Satu

61 4 0
                                    

ELYA
    Berawal dari duduk di bangku SMA kelas 2 yang dimana banyak semua orang membuka hatinya untuk memilih pada perasaan terhadap seseorang yang dianggapnya akan saling melengkapi. namun berbeda dengan Elya, saat ini gadis yang trauma akan berperasaan lebih kepada orang baru.
     "Ma, Elya berangkat dulu, ya"
      "iyah, hati-hati dijalan sayang." balas mama.
Elya akansya. Perempuan biasa yang duduk dibangku sekolah kelas sebelas
ipa2. Hidup ber dua dengan sang mama, Ayahnya pergi meninggalkan Elya sejak umur dua tahun dan meninggalkan sejuta kenangan.
    Mungkin tidak akan pernah mudah untuk Elya dan sang Mama menerima segala hal pahit setelah ayahnya pergi.dan hanya Elya satu-satunya sosok yang akan mengembangkan semua hal fana dikehidupannya nanti.
    Cahyo, sahabat satu-satunya Elya, sudah parkir didepan rumah Elya.hanya cahyo yang mengetahui segala kondisi sahabatnya.dan mungkin cahyo yang mestinya Elya percaya akan hal selanjutnya ia buka untuk menerima imajinasi baru kembali sperti normal.
    Mungkin akan sedikit rumit Elya membuka hati dengan orang lain untuk dia cintai lagi, karna Elya sudah merasakan bagaimana memegang kepercayaan namun di sia-sia kan begitu saja, bahkan kekasihnya dulu meninggalkan Elya,hingga Elya trauma membuka hati yang baru untuk orang yang baru.
    "Udah,El.? "
    "Lo udah sarapan belum? Sarapan nasi uduk depan sekolah dulu yuk!" sahut Elya.
    "Siap,boss!"
    Hampir setiap hari mereka sarapan nasi uduk langganannya,milik Ibu Restu, penjual nasi uduk yang sudah seperti Ibu kedua Elya, karna Elya sering cerita dengannya ketimbang Ibunya sendiri.karna banyak hal yang harus Ibunya merelakan waktu bersama Elya untuk bekerja agar tetap bisa menghidupi keluarganya setelah Ayahnya pergi meninggalkan
Elya dan Mamanya.
    "Pagi, buk!!" sapa Elya sambil memeluk Restu si penjual nasi uduk dari belakang.
    "Eh...si Manis... Kayak biasa.? "
Elya dan Cahyo memesan nasi uduk dan teh manis lalu duduk berhadapan.
    "El, sampai kapan lo buka hati lo buat orang lain?"
    "Yo, kita kan sudah pernah bahas ini sebelumnya."
    "Ya,tapi,kan kalau lo terus-terusan seperti ini gimana sama perasaan lo kedepannya El? lo harus buka hati lo, enggak semua cowok sama kayak masa lalu lo, itu hal wajar El, lagian sudah setahun lho blom bisa buka perasaan lo buat org baru"
    "Tapi enggak harus sekarang juga kan.?"
    "Paling enggak lo sadar sama perasaan lo yang beku ini El"
    "Terus? Gue harus lebih banyak ngeluarin waktu buat orang lain, dari pada sekolah dan cita-cita gue.? "
    "Bukan gitu, El... "
    "Yo, gue cuma mau fokus sekolah,kuliah,dan dapetin cita-cita gue, udah. "
    Cahyo rasa bukan saatnya berdebat dengan Elya. Cahyo hanya ingin temannya itu lebih bersemangat lagi menjalani hidup,hingga banyak cara yang pernah Cahyo lakukan selalu gagal.karna buat Elya bukan hal mudah menghapus semua kenangn pahit yang pernah ia alami sebelumnya.
    "Oh iya El, sebenernya gue mau ngasih tahu sesuatu..." ucap Cahyo ragu-ragu, "Ah tapi lo jangan marah ya."
    "Kevin..."
    "Kevin siapa? "
    "Ada,dia senior disekolah kita, dia anak populer kelas dua belas IPA 2,
banyak yang naksir lho, tapi dia belum bisa ketemu pilihannya, dia baik kok El, dia juga temen akrab gue"
    "Jangan bilang... "
Sudah kesekian kalinya Cahyo memcomblangi Elya dengan teman-temannya, ia ingin menunjukan Elya, bahwa memulai sesuatu yang baru itu lebih menyenangkan,paling tidak dengan satu orang yang bisa mencintainya, dan menumbuhkan kembali kepercayaannya.
    "Ayo dong El, dicoba"
    "Enggak sekarang Yo, plis deh jangan bikin gue kesel pagi-pagi kayak gini."
    "Eh gue nggak maksa elo kok, Kevin sendiri yang kagum sama lo."
    "Kagum? Gue aja nggak pernah liat dia, apalagi dia"
     "Minimal lo chat-an sama dia sekali...aja." Cahyo memelas.
    "Nggak"
    "Nih, Manis...nasi uduknya." kata Ibu nasi uduk memotong pembicaraan mereka.
    "Makasih, Ibuk!!" jawab Elya lembut.
    Selesai menyantap sarapan, Elya bergegas menuju kelas, karna sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
    Waktu enggan menghabiskan waktu jam pelajaran, hingga bel istirahat berbunyi, Elya memutuskan untuk pergi ke kantin, namun terlihat seorang laki-laki yang berdiri di depan pintu sambil mencari Elya.
    "Lo Elya bukan? "
     Elya menatap laki-laki itu penuh curiga. "Tau nama gue dari mana?"
     "Gue Kevin,kelas duabelas IPA 2" laki-laki itu mengambil sesuatu dari tasnya dan mengeluarkan novel milik Elya yang tertinggal
    "Ini punya lo bukan? " sambil menyodorkan novel mikik Elya.
     Elya pasti lupa memasukan novel kedalam tasnya kemarin, karna Kevin yang menemukan novel miliknya saat makan bersama cahyo setelah Elya pergi meninggalkan Cahyo karna emosi dan buru-buru.
    "Iyaa, Makasih" jawab elya datar
      Elya langsung bicara dalam hati, pasti si Cahyo yang nyuruh cowok ini ngembaliin Novel gue.
       Elya tidak nyaman dengan situasi canggung ini.
      Kevin juga salah satu teman akrab Cahyo disekolah meski beda tingkat kelas.
     "Yaudah gue kembaliin sama lo"
        Tanpa panjang lebar Elya masuk kedalam Kelasnya, seleranya hilang untuk pergi ke kantin kali ini.
        Cahyo menyusul Kevin yang kembali berjalan lemas umtuk pergi ke kelasnya,menyusun kembali membuat Kevin dan Elya lebih dekat lagi.
      "Sabar,Bro...Elya gitu orangnya"
      "Dia beda Yo, dia jutek, judes, but unique, gue bakal coba lagi Yo. "
     Enggak terasa waktu cepat bel berbunyi,  menunjukan jam pelajaran akan dimulai kembali. untuk Elya musik adalah salah satu hiburan kecil bagi dirinya. Sambil memasang headset ketelinganya Elya duduk di belakang, ia memejamkan matanya hanyut oleh imajinasinya dalam alunan lagu yang didengar.
    "Elya Akansya? Elya Akansya hadir atau tidak?"
     Cahyo sudah berkali-kaliemamggil Elya tapi Volume lagunya terlalu besar dan membuat Bu Indah guru Biologi beranjak menuju meja Elya, melepas headset yang terpasang di telinga Elya. "Keluar kamu!"
    Tanpa mengucapkan apa-apa Elya keluar membawa tas ranselnya. Ia berjalan santai menuju kantin, satu-satunya tujuan yang ada di dalam pikirannya saat ini, ia hanya membeli sebotol air mineral untuk diteguknya.
     "Katanya ngelamun itu seru lho"
Kevin mengikutinya sejak ia keluar dari kelas, Elya menoleh sebentar, lalu melepas headset yang ada di telinganya, dan pergi dari tempat duduknya, tanpa merespon perkataan Kevin. Namun Kevin tetap mengikutinya dari belakang.
    "El... "
    "El"
    "Elya!"
     Akhirnya Elya kesal dan memutuskan berhenti lalu membalikkan badannya menatap kevin kesal.
     "Apasih mau lo?!"
     "Gue cuma mau temenan sama lo aja masa nggak boleh?
    "Nggak"
    "Kata Cahyo lo trauma sama kepercayaan lo sama cowok ya?"
    "Tahu apa lo tentang gue."
    " El,  Tunggu El!"
    "Duh, Apa lagi? "
    "Lo mau kemana? "
    "Pulang" jawab Elya dingin.
    "Jangan balik dulu dong El. lo tungguin gue sampai pulang sekolah" ucap Kevin memaksa.
    "Nggak"
    "Bentar aja"
    "Mau apa sih emang nya? "
    "Gue mau ajakin lo kesuatu tempat, abis itu gue nggak bakal ngikutin lo lagi"
     "Yaudah, iya" jawab Elya dengan nada lesuh dan memutar bola matanya.
      "Oke, tunggu ya El, jangan kemana-mana"
Lama-lama lelaki itu pergi samapi tidak terlihat lagi.
Setelah Kevin pergi, Elya memutuskan untuk tidak menetap disini, ia tidak mau Kevin ajak pergi mesti sebentar, jalan sama orang yang baru saja Elya dengar, Apalagi Kevin, laki-laki yang dianggapnya aneh, yang selalu membuatnya canggung situasi dalam bertemu dengan Kevin.

   

       

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang