nova mulai berjalan meninggalkan ruang makan. Tante Nova adalah sekretaris ayahku. Entah sejak kapan mereka menjalin hubungan dan akhirnya memutuskan menikah.

Aku memang dekat dengan ayahku. Dia selalu memperhatikanku kalau dia punya waktu. Tapi sejak dulu, ayah selalu sibuk. Sebagai pemimpin perusahaan besarnya, ayah tidak banyak menghabiskan waktu dirumah, atau hanya sekedar bertukar cerita mengenai kegiatan masing-masing. Setelah ibuku meninggal, ayah semakin sibuk dan jarang pulang, membuatku semakin tidak memahaminya.

"Gue mau jemput cewek gue dulu, serah lo mau ikut atau ga." Suara berat Taehyung menyadarkanku dari lamunanku. Ia bangkit berdiri, bersiap meninggalkan ruangan ini.

"Ga. Gue naik bus." Jawabku cuek.

"Baguslah." Ucapnya disertai senyuman miring yang membuatku muak.

Menyebalkan.
.
.
.
.
.
.
.
Syukurlah hari ini aku tidak terlambat lagi. Hari ini aku akan menanyakan tugas biologi kemarin. Semampuku aku akan mengerjakannya sendiri.

Kutolehkan kepalaku ke barisan paling belakang, cowok pucat itu sibuk tidur tanpa mendengarkan penjelasan guru di depan.

Sepertinya aku tidak perlu berharap dia akan membantuku.

Nanti akan kutanyakan ke ketua kelas. Tapi aku tidak tahu, yang mana ketua kelas ini.

Aku menyalakan ponsel, mau bertanya ke satu-satunya orang yang sudah kukenal.

i'm fine, save meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang