Empat

20 4 0
                                    

    Elya bangun dari tempat tidurnya, dan terlihat ponselnya sudah ramai dengan beberapa chat masuk dari Kevin dan Cahyo.
    "El, sorry banget ya, gue hari ini nggak bisa jemput lo, gue hari ini mau nganter nyokap gue ke Bandara, ada urusan mendadak" pesan masuk cahyo masuk beberapa menit yang lalu.
    "Pagi princess"
    "Hari ini berangkat naik metro mini bareng yuk, Cahyo nggak bisa jemput lo" kata Kevin dalam chatnya.
  Selalu aja ada cara buat Kevin untuk tetap bersama Elya tiap harinya.

****
   Metro mini yang sudah didepan rumah Elya, dan Kevin yang menjemputnya.
    "Udah El? "
    "Iyalah, masak lo nggak lihat gue sih?" ucap Elya ketus.
    "Yaudah yuk naik, ntar keburu telat".
Metro mini yang lumayan ramai dengan penumpang anak sekolahan membuat Kevin merelakan tempat duduknya untuk Elya karna kebetulan tempat duduk sudah tidak tersisa lagi.
    "Kok lo nggak duduk sih?"
    "Gue mah gampang, kan gue laki-laki, nggak duduk juga nggak apa-apa  kali El, "
    "Sok kuat lo"
Kevin hanya tersenyum tipis melihat tingkah Elya yg sedikit mulai terbuka dengan Kevin.

****
    Semua idola Kevin menatap sinis Elya, mungkin mereka pada mengira kalau Elya adalah pacar Kevin.
   "Udah, jangan diladeni, mereka idola gue doang El, "
   "Yaa nggak apa-apa kali, sekalian dia pacar lo, juga gue nggak bakal jungkir balik" ucap Elya sambil sedikit tertawa.
    "El, kalau gue ajak ke satu tempat lagi, mau nggak? "
    "Enggak"
    "Sepuluh menit deh, El. "
    "Sepuluh menit?"
    "Ya, lebih dikit, sih...."
    "Sebelas menit berarti?"
    "El...."
Elya berjalan.baru kali ini langit melihatnya dapat tersenyum karna hal yang ingin membuatnya tersenyum. Kevin ingin Elya bisa berkomunikasi yang baik.Kevin ingin Elya membuka hatinya untuk dunia dan orang lain, Kevin ingin Elya bisa merasa lebih baik dengan hal baru.
      "Iya sudah, sebelas menit ya Vin" kata Elya tertawa kecil
      "Asik....akhirnya lo mau juga El, "
balas riang Kevin mendengar responan dari Elya.

