"Yaelah masih aja main cacing anjir!" Seseorang menepuk punggung pemuda bernama Jimmy yang sedang fokus bermain cacing, mengabaikan makan siangnya.
"Diem babik! Gila nyaris gua kegigit cacing baru lahir anying. Asli deg-degan banget!" Jimmy mengelus dadanya sebentar, main cacing beneran bikin gregetan apalagi kalo cacingnya udah mulai gede.
"Najis dah bucin cacing." Celetuk Mew yang duduk di depan Jimmy.
"Dari pada lo bucin Gulf." Pemuda yang tadi menepuk punggung Jimmy menyaut dan mendudukkan dirinya di samping Jimmy.
"Sumpah ya Jim, kalo lo gamau makan, mending buat gue aja. Laper jir otak gue abis kelasnya bu Nia." Pemuda itu mengambil sesuap makan siang milik Jimmy.
"Yaudah, abisin Zee. Kenyang gue main cacing." Jimmy menyaut sambil tetap fokus bermain sedangkan pemuda bernama Zee tersenyum puas dan melahap makanan tersebut.
"Btw, motor lo belom sembuh juga Zee?" Mew bertanya sambil meneguk minumannya.
"Mangapa?"
"Ya, lo. Udah seminggu naik angkot gitu"
"Kereta anying bukan angkot"
"Yaelah sama-sama angkutan umum"
"Jangan-jangan lo masih nyari tuh cowok yang lo ceritain?" Mew menaik-turunkan alisnya menggoda Zee.
"Anjir lo Mew"
Mew tertawa puas. Temannya ini sok jual mahal banget kemarin gamau ngasih tau nama. Tapi lihat sekarang, uring-uringan, penasaran sama cowok yang merebut ponselnya di kereta.
Hari ini tepat seminggu yang lalu sejak kejadian ponselnya dirampas buat main cacing, Zee emang nyeritain ke sohibnya. Dia juga bilang anaknya kuliah di kampus yang sama.
Bahkan Zee minta diajarin main cacing sama Jimmy biar jago. Dan lagi, seminggu ini Zee lebih milih naik kereta ke kampusnya, siapa tau ketemu lagi sama cowok imut yang dia temuin waktu itu. Padahal dia anti banget naik angkutan umum gitu, rusuh katanya.
Nyatanya seminggu berlalu dan mereka enggak pernah ketemu.
"Motor gue udah sembuh sih, paling mingdep dah dibawa ngampus lagi."
"Ooh"
"Eh belajar yuk buat ujian!" Zee dan Mew sontak menatap Jimmy tak percaya. Seorang Jimmy ngajak belajar cuy. Dengan segera Zee menepuk kepala Jimmy.
"Anjir sawan lu! Takut gue!"
"Serius jir! Besokkan sabtu tuh. Gabut gue anjir. Lagian nih mingdep uts, kita harus belajar dong biar nilainya bagus. Biar bu Nia bangga karna kita bisa juga dapet nilai bagus di kelasnya dia. Biar-- " ucapan Jimmy terpotong karena mulutnya disumpal makanan oleh Mew.
"Bacot banget jir"
"Bodoamat pokoknya besok kita harus belajar! Coftof Margo jam tiga sore! Pokoknya besok kalo lo pada gak dateng gue samperin satu-satu!" Titah Jimmy tak bisa diganggu gugat.
"Cih. Dah lah gue mo nyamperin Gulf terus balik, duluan y." Mew merapihkan bekas makannya dan pergi berlalu.
"Ck. Bucin banget najis. Pokoknya besok lo harus dateng Zee!"
"Iye elah bacot bet." Zee segera menghabiskan makanannya. Setelah itu dia pamit balik ke rumah.
Zee berjalan ke halte bus kampus, menunggu bus yang akan membawanya ke stasiun. Sesampainya di stasiun dia segera turun dari bus dan masuk ke dalam stasiun, menunggu kereta.
Zee menghela napas kasar, berharap ketemu cowok yang pernah merebut ponselnya itu. Ingatannya berputar pada kejadian seminggu yang lalu.
"Mainan apasi ini anjir. Gak elu, gak mbak-mbak kereta main uler-uleran gini mulu." Zee melihat Jimmy yang sedang asik main ular. Dia sendiri memang sudah dua hari terpaksa naik kereta ke kampus karena Gavin —motor kesayangannya— harus dilarikan ke rumah sakit (baca : bengkel) karena abis nabrak tiang akibat ngantuk saat nyetir. Abangnya gamau nebengin dia karena lebih milih nebengin pacarnya. Abang kurang ajar emang.