****
  Kevin tidak mengucapkan apa-apa lagi. Ia segera memberhentikan taksi dan meminta Elya untuk ikut langkah Kevin. didalam taksi, Elya mengeluarkan earphone miliknya.
   "Boleh gue dengar nggak"
   "Boleh"
   "Masih zaman emang lagu LATELY?"
   "Emang, kalau zaman udah berubah, bukan berarti nggak boleh ngedengerin lagi bukan? "
   Ada sesuatu yang berubah saat ini, apa yang selalu keluar dari mulut Elya, selalu membuat Kevin berdecak kagum.
     "Itu memang lagu Stevie Wonder yang paling kusuka, kapanpun aku merasa baik saat mendengarnya."
   "Memang semuanya akan baik-baik saja El"
   "Ya...gue aman kan sma lo?" kata Elya sambil tertawa sedikit.
   "Sebuah kehormatan, princess."
   "Aku bukan princess, Vin. Aku ini cuma Elya. "
   "Iya, princess Elya, kan?"
   "Elya,Vin.Elya aja. "
   "Elya banget kali..."
  Elya hanya berusaha menahan senyumnya.ia lantas menengok ke kaca mobil taksi, memperhatikan jalan raya yang dipenuhi motor dan bus kota, yang asapnya melintas diudara.
   Taksinya berhenti. Elya menengok tempat yang sekarang ia kunjungi dengan lelaki yang membuatnya hanyut dalam setiap tingkahnya.
  "Dimana ini,Vin?
  "Pasar burung."
  "Mau ngapain?"
Kevin tidak menjawab, ia lantas turun. Elya menyusul setelahnya.
Pasar ini banyak menjual jenis burung walaupun ada beberapa orang yang menjual hewan-hewan lain seperti hamster dan sejenisnya.
tempatnya cukup sumpek dan baunya...ya...bau kotoran burung. Elya terus mengikuti Kevin dengan tangan yang terus ia gunakan untuk menutup hidungnya.
   "Nah, ini dia tempatnya! " seru Vin semangat.
   "Toko burung jaya? " Elya membaca plang yang menempel depan toko.
   "Elya tunggu disini aja ya, didalam bau."
Elya mengangguk.ia jarang sekali kunjung ditempat seperti ini, Elya sedikit kagum dengan orang-orang disekitar tempat ini, dia sadar bahwa mencari uang bukanlah hal mudah untuk di dapatkan.
    "Sudah,El."
Kevin keluar dengan membawa burung merati berwarna putih yang berada di sebuah kandang cantik.
    "Mau kamu apakan Vin?"
    "Mau ajak kamu kirim surat ke Tuhan"
   Elya masih belum paham dengan maksud Kevin.
  "El, kamu tau nggak kalau burung merpati itu mahluk paling setia? "
  "Tau. Karna mereka nggak pernah gonta-ganti pasangan"
   "kamu tau nggak kalau burung merpati mahluk paling setia?"
   "Aku tau,Vin, dari nenekku di Yogyakarta"
  "Oh...jadi kamu juga asli Yogyakarta El? "
  "Nggak, nenekku saja yang orang Yogyakarta"
"kapan-kapan gue ajak lo jalan ke Yogyakarta ya El, sekalian gue mau kenal sma nenek lo disana"
  "Iyain aja deh"
Elya bicara dalam hati. Entah mengapa dia begitu rapi menyusun warna lagi di dalam hidupku ini, mengembalikan tawa yang selama ini di curi oleh bumi, dan yang kedua dia berani mengajakku lebih banyak berbicara dan sedikit meringankan trauma pada diriku. 
  "lo selalu nggak masuk akal sama orang yang lo ajak bicara didepan lo ini vin"
  "Kamu hina saja aku terus,Elya Akansyah, aku senang. "
  "Dihina, kok, senang."
  "Dihina sama mahluk spesial adalah sebuah kehormatan."
Elya tidak mau mengambil serius rayuan Kevin, walau ingin sekali tersenyum,Tidak,Elya tidak suka dengan rayuan konyol lagi.
   "Didekat sini ada taman kota, kita buat suratnya di sana saja"
   "kamu aja yang buat, aku nggak deh"
   "Tapi kan aku udah terlanjur beli dua burung merpati, Elya" ucapnya sedikit lesuh, Elya tidak tega melihat tingkah memohon kepadanya, agar dia bisa menulis suratnya.
    "Sepertinya burung merpatinya sedih."
    "Jadi burung merpati bisa menangis juga?"
    "Bisa, kalau Elya tidak mau buat surat."
   "Apaan sih,Vin?"
   "Ayolah,El,ini cuma surat."
   "Yasudah, aku buat deh"
Kevin segera mengambil secarik kertas untuk Elya, kemudian duduk disamping Elya.
     "Kamu mau baca punyaku nggak El? "
    "Nggak"
    "Berarti aku bacain."
    "kan aku bilang aku nggak mau baca"
     "Kan pertanyaan aku tadi mau baca atau nggak, bukannya mau dengar atau nggak."
     Kevin mulai membaca. "Teruntuk Tuhan.jadi begini, kemarin aku bertemu salah satu cucu Hawa. Dia itu berbeda sekali Tuhan, dia tidak suka senyum, dia sukanya berbicara ketus, aku tidak tahu juga, sih, Tuhan, soalnya dia tidak banyak bicara. Dia banyak diamnya, jadi aku cuma menebak-nebak saja. Untuk itu tolong beri aku cara supaya bisa membuat senyumannya menjadi sempurna yang selalu mengiringin setiap jalannya terutama bersamaku,oh iya Tuhan, kalau engkau sudah membuatnya bisa tersenyum, tolong jangan bagikan senyumannya untuk orang lain ya, nanti banyak saingan, aku tidak suka itu,Terimakasih Tuhan."
     Elya menelan ludah,tiba-tiba saja dia di buat bungkam dengan kata-kata serius untuk Tuhan, yang Kevin bacakan. Lama-lama semakin kuat rasa dekatmya dengan Kevin.
    Duh semesta, aku benar-benar tidak tahu dengan semua hal kecil yang membuatku tidak tertahankan oleh tingkah laku halusnya kepadaku, kembalikan aku dalam mimpi nyataku, semesta aku ini mimpi bukan? aku yakin engkau bercanda.ini pasti cuma rayuan tingkat tinggi. Aku tidak boleh tergoda apalagi dengan mahluk asing ini.
  "Nah sekarang gantian Elya, deh"
  "Nggak mau"
Kevin mengambil tangan kanan Elya, memberinya pensil dan kertas. "Udah cepet tulis, nanti lama loh pulangnya"
  "Bagaimana kalau suratnya nggak sampai ke Tuhan?"
"Tuhan itu maha tau El, tanpa kamu buat pun Tuhan sudah tau"
Ia menulis satu kata dengan cepat karna dia tidak yakin kalau tuhan akan menerima suratnya.
  Tuhan, Elya ingin belajar ikhlas dan terbuka lagi. Tolong beri tahu caranya.
    Elya memberi secarik kertas itu kepada Kevin, Kevin membacanya, lalu memandangi Elya. Satu kalimat yang Elya tulis berhasil membuat Kevin terdiam saat melihatnya.
Lalu Kevin membuyarkan pandangannya kemudia mengambil benang dan menggulung kedua suratnya dan mengikat kertas itu pada salah satu kaki burung merpati yang sudah ia beli.
   "Elya mau menerbangkan burung merpatinya? "
  "Nggak mau"
Akhirnya Kevin yang menerbangkan dua burung merpati itu. Elya hanya menyaksikan kedua burung itu terbang bebas.
   "Akhirnya dua dari mereka tidak dipenjara lagi, pasti mereka bahagia bis terbang kemanapun" ucap Elya tiba-tiba.
   "Iya, El, kita udah melepasnya benas dan aku yakin mereka pasti bahagia bertemu Tuhan"
  "Kamu itu diluar logika ya Vin, kalau ngomong"
  "Ya...nggak apa-apa dong El, kan logikanya masuk dalam logikamu, jadi logika ku bisa dimengerti kamu dan logikamu bisa mengerti aku" balas Kevin tertawa dengan mengeluarkan lesung pipibdan mata yang menyipit saat dia tersenyum.
   "Dasar nggak jelas"
   "Pulang yuk, udah sore"
   "Udah sore?" kata Elya spontan kaget, karna dia benar-benar tidak merasakan saat berbagi waktu dengan Kevin, rasanya seru sekali ikut dalam imajinasi kejutannya itu,sampai dia tidak memperdulikan waktu.
    "Maaf ya, El"
    "Cepat banget ya, udah sore aja"
    "Kalau kamu ngerasa cepat, berarti kamu nggak nyadar kalau aku bawa kamu sampai selama ini, cie...berarti tandanya lo nyaman sama gue" balas Kevin senang.
     "Dih... Pede kali lo"
     "Udah yuk, pulang ntar aku dikena hukum sama mama lo"
     "Apaan sih, basa-basi banget hidup lo"
     "Bercand kali El"

****
     "El, makasih yah full time bareng akunya"
     "idiiihh, ngapain coba, yaudah gue masuk dulu ya"
      "Iya, princessku, jangan lupa makan dan istirahat ya cantik" rayu Kevin sambil tersenyum manja kepada Elya.
      "Udah sana"
Kevin membuka pintu taksinya dan terjeda dengan satu kata Elya,
     "Vin! "
     "Iya, nona cantik, ada apa? "
     "Take care ya,"
Kevin terkejut dengan hal peduli terhadanya yang mulai muncul.
    "Aku nggak salah dengar, El? "
    "Nggak"
Kevin memberikan senyuman luas untuk Elya kali ini, "Iya cantik, see you,"
   *****








Hi, my parter readers, maaf yah baru up lagi, karna memang waktu yang cukup sulit, semoga kalian suka sama karya ku di eps 4 ini, jangan lupa vote aku ya, kalau berbaik hati boleh deh follow instagram aku @putriiihanum_
Makasih guys, sampai jumpa di  eps selanjutnnya 😘
    

 

 


 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang